“Meskipun kebohongan itu lari secepat kilat, satu waktu kebenaran akan mengalahkannya!” Itulah ucapan apologetik dari seorang pakar hukum legendaris Indonesia, Prof. Jacob Elfinus Sahetapy atau yang lebih sering disapa sebagai Prof. Sahetapy.
Semarak.co – Dalam kasus ijazah mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi), ungkapan di atas amat relevan untuk disematkan. Bagaimanapun Jokowi dan para pembelanya berkelat-kelit, yang terkadang penuh drama menguras emosi, namun faktanya kebenaran tetap memburu keaslian ijazah yang digunakannya.
Yaitu saat mencalonkan diri menjadi pemimpin Kota Solo, DKI Jakarta, dan Republik Indonesia. Di tengah hiruk-pikuk perdebatan tentang masalah ini, muncul pernyataan mengejutkan dari seorang Prof. M. Yudhie Haryono yang merupakan salah satu tokoh penting dalam perjalanan karir Jokowi.
Termasuk di awal-awal pencalonannya sebagai Walikota Solo tahun 2005. Dengan tegas, dosen dan pengurus yayasan sebuah universitas swasta di Jakarta ini mengungkapkan bahwa 100 persen Joko Widodo tidak memiliki ijazah Universitas Gajah Madah (UGM).
“100% Pak Jokowi tidak punya ijazah UGM,” ungkap Yudhie kepada Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (Ketum PPWI), Wilson Lalengke melalui percakapan WhatsApp (WA), Rabu, 22 Oktober 2025.
“Dan, sudah lama kami usulkan untuk dihukum karena (dia) menipu semua orang,” demikian Prof Yudhie menambahkan seperti dilansir berandankrinews.com, Oktober 24, 2025 yang dikutip melalui laman pencarian google.co.id, Jumat (14/11/2025).
Ketika diminta pertanggung-jawaban atas kasus ijazah Jokowi dalam kapasitasnya sebagai pihak yang membawa suami Iriana itu ke panggung kepemimpinan daerah dan nasional, Prof Yudhie kemudian mengelak.
Dia beralasan bahwa perannya bersama rekan-rekan relawan lainnya, seperti Iwan Piliang hanya fokus ke materi pemenangan saja. “100% team lingkar luar tidak tahu. Kami fokus di materi pilgub dan pilpres,” akunya berkilah.
Lantas siapa yang bertanggung jawab atas munculnya ijazah UGM Joko Widodo yang diyakini palsu dan akhirnya menjadi skandal terbusuk dalam seleksi kepemimpinan di negara ber-Pancasila ini? “Ijazah Pak Jokowi yang atur itu Pratikno,” ujar Prof Yudhie singkat menunjuk kepada sosok mantan Rektor UGM periode 2012-2017, Prof. Pratikno.

Saat ditanyakan siapa saja yang mungkin ikut terlibat dalam pembuatan ijazah UGM made in Pasar Pramuka tersebut, Yudhie Haryono serta-merta menjawab hanya Pratikno sendiri. “Aktornya tunggal: Pratikno!” sebutnya dengan yakin.
Legitimasi akademik Presiden Joko Widodo sebenarnya telah lama menjadi bahan perdebatan publik. Bahkan kasus ini telah menelan beberapa korban dipenjarakan karena mengusik keberadaan ijazah UGM yang diklaim palsu dan digunakan Jokowi untuk mendaftarkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Presiden.
Meskipun UGM telah berulang kali menegaskan bahwa Jokowi lulus dari Fakultas Kehutanan, semakin banyak aktivis dan kritikus yang mempertanyakan keaslian ijazahnya. Sayangnya, masih sangat sedikit yang menyoroti peran Pratikno, mantan Rektor UGM dan Menteri Sekretaris Negara di masa kepresidenan Jokowi.
Kini Pratikno yang menjabat sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) dicap memiliki ruang paling besar untuk melakukan tindak pemalsuan tersebut. Terlepas dari apakah dugaan terhadap Prof. Pratikno sebagai aktor utama pemalsuan ijazah UGM Jokowi terbukti atau tidak.
Yang jelas kontroversi kasus tersebut akan menjadi catatan sejarah terburuk di bangsa ini tentang kredibilitas, integritas, dan kejujuran, baik dalam ranah politik dan kepemimpinan maupun di dunia akademik Indonesia.
Dugaan bahwa seorang mantan rektor dan menteri kabinet dapat terlibat dalam skandal semacam itu menimbulkan pertanyaan yang sangat meresahkan tentang merosotnya nilai kejujuran, integritas kepemimpinan bangsa, dan mekanisme akuntabilitas.
Seiring meningkatnya seruan untuk transparansi dari para pemangku kepentingan, selanjutnya publik menunggu penyelesaian yang pasti dan in kracht van gewijsde. Seperti kata Prof Sahetapy, kebenaran akan terus memburunya.
Hingga saat itu tiba, sekarang bayang-bayang ijazah UGM Jokowi dan dugaan peran Prof. Pratikno di dalamnya akan terus menghantui bangsa ini dari generasi ke generasi sampai nanti persidangan ke persidangan berikutnya. (net/bkc/tim/smr)





