Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Ki Syahgolang Permata menjelaskan, meski perolehan kontrak baru tersebut masih jauh dari target, tetapi jumlahnya terbilang meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya. Raihan tersebut meningkat 59,6% dibanding kuartal pertama tahun lalu sebesar Rp2,3 triliun. Menurutnya, lini bisnis konstruksi dan energi memberikan kontribusi terbesar yakni, 94,4%, sedangkan sisanya berasal dari lini bisnis lainnya sebesar 5,6%.
Manajemen Adhi Karya sebelumnya menyampaikan, target kontrak baru tahun ini sebesar Rp 21 triliun, di luar kontrak light rail transit (LRT). Bila ditambah LRT, besarannya mencapai Rp 42 triliun. Tahun lalu, perseroan menargetkan perolehan kontrak baru hingga Rp 25 triliun, namun realisasinya hanya sekitar Rp 16,6 triliun.
“Adapun kontrak baru yang telah diperoleh hingga Maret 2017, berupa penambahan struktur Apartemen Pancoran Riverside senilai Rp 435 miliar. Selain itu, desain dan pembangunan rumah susun Nagrak Tower 6-10 yang berlokasi di Jakarta Utara senilai Rp 215,4 miliar, serta revitalisasi pabrik gula Mojo di Sragen senilai Rp 204,5 miliar,” tulis Syahgolang, dalam rilisnya,Jumat (7/4).
Ada pula kontrak desain dan pembangunan rumah susun di Cilincing, Jakarta Utara, sebesar Rp 177,8 miliar dan kontrak Apartemen Mardhika Park, Tambun, senilai Rp 167,8 miliar. Kontrak baru pada kuartal I-2017 mayoritas didapat dari lini bisnis konstruksi dan energi hingga sebesar 94,4%, sisanya dari lini lainnya. Sedangkan menurut tipe pekerjaannya, 71,7% dari kontrak baru adalah proyek gedung, 16,8% merupakan proyek jalan dan jembatan, serta 11,5% merupakan proyek infrastruktur lainnya.
“Adapun sumber dana perseroan untuk realisasi kontrak baru adalah dari APBN/APBD dengan porsi 25,2% dari total dana, dari BUMN sebesar 41,6%, dan dari swasta 33,2%. Realisasi perolehan kontrak baru pada bulan Maret ini terdiri dari, struktur apartemen Pancoran Riverside sebesar Rp435 miliar, Design and Build Pembangunan Rumah Susun Nagrak Tower 6-10 di Jakarta Utara Rp215,4 miliar,” tulisnya.
Selanjutnya, revitalisasi Pabrik Gula Mojo di Sragen Rp204,5 miliar, Design and Build Pembangunan Rumah Susun di Jalan Rorotan IV di Cilincing, Jakarta Utara sebesar Rp177,8 miliar, dan Apartemen Mardhika Park di Tambun sebesar Rp167,8 miliar. “Untuk segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru terdiri dari APBN/APBD tercatat 25,2%. BUMN 41,6%, sementara swasta sebanyak 33,2%,” papar Ki Syahgolang.
Adapun, untuk tipe pekerjaannya sendiri, kontrak baru ini terdiri dari proyek gedung 71,7 persen, jalan dan jembatan 16,8 persen, dan proyek infrastruktur lainnya sebesar 11,5%. Kita tahu, perseroan menargetkan perolehan kontrak baru sebesar Rp42 triliun, yang termasuk proyek LRT. Target tersebut terbilang ambisius dibanding target perolehan kontrak baru 2016 yang hanya Rp17,9 triliun. Target total kontrak baru pada 2016 tersebut merupakan revisi dari sebelumnya yang mencapai Rp25 triliun. Sayangnya, meski sudah direvisi, perusahaan tetap tidak mampu mencapai target karena kontrak baru yang didapat hanya Rp16,5 triliun sepanjang 2016,” tutupnya. (cnn/idc/lin)