Organisasi Terafiliasi Rusia QAnon Berpotensi Sebar Ancaman Terorisme di AS

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden AS Donald Trump saat pertemuan bilateral di KTT para pemimpin G20, di Osaka, Jepang, Jumat (28 /6/2019). Foto: internet

Sejumlah organisasi terafiliasi Rusia memainkan peran yang kecil namun semakin meningkat untuk memperbesar sorotan terhadap teori konspirasi yang disebarkan QAnon, yaitu jaringan yang dilabel berpotensi menyebar ancaman terorisme di Amerika Serikat (AS).

semarak.co– Peneliti yang mengkaji QAnon menyebut bahwa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan Rusia ikut campur pada masa-masa awal gerakan tersebut, yang mulai meluncur di internet pada 2017 dengan unggahan anonim serta video-video pendukung di YouTube.

Bacaan Lainnya

Namun, menurut para peneliti itu, seiring pengikut QAnon yang bertambah dan topik-topik baru yang diangkat, akun-akun media sosial yang terkait dengan Pemerintah Rusia juga ikut bergabung.

Kepala analisis media sosial di perusahaan Graphika Melanie Smith menyebut bahwa Twitter pada 2019 lalu menghapus akun-akun yang mengirim cuitan bertagar #QAnon dan #WWG1WGA (Where We Go One, We Go All/Kemana Kami Menuju, Kami Akan Bersama) yang diduga dikendalikan oleh Lembaga Penelitian Internet (IRA) Rusia.

IRA menjadi pihak yang didakwa oleh Robert Mueller, seperti dilansir Reuters, Selasa (25/8/2020) pengacara AS, dalam tuntutan penyelidikan mengenai intervensi Rusia dalam pemilu AS tahun 2016.

Belakangan ini, media terafiliasi pemerintah Rusia, yakni RT.com dan Sputnik meningkatkan pemberitaan mengenai Qanon yang memulai teori konspirasinya dengan pengumuman palsu bahwa Hillary Clinton akan ditangkap atas alasan tak jelas.

Sekarang melebar pada konspirasi penjualan anak oleh elite Hollywood, hingga soal COVID-19.

Pakar disinformasi dari Alethea Group sekaligus mantan analis di lembaga intelijen CIA Cindy Otis menyebut bahwa RT dan Sputnik serta media terafiliasi Pemerintah Rusia lainnya melaporkan lebih banyak tentang QAnon, menggunakannya untuk masuk ke dalam narasi besar bahwa AS telah jatuh, dan banyak kelompok terpecah di dalamnya.”

Menurut laporan Graphika yang dirilis Senin (24/8), pengikut QAnon mulai membagikan lebih banyak konten dari media-media Rusia tersebut. “Kendati Rusia hanyalah satu aktor asing yang menarget para pemilih AS melalui komunitas QAnon, sejarah operasinya muncul sebagai yang paling sejalan secara ideologis dengan teori QAnon yang menyeluruh,” dikutip dari laporan tersebut.

“Rusia juga tampaknya menjadi pihak yang paling berupaya untuk mendapat kredibilitas di dalam komunitas tersebut sejauh ini,” tulis Graphika dalam laporan yang sama.

QAnon dinamai demikian oleh Biro Investigasi Federal (FBI) AS sebagai penghasut potensial atas aksi terorisme dalam negeri, dan pengikutnya pun dihukum dengan tuntutan ancaman teror, pembunuhan, serta aksi kriminal lain. “Sangat sulit untuk mengerti apa itu akun QAnon, lawan akun para pendukung Trump, lawan akun anti vaksin,” kata Melanie Smith. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *