Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka mengajak para ASN untuk merenung, apakah para ASN di Kemendukbangga/BKKBN sudah merdeka dalam menjalani peran ganda sebagai ASN dan orang tua.
Semarak.co – Dia menyatakan, kemerdekaan bukan hanya tentang terbebas dari penjajahan. Di masa kini kemerdekanan juga tentang bagaimana bisa menyeimbangkan keberhasilan di kantor dengan kebersamaan di rumah.
“Kemendukbangga/BKKBN tidak bisa bicara tentang ketahanan keluarga tanpa memastikan keluarga ASN sendiri kuat, hangat, dan resilien,” ujar Isyana pada acara “Kelas Orang Tua Bersahaja (Bersahabat dengan Remaja)” yang digelar Kemendukbangga dalam rangka HUT RI, dirilis humas melalui WAGroup Jurnalis Kemendukbangga/ BKKBN, Minggu sore (17/8/2025)
Dia menyatakan, remaja masa kini tumbuh di tengah derasnya arus media sosial, tekanan akademik, dan pencarian jati diri. Mereka menghadapi berbagai dinamika yang mungkin belum pernah dialami generasi sebelumnya.
Di satu sisi, orang tua dituntut untuk bekerja keras dan berprestasi. Di sisi lain, anak-anak membutuhkan sosok yang hadir secara emosional, pendengar setia, sekaligus teladan dalam bersikap.
Isyana menggambarkan fenomena sehari-hari yang sering dijumpai. Handphoneseolah menjadi anggota keluarga baru. “Pertanyaannya, apakah kita masih menjadi tempat pulang dan bercerita yang paling nyaman bagi anak?” kata dia.
Ia menekankan, orang tua perlu memahami dunia anak, termasuk tren dan istilah populer generasi now. Meski begitu, orang tua tidak perlu memaksakan diri meniru gaya anak muda. Yang terpenting adalah membangun hubungan kokoh agar anak tetap menjadikan orang tuanya sebagai rujukan utama.
Isyana juga menyampaikan, setiap keluarga memiliki dinamika dan tantangan masing-masing. Tugas orang tua adalah mengenali kebutuhan anaknya secara tepat, menyesuaikan pendekatan pengasuhan, dan terus belajar.
“Kesibukan di kantor tidak boleh menjadi alasan untuk kehilangan kedekatan dengan anak. Karena hubungan yang hangat dan saling percaya adalah benteng terkuat menghadapi beratnya tantangan remaja di era ini,” jelasnya.
Psikolog Johana Rosalina menyatakan, remaja sedang berada pada fase perubahan besar yakni fisik, kognitif, dan emosional yang membuat mereka rawan kebingungan dalam mengambil keputusan. Paparan media sosial kerap menambah beban, memunculkan kebingungan identitas, bahkan memicu stress.
Ia mengajak orang tua menerapkan positive parenting, membangun hubungan yang kuat, komunikasi demokratis, disiplin positif, dan memberi contoh nyata. “Disiplin positif bukan tentang menundukkan anak, melainkan membantu mereka mengembangkan kekuatan diri dan tanggung jawab,” tegasnya. (hms/smr)