Cari Pemimpin yang Mampu Bangkitkan Ekonomi Pasca Pandemi di Pilkada, Eko: Harus Terapkan 3C

CEO Sritex Iwan Setiawan dalam tangkapan layar aplikasi zoom acara Diskusi Seri ke-3 Mappilu PWI bertajuk Pilkada 2020: Mencari Pemimpin Perubahan Penggerak Perekonomian di Kantor PWI Pusat, Jakarta, Kamis (26/11/2020). Foto: ist

Ketua Umum Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI) Eko Galgendu berbicara tentang rekonsiliasi ekonomi negara Indonesia dan tantangan perubahan zaman baru para pemimpin. Itu disampaikan dalam diskusi Mappilu PWI bertajuk Pilkada 2020: Mencari Pemimpin Perubahan di Kantor PWI Pusat, Jakarta, Kamis (26/11/2020).

semarak.co-Kepala daerah, pinta Eko, waspada menghadapi siber Covid-19 dengan strategi membumi. Sementara, tantangan perubahan zaman baru yang dimaksud adalah kondisi yang dihadapi dalam memenangkan perubahan sistem dan aturan ekonomi dunia yang mengalami era perubahan zaman baru.

Bacaan Lainnya

“Rekonsilisasi ekonomi negara yang dimaksud adalah memperkuat kembali negara atau wadah yang memiliki suatu sisem ekonomi yang kuat guna menuju apa yang ingin dicapai,” ujar Eko seperti dirilis Humas PWI melalui WAGroup pengurus PWI DKI Jakarta (Guyub PWI Jaya), Kamis petang (26/11/2020).

Siber Covid-19 dimaksud adalah perang urat saraf yang memakai media propaganda untuk melakukan serangan psikologi. Mengakibatkan manusia tidak bisa berpikir secara jernih, bingung, stres dan panik menurut kehendak perancangnya.

“Strategi membumi yang dimaksud di sini, upaya bertahan dengan strategi gerakan membumi yaitu kerakyatan dan kebudayaan. memaksimalkan hasil alam dan bumi, pertanian maupun perkebunan,” jelas Eko.

Kondisi sekarang ini, nilai dia, yang terjadi di sejumlah negara akibat pandemi Covid-19 banyak mengalami kerugian di berbagai bidang. Maka para pemimpin mesti waspada berpikir pada kondisi paling buruk.

“Jadi kami berharap para pemimpin waspada. Serta berpikir pada kondisi paling buruk yaitu kondisi kolonial zaman baru dan senjata daripada kolonial adalah Covid-19 yang dipakai sebagai siber,” ungkap Eko.

Mengapa siber dan gaya baru ini diutarakan Eko, karena pemimpin harus sadar bahwa negara Indonesia sedang dalam kondisi dipertaruhkan dan bisa menjadi tumbal. Jika para pemimpinnya tidak menerapkan 3C yaitu cerdas, cermat, dan cerdik dalam menilai dan memahami penyelesaian Covid-19 yang mesti beradu startegi dengan negara lain.

“Jadi kondisi sekarang para pemimpin harus nenyelesaikan permasalahan Covid-19 dan harus beradu strategi dengan bangsa lainnya di dunia. Sisi lain bangsa ini masih saja ribut dengan kondisi politik di dalam negeri,” demikian Eko.

Ketua umum PWI Pusat Atal S Depari mengatakan, diskusi ini diharapkan menemukan formula sebagai solusi untuk mendapatkan pemimpin daerah hasil Pilkda serentak 2020, 9 Desember 2020 nanti. “Inilah harapan pelaku bisnis di Indonesia untuk mendapatkan pemimpin daerah yang bisa membangkitkan ekonomi akibat pandemi Covid-19,” ujar Atal dalam sambutannya.

Dalam kondisi sekarang ada dua hal yang menjadi perhatian pemerintah, rinci Atal, pertama bagaimana mengatasi Covid-19 karena itu Mappilu juga mengimbau kedua masalah ekonomi ini memang tidak bisa ditawar-tawar karena semua tiarap.

“Kami berharap pemimpin-pemimpin baru nanti punya visi untuk membangkitkan ekonomi dari daerah, kami berharap ada pencerahan dari diskusi ketiga Mappilu PWI ini, terima kasih kepada para pembicara yang bersedia hadir,” ujar Atal.

CEO Sritex Iwan Setiawan yang bergerak di bidang industri tekstil menyampaikan, terjadi perubahan yang luar biasa di dunia usaha sejak Maret 2020 setelah karantina wilayah diberlakukan. Ekonomi menjadi stagnan karena pengusaha tidak bisa mengekspor dan terkendala jualan di dalam negeri.

“Hal yang saya alami ketika melihat kondisi pada saat itu pertama bagaimana kesehatan kita harus kuat. Kedua, Sritex harus hidup dan tidak ada PHK ternyata ada jalan kami membuat masker, APD yang mengakibatkan ada pemasukan untuk Sritex,” ujar Iwan dalam acara diskusi ini.

Ditambahkan Iwan, “Kita sebulan mengubah industry kita menjadi pembuat masker dengan produksi 50 juta pcs. Ini salah satu sikap dinamis pengusaha untuk menyesuaikan kondisi.”

Terkait kepemimpinan, Iwan menyoroti tiga hal penyebab kemunduran bangsa, pertama kurangnya jiwa nasionalisme dari pemimpin, kedua minimnya kualitas pendidikan dan ketiga pembentukan kultur-kultur yang dianggap benar.

“Pemimpin perubahan itu dituntut berintegritas tinggi multi skill dan memahami banyak bidang dengan berani merubah kultur dan bertindak cepat. Itu menjadi landasan kita untuk menghadapi masa depan,” ujarnya.

Ketua Umum GMRI, Eko Sriyanto Galgendu dalam paparannya mengatakan, para pemimpin harus mempekuat kembali sistem ekonomi bangsa untuk menuju negara maju. Dirinya melihat di tengah pandemic Covid-19 terjadi perang siber antarnegara dengan memakai beberapa media propaganda untuk melakukan serangan psikologis.

“Rekonsilisasi ekonomi negara yang dimaksud adalah memperkuat kembali negara atau wadah yang memiliki suatu sisem ekonomi yang kuat guna menuju ingin dicapai. Di sisi lain bangsa ini masih saja ribut dengan kondisi politik di dalam negeri,” tambah Eko.

Direktur Utama PT Harta Mulia Wima Brahmantya turut menjelaskan, kondisi politik Indonesia selalu panas padahal politik harusnya menjadi penyejuk di tengah demokrasi. Harusnya politik dan politikus negeri membuat kekayaan sumber daya alam untuk menyejahterakan bangsa Indonesia.

Mengutip Bung Hatta, kata Wima, demokrasi ekonomi tidak akan tercapai tanpa adanya persaudaraan. Saat ini kondisi warga di daerah pecah gara-gara Pilkada, Padahal, hal terpenting yang diinginkan pengusaha, kata Wima, yaitu keamanan. Tapi hal ini bisa terwujud jika pemimpin itu kuat tidak ada beban dan mandiri.

“Kita sering lupa, filosofi kepemimpinan kita yang paling dikubur dalam-dalam oleh parlemen yakni sila keempat Pancasila, yaitu keberpihakan kepada rakyat itu bisa diwujudkan apabila negeri ini dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, dan harusnya lahir melalui mekanisme musyawarah mufakat,” ujarnya.

Diskusi Seri ke-3 Mappilu PWI bertajuk Pilkada 2020: Mencari Pemimpin Perubahan Penggerak Perekonomian di Kantor PWI Pusat, Jakarta, Kamis (26/11/2020) diselenggarakan Mappilu PWI Pusat dibuka Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari, didampingi Ketua Mappilu PWI Suprapto Sastro Atmojo.

Adapun pembicaranya terdiri dari Wakil Ketua Umum REI, Raymond Arfandi, CEO Sritex, Iwan Setiawan, Ketua Umum Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI), Eko Sriyanto Galgendu dan Direktur Utama PT Harta Mulia, Wima Brahmantya. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *