China Minta APBN Jadi Jaminan Utang yang Bunga Utang untuk KCJB Ternyata 3,4% dari 2%, Demokrat: Jebakan China Berhasil

Ilustrasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Foto: dok KAI

Politisi Partai Demokrat Eko Jhones menyoroti Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yang gagal menegosiasikan keinginan pemerintah RI agar bunga utang Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) bisa diturunkan dari 4% jadi 2% oleh China.

semarak.co-Hal ini ditanggapi Eko Jhones dalam akun Twitter pribadi miliknya. Dalam cuitannya, Loyalis Ketua umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ini mengatakan bahwa adanya keberhasilan China membuat jebakan. “Jebakan China berhasil,” ujar Eko dikutip WE NewsWorthy dari akun Twitter pribadinya, Rabu (12/4/2023).

Bacaan Lainnya

Sementara itu, dari hasil negosiasi yang ia lakukan dengan China, Negeri Tirai Bambu itu hanya mau menurunkan bunga utang kereta cepat di level 3,4%. Menurut Menko Marves Luhut, bunga utang tersebut masih terlalu tinggi. Sebab, pemerintah ingin bunga utang bisa turun sampai 2%.

“Kemarin dia sudah mau turun dari 4%, tapi angkanya kita mau lebih rendah lagi. Offer pertama 3,4% dari 4%, tapi kita masih ingin lebih rendah lagi kalau bisa. Maunya kita 2%,” kilah Luhut dalam konferensi pers, Senin (10/4/2023) seperti dilansir repelita.net/2023/04.

Meski demikian kata Menko Marves Luhut, pemerintah tidak akan menyerah. Pemerintah akan kembali melakukan negosiasi agar bunga pinjaman utang tersebut bisa turun lagi dari 3,4%. Hasil dari negosiasi lanjutan akan keluar pekan depan. “Minggu-minggu depan selesai (nego bunga pinjaman),” imbuhnya.

Meskipun China tetap keukeuh dan tidak mau menurunkan bunga dari 3,4%, Menko Luhut mengatakan, pemerintah sebenarnya tidak masalah. Pemerintah akan tetap membayar karena bunga itu sudah lebih baik dari bunga pinjaman luar negeri lainnya.

Luhut juga menekankan pemerintah sangat mampu membayar meski bunga sebesar 3,4 persen. Ia berharap jangan pernah ada yang meragukan pemerintah di tengah penerimaan negara yang tokcer.

Mengutip cnnindonesia.com, Rabu, 12 Apr 2023 15:46 WIB, Menko Marves Luhut mengaku China keukeuh minta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi penjamin pinjaman utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Namun, Luhut tak mengamini tuntutan China tersebut. Ia merekomendasikan penjaminan dilakukan melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII). Memang masih ada masalah psikologis, kata Luhut, China maunya dari APBN.

“Tapi kita jelaskan prosedurnya akan panjang. Kami dorong melalui PT PII karena ini struktur yang baru dibuat pemerintah Indonesia sejak 2018. Ada masalah itu, tapi kalo China mau tetap APBN, ya dia akan mengalami prosedur panjang. Itu sudah diingatkan dan mereka sedang mikir-mikir,” kata Luhut dalam jumpa pers di Kemenko Marves, Jakarta Pusat, Senin (10/4/2023).

Di lain sisi, Luhut menyebut China hanya mau menurunkan bunga utang kereta cepat dari 4 persen ke level 3,4 persen. Luhut menyebut bunga utang tersebut masih terlalu tinggi dan pemerintah ingin bunga utang bisa turun sampai 2%.

Meski bunga masih cukup tinggi, Luhut mengatakan pemerintah tak masalah. Menurutnya, pemerintah bakal tetap membayarnya karena bunga itu sudah lebih baik dari bunga pinjaman luar negeri lainnya. “Karena kalau kamu pinjam ke luar juga bunganya sekarang bisa 6% juga. Jadi 3,4% misalnya sampai situ, we are doing ok walaupun nggak oke-oke amat,” dalih Luhut.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Utama PT PII Wahid Sutopo mengaku belum menerima mandat dari Luhut soal proses penjaminan proyek KCJB tersebut. Kendati, ia menegaskan PT PII hadir untuk melaksanakan penjaminan pemerintah di proyek infrastruktur.

“Terkait proyek KCJB, sampai saat ini kami belum secara resmi menerima penugasan dari pemerintah dalam melakukan penjaminan proyek tersebut. Namun, sekiranya akan mendapatkan penugasan untuk penjaminan KCJB, kami berkomitmen akan mempersiapkan dengan sebaik-baiknya,” kata Wahid kepada CNNIndonesia.com, Rabu (12/4/2023).

Sebelumnya diketahui, Menko Marves Luhut buka-bukaan soal kegagalan dalam negosiasi besaran bunga pinjaman di proyek KCJB. Dalam lawatannya ke Beijing, pemerintah China bersikeras menetapkan bunga utang sebesar 3,4%.

Sementara pemerintah Indonesia menginginkan bunga turun menjadi 2%. “Ya maunya kita kan 2 persen, tapi kan enggak semua kita capai. Karena kalau pinjam keluar juga bunganya itu sekarang bisa 6%. Jadi kalau kita dapat 3,4% misalnya sampai situ ya we’re doing okay, walaupun tidak oke-oke amat,” beber Luhut di Jakarta dilansir kompas.com 12/04/2023, 20:46 WIB.

Menteri yang juga pengusaha batu bara ini berujar, pemerintah Indonesia akan kembali melakukan negosiasi penetapan bunga pinjaman dari China agar tidak memberatkan keuangan negara. “Tapi kita masih mau negosiasi lagi,” ucap Luhut.

Sementara itu dikutip dari Harian Kompas, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Kemaritiman Septian Hario Seto menambahkan, patokan bunga 2% adalah suku bunga yang berlaku 2017. Namun, tawaran 3,4% itu masih lebih rendah daripada bunga obligasi Pemerintah AS selama 30 tahun yang mencapai 5,6%.

“Jadi bunga yang ditawarkan sudah lebih rendah dibandingkan bunga Pemerintah AS atau bunga obligasi USD (dollar AS) dari pemerintah Indonesia. Tetapi kita mau negosiasi lagi. Pembengkakan biaya ini tak akan berpengaruh pada rentang waktu hingga tercapainya titik impas (breakeven point), yaitu 38 tahun,” terang Seto.

Masa konsesi pun tak berubah, lanjut Seto, tetap di 80 tahun. Dulu klaim bunga utang 2 persen Sebagai informasi saja, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung sudah banjir kritik sejak awal perencanaan. Awalnya, proyek ini direncanakan digarap Jepang dengan pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA).

Namun di tengah jalan, pemerintah Indonesia memutuskan untuk menggandeng China, meski hal ini membuat Jepang kecewa berat. Alasannya, China menawarkan biaya proyek yang jauh lebih murah meski dengan bunga utang yang lebih tinggi dibandingkan proposal dari Jepang yang menawarkan bunga pinjaman 0,1% per tahun.

Proyek ini juga seharusnya rampung 2019, tapi beberapa kali molor dan diperkirakan baru bisa selesai di pertengahan tahun 2023. Biaya konstruksi pun membengkak drastis, dengan pembengkakan (cost overrun) menembus Rp 18,2 triliun.

Menteri BUMN 2014-2019 Rini Soemarno kala itu menyebut, tawaran dari China dinilai lebih menguntungkan ketimbang Jepang. Ia menerangkan, China menawarkan bunga sebesar 2 persen per tahun. Dengan skema bunga tetap (fixed) selama 40 tahun pertama.

“Begini soal kereta cepat supaya semua jelas. Padahal kan sebetulnya keputusan pemerintah sangat jelas. Nah kalau dilihat dari dua proposal yang diterima, yang memenuhi syarat adalah proposal dari Tiongkok. Karena dari Tiongkok tidak meminta jaminan dari pemerintah. Tidak minta anggaran dari pemerintah dan ini transaksi B to B karena BUMN dengan BUMN,” kata Rini dikutip dari pemberitaan kompas.com pada 1 Oktober 2015.

Dilanjutkan Rini, “Skema pembiayaan kan sudah jelas. Mereka sudah tawarkan 40 tahun (tenor) dari CDB (China Development Bank), 10 tahun grace period, 30 tahun pengembalian, bunga 2 persen. Ini 2 persen fixed untuk 40 tahun untuk komponen dollar.

Tawaran menggiurkan lainnya dari China, yakni proyek KCJB digarap tanpa menggunakan dana APBN karena murni dibiayai utang dan modal konsorsium BUMN Indonesia-China. Namun belakangan, pemerintah tetap harus menyuntik duit APBN melalui skema PMN ke PT KAI (Persero) guna menambal pembangkakan biaya proyek.

Bunga utang dari China untuk proyek KCJB juga rupanya 4 persen yang kemudian setelah dinegosiasi menjadi 3,4 persen, bukan 2 persen sebagaimana yang diklaim Rini Soemarno sebelumnya. (net/pel/cnn/kpc/smr)

 

sumber: share link di WAGroup BUSINESS EDUCATION CLUB (postRabu12/4/2023/)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *