Horeee!!! Survei Manapun Menangkan Anies Sandi

Jajak pendapat dari dua lembaga suvei yang berbeda, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dan Median memprediksikan hal yang sama. Meski berbeda persentase, keduanya memperkirakan yakni Anies-Sandi lebih berpeluang menang pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.

“Kalau dilihat dari 63% pendukung Agus-Sylvi beralih ke Anies-Sandi, saya rasa pasangan ini memang lebih berpotensi menang pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta ini,” papar peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar ketika berpartisipasi di forum diskusi Redbons, Jakarta Pusat, Kamis (6/4/).

Hal senada diungkapkan Direktur Riset Median Sudarto. Merujuk pada isu identitas yang menimpa pasangan petahana Ahok-Djarot, dianggap memengaruhi elektabilitasnya. “Pemilih Jakarta ini aneh, saya kira ada anomali karena rata-rata menyebut petahana kerjanya sudah bagus, tetapi tidak mau memilih mereka,” timpal Sudarto.

Sementara pengamat politik Ubaidillah Badrun menyebut, pergerakan timses pemenangan masing-masing kandidat dalam kurun waktu 13 hari jelang pemilihan sangatlah menentukan. Selain itu, terdapat dua faktor yang memengaruhi keterpilihan mereka, yakni politik uang dan mesin politik. “Hal yang paling menyulitkan untuk perubahan pilihan adalah politik uang dan mesin politik,” jelas Ubai.

Meski demikian, Ubai menekankan militansi relawan dan parpol mampu meminimalisir politik uang. “Para relawan dan politisi yang bisa kita sebut sebagai mesin politik inilah yang punya peran kunci membuahkan kemenangan paslon,” tandasnya.

Berdasakan survei yang digelar Sinergi Data Indonesia (SDI), kembali paslon nomor 3 Anies Sandi tetap unggul dalam Pilkada DKI putaran dua. Survei dilakukan 10 hingga 17 Maret 2017 terhadap 600 warga Jakarta.

Direktur SDI, Muhammad Barkah Pattimahu, mengatakan diketahui dari 600 responden, 49,20 persennya mendukung pasangan Anies-Sandi. Sementara, paslon lain hanya mendapat 42.20%. “Sisanya sebesar 8,60 persen menjawab rahasia, tidak tahu dan tidak menjawab,” kata Pattimahu di kantor SDI, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (3/4/2017).

Ahok, sapaan Basuki, sempat menjelaskan alasan dirinya melakukan cara lain di kampanye putaran dua. “Kalau dari survei, justru saya pasti kalah, katanya gitu. Kalau gitu ini pembuktian, saya datang ke tempat yang menang. Berarti memang kita utamakan orang sakit,” jelas dia saat ditemui di Jl H Syaip, Gandaria Selatan, Jakarta Selatan, Rabu (5/4).

Dia menilai, masa kampanye putaran kedua sangat sempit, hanya satu bulan setengah. “Saya mikir gini lah, ini kan waktu sangat pendek, misalnya kalau Tuhan enggak izinin saya jadi gubernur, saya tetap jadi gubernur sampai Oktober. Berarti saya harus beresin kesehatan ini. Supaya sistem sudah ada, itu yang penting,” jelasnya.

Hasil lembaga-lembaga survey itu sejajar dengan survey-survei yang dilaksanakan para user instagram, twitter, facebook, dan lainnya. Dalam twitter cnn Indonesia, misalnya, Paslon nomor 3 Anies Sandi unggul tipis 57-43. Survey tentang urusan transportasi missal di Jakarta, Ahok-Djarot focus pada proyek yang berjalan, Anies Sandi unggulkan OK OTrip, program siapa yang terbaik, pada Kamis (6/4), terakhir pukul 23.46, Anies Sandi masih memimpin.

Instagram menempati urutan teratas sebagai platform media sosial paling banyak buat narsis dibanding Snapchat, Twitter dan Facebook. Temuan itu mengacu pada survei terbaru yang melibatkan 10 ribu orang partisipan generasi milenial, yang diusung LendEDU. Dua pertiga partisipan juga mengakui bahwa mereka memberi jempol sebuah postingan dan video sebagai balasan dari orang yang sebelumnya memberi ‘likes’ juga di postingan mereka.

“Generasi muda saat ini tidak akan mempermasalahkan kenapa mereka menggunakan media sosial seperti Instagram, Facebook, Snapchat, atau Twitter, mereka menggunakannya untuk memenuhi hasrat ego untuk terhubung di era digital, share aktivitas keseharian, dan pencitraan mereka pada publik,” ungkap juru bicara LendEDU, seperti dilansir Daily Mail, baru-baru ini.

Survei itu menemukan bahwa ada 64 persen partisipan meyakini Instagram merupakan platform media sosial buat narsis. Angka itu lebih tinggi dibanding media sosial lainnya, seperti Facebook 10 persen, Snapchat 15 persen dan Twitter 11 persen. “Pengguna Instagram dipengaruhi oleh satu hal penting, yakni ‘likes’.”

Survei tersebut juga mempertanyakan: “Apakah kamu juga memberi jempol pada akun orang lain yang memberi ‘likes’ di postinganmu?” Reponsnya mengejutkan karena 67 persen partisipan menjawab ‘Ya’ karena itu merupakan kode tak tertulis di Instagram.

Temuan lainnya, adalah ketika mereka ditanyakan, “Apakah mereka atau ada orang lain menghapus postingan ketika tidak mendapat banyak acungan jempol atau likes?”

Total 78 persen mengatakan mereka atau orang lain yang mereka kenal menghapus postingan begitu tidak mendapat banyak ‘likes’. Temuan ini membuktikan bahwa mayoritas pengguna media sosial tidak sepenuhnya bermaksud membagi pengalaman mereka dengan orang lain, melainkan ingin mendapatkan banyak ‘likes’. “Generasi milenial lebih memilih menyembunyikan kehidupan mereka sebenarnya dari publik daripada tidak mendapat ‘likes’ di Instagram.” (dtc/tbc/mdc/cnni/lin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *