“Mereka bukan bikin film, tapi sejarah fim di Indonesia,” ucapnya dalam rilis yang diterima Liputan6.com.
Film Night Bus sendiri bercerita tentang perjalanan sebuah bus malam menuju kota Sampar yang hancur akibat konflik separatis selama bertahun-tahun. Kisah berawal di terminal keberangkatan kota Rampak, di mana penumpang sudah beberapa hari menunggu jalur dibuka setelah pecahnya konflik dan kontak senjata antara pasukan Samerka (Sampar Merdeka) dengan aparat pemerintah.
Para penumpang memiliki tujuan masing-masing untuk sekadar pulang bertemu dengan keluarga, berziarah ke makam anak yang baru meninggal, menyelesaikan urusan pribadi, atau mencari kehidupan yang lebih baik.
Teror semakin mencekam dan situasi begitu menegangkan saat bus diberhentikan oleh kelompok bandit perang yang sadis dan bengis. Nyawa dipertaruhkan, tidak ada yang tahu siapa akan bertahan hidup atau mati menjadi korban. Film ini juga menyajikan adegan demi adegan yang begitu mencekam, mulai dari kehancuran kota, kebakaran, kecelakaan, hingga baku tembak. Semua itu dipoles halus dengan hasil maksimal sekalipun dengan dana terbatas.
Film ini didukung sederet nama besar seperti Toro Margens, Lukman Sardi, Yayu Unru, Alex Abbad, Edward Akbar, Teuku Rifnu Wikana, Donny Alamsyah, Rahael Ketsia, Tio Pakusadewo dan lainnya. Ini juga menjadi debut perdana Darius Sinathrya sebagai produser film. “Bersyukur akhirnya film ini rilis. Saya berharap Night Bus bisa menjadi variasi untuk film Indonesia,” ujar ucap Darius Sinathrya saat bertandang ke redaksi Bintang.com, Rabu (29/3). (btc/l6c)