Sejumlah diklat yang berpartisipasi yakni Anjungan DKI Jakarta, Anjungan Bengkulu, Anjungan Maluku Utara, Anjungan Nusa Tenggara Timur, Anjungan Jambi dan dari Kita Production. Para penari dari anak berusia tiga tahun hingga orang dewasa. Semuanya kompak memadukan gerakan dengan irama musik. Tarian Soga Itu Bajawa dari NTT menjadi tari pembuka dalam acara itu. Beberapa penari asal anjungan NTT menjadi instruktur di sebuah panggung.
Gerakan mereka diikuti oleh para penari lain serta masyarakat yang turut memeriahkan. Tarian khas betawi bernama Sirih Kuning, dibawakan seluruh penari, dipimpin oleh sejumlah penari dari Anjungan DKI Jakarta. Pada moment ini, sebagian penonton yang sebelumnya hanya terpaku, mendadak tergugah dan ikut menari.
Berikutnya, sejumlah instruktur dari anjungan lain secara bergantian menandu penari lain hingga acara itu selesai. Acara bertajuk Taman Mini Menari itu menjadi kegiatan rutin yang digelar setiap bulan pada minggu ke empat oleh TMII untuk mengajak pengunjung mengenal sekaligus berpartisipasi langsung menarikan tari tradisional.
Sekitar 20 diklat yang ada di sana secara bergilir mendapat jatah menampilkan pertunjukkan tari yang kemudian diikuti oleh pengunjung TMII.
Pembinaan
Manajer Informasi Budaya dan Wisata TMII, Ertis Yulia mengatakan, Taman Mini Menari sejatinya digelar sebagai bentuk eksistensi para peserta diklat seni di berbagai anjungan sekaligus menjadi bagian dari pembinaan TMII terhadap kehidupan seni dan budaya.
“Selama ini orang taunya TMII hanya tempat wisata dan ilmu pengetahuan. Dengan acara ini kami sekaligus ingin memberitahukan kepada masyarakat bahwa di TMII juga sebagai pusat kehidupan seni dan budaya. Tiap hari aktifitas seni hidup dengan digelarnya pelatihan-pelatihan di anjungan,” jelasnya.
Acara seperti ini, kata Ertis sudah digelar sejak setahun lalu dan berdampak positif. Hal tersebut terlihat dari banyaknya masyarakat mendaftarkan anak-anak mereka ke diklat tari di anjungan tertentu setelah mereka menyaksikan peserta diklat unjuk kebolehan pada moment Taman Mini Menari. “Dari dulu diklat seni di TMII telah mencetak para penari profesional. Bahkan, sejumlah diklat kerap mengirimkan duta dalam sejumlah kegiatan menari di berbagai negara,” imbuhnya.
Dita (6), salah satu peserta bangga setelah akhirnya ia bisa tampil menari di depan umum. Bocah kelas 1 sekolah dasar itu sudah belajar tari semenjak usia empat tahun.
Sementara itu, pengunjung TMII bernama Madani (42) mengapresiasi gelaran tersebut. Ia bahkan bersama beberapa temannya turut menari bersama para penari dari diklat. “Saya memang baru tahu kalau di TMII ini ada sekolah menari di tiap anjungan. Tadi ngobrol sama teman rencananya mau masukin anak belajar menari di sini,” imbuhnya. (wkc)