KTT G20: Lantaran Taiwan, PM Jepang dan China Tak Saling Sapa

Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi dan Perdana Menteri China Li Qiangc tampak tidak bertegur sapa sepanjang Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Afrika Selatan akhir pekan ini. Momen tersebut mengemuka di tengah memburuknya hubungan kedua negara.

Semarak.co – Setelah pernyataan Takaichi soal kemungkinan serangan China terhadap Taiwan, kedua pemimpin tersebut nampak acuh tak acuh. Keduanya tak saling sapa, saat menghadiri KTT dua hari yang menjadi debutnya di G20.

Takaichi mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak menjadwalkan pertemuan dengan Li. “Sejak saya menjadi perdana menteri, tekad Jepang untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan, konstruktif, dan stabil tetap tidak berubah,” ujar Takaichi.

“Jepang terbuka untuk dialog di berbagai tingkat,” lanjut Takaichi, sebagaimana dilansir kompas.com dan antaranews.com pada 24/11-25. Takaichi mengakui adanya sejumlah isu yang membebani hubungan Tokyo-Beijing belakangan ini.

“Justru karena ada kekhawatiran dan perbedaan, kita harus menguranginya, saling memahami, dan memperkuat kerja sama. Tentu saja, penting bagi Jepang untuk menyampaikan hal-hal yang perlu disampaikan kepada China,” katanya.

Ketegangan China dan Jepang salah satunya meningkat setelah negeri tirai bambu China memberlakukan peringatan perjalanan ke negeri matahari terbit Jepang dan kembali melarang impor hasil laut negeri sakura.

Langkah itu diambil setelah Takaichi mengatakan di parlemen pada 7 November bahwa serangan terhadap Taiwan dapat memicu respons militer Jepang. Pernyataannya ditafsirkan sebagai indikasi, Pasukan Bela Diri Jepang dapat bertindak mendukung sekutunya, AS, jika China memberlakukan blokade maritim terhadap Taiwan atau melakukan tekanan militer lainnya.

Dalam peringatan terbaru, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan bahwa Takaichi telah mengirim sinyal keliru, yakni dengan menyatakan kesiapan intervensi militer China terkait kedaulatan negara Taiwan.

Menurut Kementerian Luar Negeri China, ada garis merah yang tidak boleh dilanggar. Tokyo sendiri juga menolak tuntutan Beijing agar Takaichi menarik ucapannya, dengan menegaskan bahwa pernyataan itu sesuai dengan posisi pemerintah Jepang selama ini.

Para pendahulu Perdana Menteri Sanae Takaichi sebelumnya telah menyuarakan kekhawatiran atas ancaman keras China terhadap Taiwan, namun tidak pernah menyatakan secara terbuka bagaimana Jepang akan merespons.

Memang, seperti diketahui, dalam banyak hal, hubungan Tokyo dan Beijing sudah lama berselisih mengenai isu sejarah, perbatasan, dan berbagai persoalan strategis lainnya yang membuat ketegangan kedua negara terganggu. (net/anc/kpc/kim/smr)

Pos terkait