Pandemi Covid 19 membutuhkan kerja sama semua pihak untuk saling menguatkan. Keuangan syariah menjadi pilar penting dalam bangkitnya perekonomian Indonesia melalui masa-masa sulit saat ini. Dalam acara ini, BAZNAS juga mengajak untuk bersama-sama membantu usaha keluarga pra-sejahtera melalui program Kita Jaga Usaha yang dapat disalurkan dengan cara berdonasi.
semarak.co-Pertumbuhan perbankan syariah secara aset, secara pembiayaan, serta dana pihak ketiga (DPK) relatif lebih tinggi, baik di industri secara keseluruhan maupun dengan perbankan konvensional.
Direktur Sales & Distribution PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Anton Sukarna mengatakan, perbankan syariah lebih memiliki daya tahan atau resilient dibandingkan perbankan konvensional, terutama di masa pandemi Covid-19.
Hal tersebut diungkapkan Anton dalam acara Pekan Kedermawanan ISEF, BAZNAS menggelar webinar Penguatan Keuangan Syariah di Masa Pandemi, Rabu (6/10/2021) secara virtual melalui aplikasi link zoom dan Channel Youtube BAZNAS TV. Dan webinar ini merupakan salah satu kerja sama BAZNAS dan BSI dalam rangka meningkatkan literasi zakat sehingga diharapkan mampu menumbuhkan motivasi dan kesadaran masyarakat cinta zakat.
“Alhamdulillah kalau kita lihat pertumbuhan perbankan syariah secara aset, secara pembiayaan, serta DPK relatif lebih tinggi, baik di industri secara keseluruhan maupun kalau kita bandingkan secara head-to-head dengan perbankan konvensional,” kata Anton.
Data per Juni 2021, kutip Anton, menunjukkan baik secara aset, kredit atau pembiayaan, dan DPK, pertumbuhan perbankan syariah lebih unggul dibandingkan dengan perbankan konvensional. Misalnya saja, aset bank syariah tercatat sebanyak Rp632 triliun atau tumbuh 15,80% secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Sementara perbankan konvensional hanya tumbuh 8,07 persen yoy menjadi sebesar Rp8.954 triliun. Dari sisi kredit atau pembiayaan, bank syariah mencatatkan pertumbuhan 7,35% yoy menjadi Rp405 triliun, sedangkan bank konvensional mencatatkan pertumbuhan 0,17 persen yoy menjadi Rp5.302 triliun.
Begitu pula dengan DPK bank syariah yang lebih unggul dengan pertumbuhan 16,54 persen yoy menjadi Rp501 triliun. Sementara bank konvensional tumbuh 10,88 persen yoy menjadi Rp6.586 triliun. Artinya, lanjut Anton, perbankan syariah juga memiliki kesempatan untuk bertumbuh lebih baik.
Namun, hal yang menjadi kendala adalah literasi atau pemahaman masyarakat. Jika dibandingkan dengan negara lain, seperti Saudi Arabia yang memiliki porsi sebanyak 63 persen. Indonesia masih tertinggal jauh dari sisi perbankan syariah. “Kita kurang banyak jumlahnya dibandingkan dengan bank konvensional, ternyata porsi perbankan syariah di Indonesia masih sangat kecil, hanya 6,59%,” ungkapnya.
Dalam sambutannya, Pimpinan BAZNAS Rizaludin Kurniawan menyampaikan, kewajiban zakat bagi setiap Muslim. “Zakat merupakan pintu kita untuk membersihkan diri dan mensucikan diri. Zakat merupakan ibadah kepada Allah, tetapi melalui makhluk-Nya. Setiap umat Islam harus bisa memastikan bahwa dalam perencanaan keuangan sudah mencantumkan besaran zakat yang harus dibayar,” terang Rizal.
Jadi, lanjut Rizal, dalam perencanaan keuangan itu zakat sudah ada di dalam nya? Maka dari itu, mari kita biasakan menyisihkan dana yang kita punya untuk menunaikan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) meski dalam keadaan pandemi maupun tidak.
“Insya Allah jika kita menunaikannya, maka kita akan mendapat keberkahan. Dana zakat yang dikeluarkan seorang muslim memiliki efek dan manfaat dalam peningkatan ekonomi mustahik, penanggulangan ekonomi, hingga mendukung program SDGs atau Pembangunan Berkelanjutan,” tutupnya. (net/bis/smr)