by Zeng Wei Jian
semarak.co– Modern men melihat “dinasti politik” sebagai refleksi unhealthy democratic system. Elective republics dikuasai fragmentasi klik, family, clan & dinasti.
Pemilu adalah antithesis the politics of hereditary entitlement. Sekalipun widespread rhetorical condemnation of dynastic leadership merebak, trend “Dinasti Politik” ada di semua negara. Aktifis Andi Arief menyebutnya Asiatic Style politics.
North Korea dikuasai House of Kim. Priyanka Gandhi mengingatkan rakyat kepada Indira Gandhi. PM Modi menyerang Gandhi’s family memainkan Politik Dinasti.
Ada 11 powerfull family di arena politik Amerika; Bush, Kennedy, Adam, Roosevelt, Rockefeller, Clinton, Cuomo dan lain-lain.
Yes, United States is a democracy. Tapi sama sekali ngga berarti Amerika tidak memiliki powerful family dynasties.
Di Solo, Jokowi’s first son Gibran Rakabuming memulai debut politiknya. Ketum Gerindra Prabowo Subianto menginstruksikan kadernya; Dukung Gibran…!!
Politisi nyaru philosopher macam Roki Gerung nge-bully dengan terminologi: Otak Kosong. Tapi dukung AHY nyagub dan diem melihat Siti Nur Azizah puteri Wapres Makruf Amin maju di Pilwako Tangsel. Mungkin karena diusung Partai Demokrat & PKS.
Kontinuitas Family-based occupation fenomena dunia. Buah jato ngga jauh dari pohonnya. Justin Trudeau mengikuti jejak papanya Pierre Trudeau yang viral dengan Gerakan “Trudeaumania” dan menjadi sensasi media tahun 1968.
Political scientist Milan mengatakan Vaishnav dynasty-driven politics disukai voters karena beberapa faktor seperti “greater exposure to politics, ideas of family experience, political networks and connections, and the belief in an enhanced capacity to deliver services”.
Acceptable dynastic lineage ditemukan di nyaris semua partai politik. Erlangga putra Menteri Perindustrian Orde Baru Hartarto Sastrosoenarto memimpin Golkar. Ada Diaz Hendropriyono di PKPI. Hilmi Aminuddin putra tokoh DI/TII Danu Muhammad Hasan adalah pendiri PKS.
Kurangnya inner-party democracy menyebabkan “hegemonic dynasties” kuat mencengkram Partai Demokrat.
Dinasti Politik & Politik Dinasti tak terhindari. Semoga Gibran, AHY, Yeni Wahid, Saraswaty Rahayu dan Puan Maharani tidak memprioritaskan apa yang disebut Sociologist Andre Beteille sebagai “family name over merit in politics.”
THE END