Trump Sebut Tampak Seperti Serangan Ledakan Terbesar yang Terjadi di Beirut

Presiden AS Donald Trump. foto: internet

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengutip laporan dari para petinggi militer negaranya bahwa ledakan dahsyat yang mengguncang ibu Kota Beirut Lebanon tampak seperti serangan yang mengerikan.

semarak.co– “Saya bertemu dengan beberapa jenderal besar kita (AS) dan mereka sepertinya merasa begitu. Ini bukan semacam jenis ledakan manufaktur. Ledakan ini menunjukkan bahwa peristiwa itu adalah pemboman bukan kecelakaan. Mereka akan lebih paham daripada saya, tetapi mereka tampaknya berpikir itu adalah serangan, itu semacam bom,” ujar Trump di Gedung Putih AS, Selasa (4/8/2020).

Bacaan Lainnya

Saat wartawan di Gedung Putih, Selasa (4/8/2020) mengenai penilaiannya bahwa ledakan itu adalah serangan dan bukan kecelakaan, Trump secara diplomatis mengiyakan. “Tampaknya seperti itu berdasarkan ledakannya,” jawab Trump.

Pihak berwenang Lebanon mengatakan kebakaran di sebuah gudang yang berisi bahan peledak di Pelabuhan Beirut menyebabkan ledakan besar yang meratakan bangunan tiga lantai dan terdengar di seluruh kota dan pinggirannya.

Trump menyampaikan simpati terdalam AS kepada rakyat Lebanon, yang berdasarkan laporan menyatakan bahwa banyak orang terbunuh akibat peristiwa itu. “Doa kami ditujukan kepada semua korban dan keluarga mereka. Amerika Serikat siap membantu Lebanon. Kami akan berada di sana untuk membantu,” ujar Trump.

Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hasan mengatakan pada Rabu pagi bahwa jumlah kematian telah meningkat menjadi 63 dan lebih dari 3.000 orang telah terluka. Banyak korban masih terjebak di bawah puing bangunan ketika petugas penyelamat berusaha menjangkau mereka.

Gubernur Beirut Marwan Abboud menangis ketika berbicara kepada wartawan di lokasi ledakan, membandingkan ledakan itu dengan pemboman nuklir yang mengerikan di kota-kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki pada 1945 silam.

Ledakan itu terjadi pada saat yang sensitif, hanya beberapa hari sebelum Pengadilan Khusus PBB untuk Lebanon dijadwalkan mengumumkan putusannya dalam kasus pembunuhan mantan Perdana Menteri Lebanon Rafik Hariri yang tewas dalam ledakan besar di Beirut pada 2005.

Negara ini juga bergulat dengan krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade, dan, seperti banyak dunia, sedang menghadapi pandemi virus corona. Sumber yang dekat dengan Hizbullah membantah tuduhan bahwa ledakan besar-besaran di Beirut adalah serangan oleh Israel terhadap gudang senjata mereka.

Para pejabat Israel, yang berbicara kepada media lokal dengan syarat anonim, membantah keterlibatan Israel dalam tragedi itu, mengatakan ledakan itu bisa saja kecelakaan.

Seperti diketahui, sebuah ledakan besar mengguncang Beirut pada Selasa petang (4/8/2020), pukul 18.00 waktu setempat yang mengakibatkan 100 orang tewas dan 4000an terluka ketika kaca pecah serta balkon-balkon runtuh.

Kantor berita pemerintah Lebanon NNA dan dua sumber keamanan mengatakan ledakan itu terjadi di daerah pelabuhan di mana terletak gudang-gudang yang menampung bahan peledak. Tidak segera jelas apa yang menyebabkan ledakan atau jenis bahan peledak di gudang itu.

“Saya melihat bola api dan asap mengepul di atas Beirut. Orang-orang berteriak dan berlari, berdarah. Balkon-balkon beterbangan dari bangunan. Kaca di gedung-gedung tinggi hancur dan jatuh ke jalan,” kata saksi mata kantor berita asing.

Televisi lokal LBC mengutip menteri kesehatan yang mengatakan ada korban cedera dalam jumlah yang sangat besar dan sejumlah besar kerusakan. Televisi Al Mayadeen mengatakan ratusan orang terluka.

Seorang saksi mata dari kantor berita asing mengatakan dia melihat asap abu-abu tebal di dekat area pelabuhan dan kemudian mendengar ledakan serta melihat api dan asap hitam “Semua jendela di pusat kota hancur dan orang-orang yang terluka berjalan di sekitarnya. Ini adalah kekacauan total,” kat saksi. (pos/net/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *