Radhar mengatakan, pembacaan puisi secara dramatik tersebut adalah sebuah genre baru pertunjukan yang dimulai di Indonesia olehnya dan Teater Kosong lebih dari 30 tahun yang lalu. Saat itu yang dipanggungkan adalah kumpulan karyanya, Simfoni Duapuluh (1985).
“Itu terinspirasi oleh video teatrikal dari album puisi pertama Bad, milik Michael Jackson,” kata Radhar. Dari situ, ia melanjutkan, setiap menerbitkan karya apa pun ia selalu menampilkan versi teatrikalnya di atas panggung. Kali ini, pentasnya akan dilangsungkan pada 28 Januari mendatang di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Cikini Jakarta.
Meski ingin menyuarakan langsung karyanya, tapi Radhar justru tidak akan tampil di atas pentas. Ia memilih beberapa pekerja seni Indonesia untuk membacakan karya, di antaranya Olivia Zalianty, Cornelia Agatha, Marcella Zalianty, Prisia Nasution, dan Maudy Koesnaedi.
Tak hanya dibacakan, beberapa puisi itu juga akan diekspresikan dalam bentuk lagu oleh dua musisi Indonesia, yakni grup band Slank dan Toni Q Rastafara. Olivia yang juga memproduseri pertunjukan itu mengatakan, apa yang ia kerjakan sekaligus merupakan bentuk protesnya terhadap kondisi negara, tanpa harus menjadi demonstran. “Ini wujud protes lewat karya seni, mencoba mewakili suara rakyat bagaimana merasakan rakyat Indonesia melihat ada hal yang salah dengan istana,” tutur Olivia.
Radhar menambahkan, “Ini bagian dari ekspresi seniman mengajak teman-teman merenung keberadaan kita sebagai bangsa.”
Puisi Marah
Maudy yang ikut terlibat dalam pentas itu termasuk aktris yang tidak asing soal puisi. Meski begitu, ia tetap mengaku kesulitan. Apalagi puisi Radhar berisikan kemarahan. “Awalnya iya iya saja, tidak bisa menolak karena diminta raja penyair, tapi saat baca isinya marah-marah terus dan laki banget. Untungnya Mas Radhar mau banyak kasih pemahaman secara intens,” kata Maudy.
Akhirnya ia merasa, puisi itu menjadi makanan jiwa dan pemenuhan batin. Marcella mengalami hal yang sama. Mulanya ia menganggap enteng dan heran saat adiknya (Olivia) tak henti berlatih sekaligus menyiapkan mental fisik. “Oliv itu latihan sibuk, ngajak saya ‘Kak ayo latihan kak.’ Saya santai, toh saya pikir tinggal baca. Tapi saat ketemu pertama kali ternyata tak mudah. Puisi politik isinya ekspresi kemarahan, kekecewaan, keprihatinan dan marah, tapi diungkapkan lewat seni.”
Tapi seperti Maudy, ia merasakan manfaatnya. Baginya, itu menjadi perenungan sekaligus pembelajaran untuk memahami keadaan masyarakat.
Keterlibatan Musisi
Penyanyi reggae Tony Q Rastafara mengaku keterlibatannya dalam pertunjukan Manusia Istana bukanlah suatu kebetulan. Ia mengungkapkan, sebelum rencana pentas tersebut, ia telah lebih dulu ingin menjadikan salah satu puisi Radhar menjadi sebuah lagu.“Dua tahun lalu saya bertemu Radhar dan membicarakan soal catatannya, saya bilang tertarik buatkan lagu untuk puisinya. Saat jadi, langsung dibilang ‘Yuk ikut ya acara Manusia Istana,’” katanya.
Slank pun merasa punya kedekatan dengan Radhar. Apa yang dirasakan dan ingin disampaikan Radhar, juga ada dalam hati Slank. “Kegalauan Mas Radhar sama dengan kami, bulan depan album kami isinya tak jauh dengan yang ditulis Radhar,” ujar Ivanka, basis Slank.
Pembacaan puisi dalam pentas tersebut dijanjikan akan diperkuat elemen-elemen dramaturgis khas pertunjukan teater, mulai dari tata panggung, pencahayaan terkomputerisasi, lantunan musik bernuansa orkestra-tradisional, hingga teknologi video mapping yang akan memperkuat suasana atau atmosfer panggung.
Tiket pertunjukan teatrikal puisi Manusia Istana yang juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation bisa didapatkan dengan kisaran harga mulai Rp75 ribu sampai Rp750 ribu.(cnni.c)