Dalam jagong masalah haji dan umrah secara virtual yang digagas Pengurus Besar Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia (PB FKAPHI) Kamis (16/4/2020) Anggota Komisi VIII DPR RI Ali Taher Parasong meneteskan air mata saat bicara Masjidil Haram dan Masjid Nabawi ditutup saat wabah virus corona (Covid-19).
semarak.co -Ketua umum PB FKAPHI Affan Rangkuti mengatakan, materi yang disampaikan di tengah Pengurus FKAPH Pusat dan wilayah melalui media diskusi virtual melalui zoom online sangat bermakna nasionalis dan bobot religi. Buktinya, Ali Taher menyinggung soal persiapan penyelenggaraan ibadah haji 2020 terkait dengan isu kekinian tentang haji dan wabah Covid -19 di awal ceramahnya.
“Bahwa dunia sedang merasakan culture shock, shock budaya, dalam kontek spiritual. Olehnya kepada kita diharapkan menghadapi semua persoalan ini dengan tenang, sabar dan berhati hati dan harus solutif,” ajak Ali.
Bahkan ia juga menyinggung bagaimana penyelenggaraan ibadah haji 2020 bahwa sampai dengan saat ini pemerintah belum bisa memutuskan apakah bisa dilaksanakan atau tidak. Hal ini sangat tergantung pada Pemerintah Arab Saudi, serta rekomendasi Tim Gugus Tugas Covid-19.
Pesan-pesan haji yang paling menyentuh peserta Jagong saat mantan Ketua Komisi VIII DPR RI periode sebelumnya bicara soal adanya penutupan dua masjid agung umat Islam seluruh dunia yang pertama Masjidil Haram di Kota Mekkah serta Masjid Nabawi di Kota Madinah.
Bukan saja Ali Taher yang menangis, tapi hampir seluruh peserta Jagong online ikut terharu mendengar beliau menangis. “Dengan kondisi wabah Corona yang sedang kita alami saat ini Allah telah memberikan pelajaran besar kepada kita, Allah telah mengajarkan dan mengingatkan,” ujar Ali.
Mungkin kita semua telah lalai dalam kewajiban kita, lanjut ceramah Ali, seperti melupan sedekah kepada saudara saudara kita, mungkin kita lupa bersedekah kepada anak anak yatim. Bersedekah kepada orang orang yang membutuhkan.
Bukan hanya di sini saya sampaikan, di teman-teman DPR pun saya selalu menyampaikannya. Disamping itu, putra NTT ini mengatakan saat dirinya kecil bercita-cita ingin membantu dan mengembangkan nilai-nilai saleh pribadi dan sosial di sana.
Baginya dengan ber-Islam maka kita pun bisa menghargai adanya perbedaan keyakinan, dengan Islam kita bisa hidup bersama bergandengan tangan bersama sama agama lainya guna kemajuan bangsa. “Islam ini rahmatan lilalamin,” ujar Ali.
Mengakhiri ceramahnya Ali Taher berpesan ada tujuh kunci keberhasilan yang dijadikan dasar dalam pengabdian yaitu ikhlas, tekun, sabar, berbaik sangka, amanah, istiqamah dan mengharap ridha Allah SWT semata.
Di bagian lain, Ali Taher meminta kepada Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) di Kabupaten Kota yang berhadapan langsung dengan jemaah haji untuk terus mengikuti perkembangan isu-isu penyelenggaraan haji baik di DPR maupun di Kemenag.
Permintaan itu diungkapkan Ali karena saat ini masih banyak infornasi-informasi yang menyesatkan terkait dengan pelaksanaan haji. Ia meminta untuk tetap menunggu informasi yang resmi dari pemerintah dan DPR.
“Tetap menunggu informasi dan selalu mengikuti informasi terkini, terutama kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan DPR dan Menteri Agama, saya seminggu dua kali pasti berbicara dengan Pak Dirjen PHU dan Pak Wamen (Wakil Menteri Agama) dan Insya Allah kalau ada perkembangan akan kita sampaikan,” kata dia.
Diskusi yang digagas PB FKAPHI ini dihadiri para pengurus FKAPHI baik pengurus besar maupun pengurus wilayah dan Kasi PHU Kabupaten dan Kota. Sebelumnya FKAPHI sudah mengadakan diskusi melalui daring dengan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Nizar, Dirbina Haji H Khoirizi serta Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusuf Singka.
“Adalah hal yang wajar bila saat ini banyak tersebar berita-berita negatif tentang haji. Kondisi sekarang adalah kondisi emergency force majeur bahkan Presiden Jokowi sudah memutuskan ini sudah masuk bencana nasional.
“Banyak beredar informasi di masyarakat kita perlu tabbayyun, itu wajar saja karena ada aspek psychology shock dan yang bisa menjadi rujukan tabbayun itu, adalah DPR dan Pemerintah,” paparnya.
Jadi sebelum ada keputusan dari DPR Komisi VIII dan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, lanjut dia, informasi itu belum bisa dijadikan dasar untuk bisa tidaknya haji dilaksanakan. “Kita perlu bersabar untuk selalu mengupdate data sehingga nanti jika ada sudah ada keputusan akan kita sampaikan demi kemaslahatan umat kita,” jelasnya.
Ia berpesan dalam menyikapi informasi-informasi yang berkembang di masyarakat, seharusnya mengedepankan sikap rasional, objektif serta proposional dalam menilai informasi yang lalu lalang di media.
“Jangan dianggap keliru juga tapi perlu dijawab dengan sikap yang tawwadu dan tabayyun karena haji ini semua orang merindukan, semua orang berharap dan ingin kesana,” tandas Ali.
Seperti diketahui, pria kelahiran Lamakera, Solor Timur, Flores Timur, NTT, 9 Februari 1961, ini tak kuasa menahan emosinya saat berbicara masalah Islam dan ibadah haji. Ali tak kuasa menahan keluar air matanya saat didapuk menjadi narasumber dihadapan para pengurus FKAPHI baik pengurus besar maupun pengurus wilayah dan Kasi PHU kabupaten dan kota.
“Karena haji ini semua orang merindukan, semua orang berharap dan ingin kesana. Ka’bah kosong kita menangis, masjid nabawai Madinah kosong kita semua menagis,” kata Ali.
Ali Yakin, dibalik peristiwa yang menimpa manusia selalu ada hikmahnya, menurutnya Allah telah memberi pelajaran bagi umat manusia. Bukan karena ada salah, sikap atau perbuatan yang diperbuat manusia, tetapi karena itu merupakan cara Allah untuk menegur umatnya.
“Kita yakin dibalik perisiwa ini ada hikmah, Allah telah memberi pelajaran bagi kita, tidak ada yang salah dalam hati kita, sikap dan perbuatan kita, Allah menegur dengan caranya tapi kita yakin Allah yang menurunkan penyakit dan Allah pula yang akan meyembuhkannya, oleh karena itu kita harus berbaik sangka kepada allah,” jelasnya dengan nada terisak.
Diakuinya, dirinya memang sangat membela Kementerian Agama, karena Kemenag merupakan gawang terakhir dalam menjaga ketahanan rohani bangsa. Di Kemenag sendiri yang terukur dengan baik itu salah satunya adalah ibadah haji.
“Saya selalu membela Kemenag disetiap ada kesempatan, karena gawang terakhir dalam menjaga ketahanan rohani bangsa ada dikemenag yang diukur dengan baik itu adalah ibadah haji,” ujarnya.
Ia pun berpesan kepada seluruh ASN Kemenag untuk terus bekerja dengan ikhlas dan sabar, karena meurutnya kesalehan spiritual akan menghasilkan kesalehan sosial.
Dalam arahannya, ia meminta agar seorang pemimpin muslim itu menjalankan tiga fungsi utama antara lain Fungsi kerisalahan, Fungsi kekhalifahan serta Fungsi kerahmatan. “Ketiga fungsi ini harus kita jawab dengan perbuatan, bekerja baik, bekerja ikhlas, bekerja cerdas untuk kepentingan umat dan bangsa,” tuturnya.
Mengakhiri ceramahnya Ali Taher berpesan ada tujuh kunci keberhasilan yang dijadikan dasar dalam pengabdian yaitu ikhlas, tekun, sabar, berbaik sangka, amanah, istiqamah dan mengharap rida Allah Swt semata. (smr)
sumber: WA Group Jurnalis Kemenag/kemenag.go.id