Bank Indonesia (BI) merilis utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan IV-2019 mencapai USD404,3 miliar. Utang ini naik 7,7% dibanding pada akhir triwulan IV-2018 lalu yang mencapai USD376,8 miliar. Jika menggunakan asumsi kurs USD1 = Rp14 ribu, maka utang luar negeri Indonesia pada triwulan IV-2019 itu, mencapai Rp5.660 triliun.
semarak.co -Laporan resmi di laman BI, Senin (17/2/2020) menulis, ULN Indonesia tersebut tumbuh sebesar 7,7% year on year (yoy). Ini menurun dibanding pertumbuhan ULN pada triwulan sebelumnya sebesar 10,4% (yoy). Perkembangan tersebut disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN pemerintah dan ULN swasta.
“Posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan IV-2019 tercatat sebesar USD404,3 miliar. Ini terdiri dari utang sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar US$ 202,9 miliar dan utang sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar US$ 201,4 miliar,” tulis Departemen Komunikasi (Dekom) BI di Jakarta, Senin (17/2/2020).
BI menerangkan, ULN pemerintah tumbuh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Namun mengalami kenaikan hingga 9,9% dibanding pada periode yang sama pada tahun lalu atau 2018.
Posisi ULN pemerintah pada akhir triwulan IV-2019 tercatat sebesar USD199,9 miliar atau tumbuh 9,1% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 10,3% (yoy).
“Pertumbuhan ULN pemerintah tersebut ditopang oleh arus masuk investasi nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan penerbitan dual currency global bonds dalam mata uang USD dan Euro,” terang BI.
Sementara, tren perlambatan ULN swasta berlanjut dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ULN swasta pada akhir triwulan IV-2019 tercatat sebesar 6,5% (yoy), menurun dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 10,8% (yoy).
Perkembangan ini dipengaruhi oleh perlambatan ULN Lembaga Keuangan dari 6,8% (yoy) menjadi 2,9% (yoy) serta perlambatan ULN Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan (PBLK) dari 12,1% (yoy) menjadi 7,6% (yoy).
Secara sektoral, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan & penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,9%.
Pertumbuhan ULN pemerintah tersebut ditopang oleh arus masuk investasi nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan penerbitan dual currency global bonds dalam mata uang dolar AS dan euro.
“Hal tersebut mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian domestik yang tinggi dan imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik, serta ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun,” sebut Dekom BI.
Pengelolaan ULN pemerintah, katanya, diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Itu adalah sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (19,1 persen dari total ULN pemerintah), sektor konstruksi (16,6 persen), sektor jasa pendidikan (16,2 persen ), sektor administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib (15,4 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (13,3 persen).
Info terbaru Dekom BI juga menjelaskan tren perlambatan ULN swasta berlanjut dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ULN swasta pada akhir triwulan IV 2019 tercatat sebesar 6,5 persen (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 10,8 persen (yoy).
Perkembangan ini dipengaruhi oleh perlambatan ULN Lembaga Keuangan dari 6,8 persen (yoy) menjadi 2,9 persen (yoy) serta perlambatan ULN Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan (PBLK) dari 12,1 persen (yoy) menjadi 7,6 persen (yoy).
Secara sektoral, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian. “Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,9 persen,” katanya.
Menurut Dekom BI, struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan IV 2019 sebesar 36,1 persen, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya.
Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 88,3 persen dari total ULN.
Dalam rangka menjaga struktur ULN tetap sehat, katanya, BI dan pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian, katanya. (net/smr)