Catat ya? Ini rekor sepanjang sejarah nilai tukar rupiah di Indonesia. Menyusul nilai tukar rupiah terhadap USD terus tertekan hingga Rp17.154. Rupiah terus anjlok sejak Kamis lalu (18/3/2020) hingga jelang penutupan Senin sore (23/3/2020).
semarak.co -Pada pukul 09.53 WIB, Rupiah masih bergerak melemah 590 poin atau 3,7% menjadi Rp16.550 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.960 per dolar AS. Jelang sore ini tadi Senin (23/3/2020) sudah tembus Rp17.154 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ini mencapai titik terendah sejak masa krisis 1998 silam. Mengutip situs resmi perbankan nasional bahkan nilai jual dolar Abang Sam (AS) tembus Rp17 ribu. Sementara berdasarkan JISDOR Bank Indonesia (BI) saat ini, posisi rupiah makin melemah di level 16.608 per USD.
PT Bank Central Asia (BCA) memasang kurs beli di angka 16.590 dan kurs jual Rp16.810. Sedangkan PT Mandiri (Mandiri) memasang kurs beli Rp16.550 dan kurs jual 16.980. PT Bank Negara Indonesia (BNI) memasang kurs beli Rp16.199 dan kurs jual Rp17.204.
Sementara PT Bank Tabungan Negara (BTN) memasang kurs beli Rp16.330 dan kurs jual Rp17.130. Adapun PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) memasang kurs beli Rp16.600 dan kurs jual Rp17.100.
Mengutip keterangan resminya, BI menyampaikan, sesuai keputusan RDG Maret 2020, otoritas mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing sebagai underlying transaksi dalam transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).
Sehubungan dengan hal tersebut, BI menyempurnakan ketentuan yang mengatur tentang DNDF melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 22/2/PBI/2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/10/PBI/2018 tentang Transaksi DNDF (PBI DNDF), berlaku efektif sejak tanggal 19 Maret 2020.
Penyempurnaan meliputi penambahan underlying transaksi DNDF berupa rekening rupiah yang dimiliki Pihak Asing, antara lain tabungan, giro, deposito, untuk tujuan investasi, untuk menampung hasil investasi, dan/atau untuk tujuan lainnya.
Adapun penyempurnaan ketentuan PBI dimaksud merupakan bagian dari upaya BI untuk memperkuat bauran kebijakan yang diarahkan untuk mendukung upaya mitigasi risiko penyebaran COVID-19, menjaga stabilitas pasar uang dan sistem keuangan, serta mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.
Perluasan jenis underlying transaksi bagi investor asing dapat memberikan alternatif dalam rangka lindung nilai atas kepemilikan rupiah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan fleksibilitas bagi investor asing dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Kepala riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, Indonesia memiliki populasi besar yang bisa mendukung ekonominya. Atas dasar itu dia yakin, ke depannya rupiah pasti akan menguat kembali seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya.
“Jadi, tidak perlu membeli dolar secara berlebihan, cukup sesuai kebutuhan saja. Kalau tidak ada kebutuhan dolar, tidak perlu membeli,” ujar Ariston di Jakarta, Senin (23/2/2020).
Rupiah kemungkinan bisa tertekan lagi hari ini mengikuti sentimen negatif yang membayangi pergerakan aset berisiko pagi ini seperti indeks saham futures AS, indeks saham Australia, Nikkei (Jepang) dan Kospi (Korea Selatan) yang bergerak negatif serta sebagian mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS.
Menurut Ariston, kekhawatiran terhadap peningkatan penyebaran wabah COVID-19 ditambah dengan stimulus pemerintah AS senilai 1,3-2 triliun dolar AS yang belum mencapai kata sepakat dengan senat AS, menjadi penyebab sentimen negatif tersebut.
WHO sendiri masih terus melaporkan peningkatan kasus penularan wabah COVID-19 di dunia dengan lebih dari 294 ribu positif. Sementara itu, pasar masih menunggu kabar kesepakatan stimulus pemerintah AS malam ini.
Bila sepakat, lanjut Ariston, bisa membantu memberikan sentimen positif ke pasar keuangan karena stimulus yang besar. “Pergerakan USD-IDR hari ini masih berpotensi untuk naik mendekati level tertinggi Juni 1998 di Rp16.850 dengan potensi support di kisaran Rp15.900, bahkan ini sudah di atas Rp17 ribu,” ujarnya.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan ini anjlok di bawah level psikologis 4.000 poin seiring pertambahan kasus positif COVID-19 di Tanah Air.
IHSG ditutup melemah 205,43 poin atau 4,9 persen ke posisi 3.989,52. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 41,35 poin atau 6,62 persen menjadi 583,41.
Analis Indopremier Sekuritas Mino mengatakan, sentimen pelemahan indeks masih dominan domestik terkait terus bertambahnya korban yang terinfeksi dan meninggal akibat COVID-19 .
“Sementara itu melemahnya nilai tukar rupiah juga menjadi tambahan sentimen negatif di pasar,” kata Mino di Jakarta, Senin (23/3/2020).
Berdasarkan data di laman covid19.go.id, jumlah kasus positif di Indonesia per 23 Maret 2020 mencapai 579 kasus. Sebanyak 30 pasien sembuh dan 49 meninggal dunia. Dibuka melemah, IHSG terus berada di teritori negatif hingga penutupan perdagangan saham.
Pada pukul 14.52 WIB sempat terjadi pembekuan perdagangan sementara (trading halt) karena IHSG turun mencapai lima persen. Secara sektoral, seluruh sektor terkoreksi dengan sektor industri dasar turun paling dalam yaitu 5,87 persen, diikuti sektor manufaktur dan sektor konsumer masing-masing minus 5,77 persen dan minus 5,75 persen.
Penutupan IHSG diiringi aksi beli saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah beli bersih asing atau net foreign buy sebesar Rp36,65 miliar. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 371.109 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 6,77 miliar lembar saham senilai Rp5,61 triliun.
Sebanyak 68 saham naik, 332 saham menurun, dan 112 saham tidak bergerak nilainya. Sementara itu, bursa saham regional Asia pada Senin sore (23/3/2020) ini antara lain indeks Nikkei menguat 335 poin atau 2,02 persen ke 16.887,8, indeks Hang Seng melemah 1.109 poin atau 4,86 persen ke 21.696,1, dan indeks Straits Times melemah 176,76 poin atau 7,33 persen ke 2.233,98. (net/lin)