Politisi PDI Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko angkat bicara soal kabar bahwa dirinya akan berada dalam satu panggung dengan Bakal Calon Presiden (capres) Prabowo Subianto. Budiman Sudjatmiko juga bicara soal peluang mendukung Prabowo Subianto di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
semarak.co-Menurut Budiman, acara satu panggung dengan Prabowo akan digelar akhir pekan ini. Namun dia tak menegaskan, kapan tepatnya acara tersebut berlangsung. Budiman juga menyebut, acara itu merupakan dibungkus dengan tema Persatuan Kebangsaan.
Peryataan Budiman itu pun sekaligus mengkonfirmasi peryataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo beberapa waktu lalu. Budiman tak membantah akan memberikan dukungan pada Prabowo. Dia meminta untuk menunggu saja acara tersebut berlangsung.
“Oh kita akan ada acara, untuk nanti kita bikin Persatuan Nasional juga, jadi Insya Allah beberapa minggu ini,” kata Budiman saat mendatangi Kantor Tribunnews, di Palmerah, Jakarta, Selasa (15/8/2023) dilansir wartakotalive.com melalui laman berita msn.com.
Diberitakan sebelumnya, Hashim Djojohadikusumo menyebut Budiman Sudjatmiko bakal satu panggung bersama Prabowo Subianto pada pekan depan. Hal itu menyusul Budiman yang bakal memberikan dukungannya pada Prabowo.
Namun, belum diketahui secara rinci jadwal Prabowo-Budiman bakal satu panggung. Awalnya, Hashim bercerita mengenai awal mula dukungan Budiman Sudjatmiko kepada Prabowo. Saat itu, kata Hashim, Budiman meminta untuk bertemu dirinya untuk membahas dukungan tersebut.
Hashim mengaku tidak percaya saat Budiman mengaku ingin mendukung Prabowo menjadi capres. Sebab, Prabowo memang kerap kali kena tipu dan dijebak oleh pendukungnya sendiri.
Sebelumnya, Budiman juga membaca buku Prabowo Subianto. Yakni Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman, dan Paradoks Indonesia dan Solusinya. Budiman mengakui sangat mendukung gagasan serta pemikiran yang dituangkan dalam buku karya Prabowo tersebut.
Pemikiran dan gagasan Prabowo soal persatuan bangsa sangat menarik perhatian Budiman sebagai seorang mantan aktivis di era orde baru. “Saya katakan bahwa saya mendukung analisa-analisa dan agenda-agenda beliau yang ditulis di buku tersebut,” kata Budiman.
Menurut Budiman, pemikiran Prabowo soal kerakyatan dan kebangsaan itu memantapkan hatinya untuk bertemu secara langsung. Hal itulah yang mendorongnya mengunjungi kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara. “Kemudian diputuskan untuk berjumpa Pak Prabowo di Jalan Kertanegara beberapa hari kemudian,” ujarnya.
Budiman pun mengatakan dalam waktu dekat akan berada dalam satu panggung bersama Prabowo. Ia membeberkan akan berada dalam satu panggung bersama Prabowo untuk menyosialisasikan persatuan nasional.
Keduanya sepakat untuk menggaungkan persatuan Indonesia menuju bangsa dan negara yang lebih maju ke depannya. “Tentang acara satu panggung dengan Pak Prabowo memang akan ada acara bareng, temanya tentang kampanye persatuan nasional,” kata Budiman.
Sempat dapat peringatan dari PDIP
Sebelumnya diberitakan, Budiman datang memenuhi undangan DPP Bidang Kehormatan PDIP usai dirinya menemui Prabowo. Ketua DPP Bidang Kehormatan PDIP Komarudin Watubun menjelaskan, Budiman tidak diberi sanksi, namun hanya diberi sebuah peringatan.
“Pak Budiman tadi saya undang beliau, saya minta klarifikasi terhadap kunjungan beliau ke Pak Prabowo. Tidak ada sanksi, hanya memberi warning untuk kembali ke garis organisasi,” ujar Komarudin di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, (28/7/2023).
Komarudin juga mengungkapkan, Budiman merupakan salah satu kader PDIP. Sehingga Budiman harus ikut dalam mendukung Ganjar sebagai bakal capres di Pemilu 2024.
“Bagaimana pun beliau adalah kader PDIP dan saat ini semua kader PDIP dari Sabang sampai Merauke itu wajib tegak lurus untuk mendukung putusan yang telah diputuskan bu ketum,” tutur Komarudin.
Selain itu, Komarudin membeberkan klarifikasi Budiman saat dipanggil DPP. Lanjut Komarudin, Budiman tidak bermaksud mendukung Prabowo, tapi hanya sebatas konsolidasi antara Ganjar dan Prabowo. “Beliau menjelaskan niatnya bukan untuk mendukung Prabowo sebenarnya,” imbuhnya.
Ditambahkannya, “Dia ingin supaya ada konsolidasi calon yang dianggap sebagai calon orde baru dan calon reformasi. Pak Ganjar sebagai generasi reformasi dan pak Prabowo sebagai generasi orba, kan gitu kira-kira bagaimana konsiliasi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.”
Budiman Sudjatmiko yang merupakan mantan aktivis 1998 itu pun buka suara terkait alasannya merangkul dengan Prabowo. Di akun Twitternya pada Jumat (28/7/2023) Budiman Sudjatmiko membalas cuitan Politisi PSI Dedek Prayudi yang membelanya setelah berdamai dengan Prabowo.
Budiman menceritakan bahwa saat ia melawan Orde Baru di tahun 90-an juga saat itu banyak yang mengecamnya. Menurut Budiman, butuh dua tahun untuk masyarakat agar paham dengan pilihannya sehingga menjadi momen perubahan.
Oleh karena itu, menurut Budiman, jika saat ini banyak yang protes ia mulai merangkul Prabowo Subianto yang dulu merupakan lawannya, politisi PDIP itu mengaku tidak keberatan. Sebab kata Budiman, hal ini merupakan proses yang sama saat ia memulai menentang Orde Baru.
“Saat saya dan kawan-kawan melawan Orba, banyak yang mengecam. Butuh dua tahun lagi mereka paham dan jadi momen perubahan. Jika kini saya merangkul yang 25 tahun lalu jadi lawan, juga banyak yang mengecam. Kali ini pun bakal mengulangi proses yang sama,” tutur Budiman.
Budiman menjelaskan bahwa prinsip yang selalu dipakainya dari dulu sampai sekarang saat mengambil langkah-langkah yang berisiko tinggi ialah dengan kata-kata yang pernah ditulis Mark Twain. Di mana ia tidak mau menyesal karena hanya tidak melakukan yang seharusnya dilakukannya.
“Saat saya mengambil langkah-langkah beresiko tinggi adalah kata-kata penulis Mark Twain ini, tahun dari sekarang, kamu akan lebih menyesali apa yang TIDAK kamu lakukan dari pada yang kamu lakukan,” jelas Budiman yang juga anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan.
Maka, kata Budiman, setiap 20 hingga 25 tahun sekali, ada waktu yang sangat matang untuk membuat langkah-langkah strategis bagi seorang individu, organisasi atau sebuah bangsa. Sebab apabila tidak melakukannya maka akan menjadi sebuah jalan kebekuan.
Menurutnya, kalah bukanlah masalah, namun tak pernah melangkah itu yang salah. “Tiap 20 tahun atau tiap 25 tahun adalah waktu yang sangat matang untuk membuat langkah-langkah strategis bagi seorang individu, organisasi atau sebuah bangsa,” imbuhnya.
Tak melakukannya adalah jalan kebekuan. Kalah bukanlah masalah, lanjut Budiman, tak pernah melangkah itu salah. Diketahui sebelumnya Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko mengaku akhiri masa lalu dan tatap masa depan.
Hal itu diungkapkan Budiman Sudjatmiko saat bertemu langsung dengan Prabowo Subianto pada Senin (18/7/2023) seperti dimuat live Facebook Wartakotalive.com.
Dalam pernyataannya, Budiman mengatakan bahwa saat ini demokrasi di Indonesia sudah lebih baik saat membicarakan perbedaan. Maka kata Budiman, saatnya Indonesia kenang masa lalu sebagai masa lalu dan waktunya tatap masa depan.
Dikecam sesama aktivis
Mantan aktivis 98 Benny Ramdhani menanggapi ucapan politisi PDIP Budiman Sudjatmiko yang minta calon Presiden Prabowo Subianto tidak diganduli masa lalu sebagai penculik.
Benny yang saat ini menjabat sebagai Kepala BP2MI (Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia) menilai, ucapan Budiman sebagai lelucon jelang Pilpres 2024.
“Ini lelucon yang pasti ketawa ala Budiman Sudjatmiko nah memang agak menyakitkan langkah yang diambil oleh Budiman karena pertemuan itu kan dua sosok dengan sisi masa lalu yang berbeda,” kata Benny, Selasa (25/7/2023).
Masa lalu Budiman merupakan mahasiswa, aktivisi, tokoh pergerakan untuk melawan rezim orde baru yang dianggap korupsi dan otoriter. Selama 32 tahun memimpin Indonesia, mantan Presiden RI Soeharto dianggap Benny telah membunuh demokrasi dan bertangan besi.
Sedangkan, masa lalu Prabowo adalah tokoh militer yang menjadi bagian dari kekuasaan orde baru. Kebetulan, Benny dan juga Budiman sama-sama aktivisi 98 melawan Prabowo karena sebagai militer di bawah kekuasaan rezim orde baru. “Prabowo memiliki sisi dari tuduhan pelaku kejahatan HAM, kemudian tuduhan penculikan aktivis,” tegasnya.
Oleh karena itu, langkah Budiman bertemu Prabowo hingga menyatakan tidak usah diganduli masa lalu sangat menyakitkan hari Benny sebagai aktivisi 98. Apalagi, sampai detik ini masih ada sekira 13 aktivisi 98 yang diculi, dibunuh dan jenazahnya tidak kunjung kembali ke keluarganya.
"Kalau saya yang dilakukan Budiman adalah datangi Prabowo, minta Prabowo menyampaikan permintaan maaf kepada publik atas tuduhan-tuduhan yang melekat pada dirinya di masa lalunya.
Kalau persoalan untuk memaafkan wajib hukumnya saya setuju kita tidak boleh merawat dendam sejarah ini tidak akan selesai dan akan terpecah belah memaafkan harus tapi melupakan tidak boleh,” ujarnya.
Saat ini aktivisi 98 sedang menyusun pertemuan guna membahas ucapan yang dikeluarkan oleh Budiman. Meski demikian, Benny mengakui para aktivisi 98 tetap menghormati Budiman sebagai mantan pemimpin pergerakan di rezim orde baru.
“Setelah Prabowo minta maaf, maka tentu mudah-mudahan peristiwa masa lalu kejahatan HAM tidak terjadi lagi yang dilakukan oleh pemimpin siapapun mereka,” ungkapnya.
Sebelumny, Mantan aktivis 98 Budiman Sudjatmiko menyebut Calon Presiden (capres) Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai sosok yang mampu menangani permasalahan polarisasi politik di Tanah Air. Hal itu menjadikan Prabowo sosok kompeten meneruskan estafet kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Prabowo disebut sebagai sosok yang handal dalam menangani perpecahan akibat persoalan politik. Banyaknya pihak yang mengotak-ngotakan politik membuat perbedaan di antara masyarakat, hal itu dapat ditangani dengan baik oleh Prabowo.
“Problem perpecahan polarisasi yang diakibatkan oleh soal politik khilafiah, politik perselisihan program, fiqih politik sekuler itu selesai itu hilang,” kata Budiman dalam acara Podcast Mind TV dikutip pada Senin (24/7/2023).
Berita terbaru Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendukung siapapun sosok yang dipilih capres Anies Rasyid Baswedan menjadi calon wakil presiden (cawapres). Termasuk jika mantan gubernur DKI Jakarta itu memilih Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Kami dari PKS bisa menerima dan kami bisa mendukung itu, dan kami melihat bahwa beliau (AHY) memang memenuhi kriteria yang disampaikan Pak Anies,” ujar Wakil Ketua Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Partai NasDem, Partai Demokrat, dan PKS telah menandatangani piagam deklarasi Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang menyerahkan mandat cawapres kepada Anies. Penunjukkan cawapres harus berpatokan pada lima kriteria yang telah disepakati ketiga partai politik.
Lima kriteria tersebut, pertama adalah sosok yang secara elektabilitas cukup tinggi dan memiliki kerentanan politik rendah. Kedua, figur itu diharapkan bisa membantu dalam menjalankan pemerintahan yang efektif.
Tiga, figur itu bisa menjaga keseimbangan Koalisi Perubahan. Keempat, sosok tersebut harus memiliki visi yang sama dengan Anies. Terakhir adalah mampu bekerja sama sebagai dwi tunggal, baik saat menghadapi Pilpres 2024 hingga ketika terpilih sebagai pemimpin periode selanjutnya.
Belakangan, Anies juga menambahnya dan disebut sebagai kriteria. “Dua kriteria tersebut adalah berani dan tak bermasalah. “AHY menjadi faktor yang bisa menambah kemenangan. Dengan AHY tentu sosok yang sangat dekat dengan kalangan milenial, kalangan gen Z, mereka yang adalah pemilih terbesar di era sekarang,” ujarnya.
Ia juga menghargai pendapat Partai Nasdem yang meminta Anies untuk memilih cawapres dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Alasannya, sosok tersebut akan menambah suara Anies di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Tentu saja kami juga menghormati wacana yang disampaikan pihak Nasdem ya. Itulah karenanya pentingnya Anies tampil betul-betul sebagai capres yang bisa selesaikan masalah ini,” ujar Wakil Ketua MPR dilansir republika.co.id melalui laman berita msn.com.
Sebelumnya, anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Syarief Hasan menanggapi isu soal Zannuba Ariffah Chafsoh atau akrab disapa Yenny Wahid menjadi cawapres Anies. Menurutnya, jika ingin menang pada Pilpres 2024, Anies seharusnya memilih AHY.
“Secara teori memang kalau ingin menang ya harus berpasangan sama AHY. Karena apa? karena AHY memiliki partai yang tidak kecil ya, cukup besar kan, bahkan sekarang kan sudah menembus 10 persen menurut survey,” ujar Syarief Hasan di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (8/8/2023).
Elektabilitas AHY sebagai cawapres dalam banyak hasil survei juga unggul ketimbang Yenny Wahid. Modal tersebut tentu akan memperbesar peluang Anies untuk menang pada kontestasi nasional mendatang. “Mas AHY kan cukup tinggi ya kan, jadi punya partai, suara nasionalnya juga tinggi. Nah kalau ingin menang harus berpasangan dengan AHY,” ujar Syarief.
Nama Cawapres yang akan mendampingi Anies Baswedan maju pada Pilpres 2024 disebut sudah berada di kantong Anies. Ditemui saat melakukan kunjungan ke PT Surabraja Cirebon, Anies mengakui hal tersebut. Ia mengatakan nama calonnya sudah ada di kantongnya. “Iya nama calon, sudah ada di kantong,” kata Anies, Senin, 14 Agustus 2023.
Namun, dirinya akan menyebutkan sosok yang akan mendampinginya itu, pada waktu yang tepat. Ia tidak menyebutkan waktu yang pasti terkait hal itu. “Kalau anda punya produk, pasti diluncurkan pada waktu yang tepat kan?” ujar Anies kepada wartawan.
Mengenai tambahan partai koalisi, Anies mengaku masih menunggu perkembangan kedepan. Dirinya masih belum bisa memberikan jawaban, apakah akan kembali menggandeng partai baru untuk masuk ke koalisinya nanti, atau tidak. "Nanti kita lihat perkembangannya,” kata Anies.
Disinggung mengenai apakah sosok tersebut merupakan bagian dari partai koalisi atau bukan, Anies tidak menjawabnya. Begitu juga ketika ditanya, apakah calon wakilnya itu, adalah perempuan atau laki-laki.
Namun, sebelum menutup wawancara dengan sejumlah jurnalis, Anies memberikan bocoran satu ciri-ciri Cawapres yang akan ia gandeng pada Pilpres 2024 nanti. “Ciri-cirinya, adalah warga negara Indonesia,” kata Anies. (net/tbc/rep/msn/smr)