Adapun pembicara pada seminar ini, Tuti Hendrawati Mintarsih Dirjen Pengelolaan Sampah dan Limbah. Lalu Sri Bebassari Ketua umum InSWA. Niniek L. Karim artis senior sekaligus pemerhati lingkungan, dan Marsigit kepala sudin lingkungan hidup Jakarta Pusat. Dalam pemaparannya tuti menyampaikan perlunya kita peduli terhadap sampah baik itu sampah organik maupun yang non-organik selalu.
Dalam kesempatan itu, Tuti mengajak bersama-sama memanfaatkan sampah khususnya rumah tangga. Di akhir paparannya, Dirjen memberi pesan kepada semua peserta bahwa sampah bukanlah menjadi masalah tapi bagaimana sampah menjadi berkah. “Setiap harinya di Jakarta menghasilkan sampah sebanyak 7000 ton,” paparnya.
Pembicara lain, Marsigit menambahkan sampah untuk di Jakarta Pusat saja setiap harinya mencapai 1600 ton. Untuk itu ia mengajak kepada seluruh masyarakat untuk peduli terhadap sampah. “Saya menginginkan terbentuknya bank sampah. Saat ini di Jakarta Pusat telah memiliki 140 bank sampah. Saya berharap jangan kita musuhi sampah, mari kita jaga kebersihan sehingga enak di pandang mata,” imbuh Marsigit pada sesinya.
Dalam kegiatan pelatihan tersebut para perserta memperoleh kesempatan untuk belajar dan mempratikkan secara langsung pengelolaan limbah rumah tangga menjadi barang yang bernilai ekonomis. Mulai dari pembuatan kompos dari limbah dapur, pembuatan kerajinan tangan dan plastik bebas kemasan serta pembuatan kertas daur ulang.
Acara yang berlangsung selama kurang lebih 5 jam itu, terlihat disupervisi langsung pakar kelola sampah Sri Bebassari. Menurut Bebassari, bagaimana mengoptimalkan sampah sehingga bermanfaat, bernilai ekonomis, hingga dapat dirasakan manfaatnya bersama- sama. Diharapkan dengan kegiatan ini lingkungan bisa menjadi lebih sehat, dan tentunya memberikan nilai tambah untuk kita semua.
Ketua InSWA, yang juga merupakan ketua Pokja II Dewan Pengarah dan Pertimbangan Pengelolaan Sampah Nasional ini menambahkan, kalau di Singapura butuh 40 tahun dan Jepang butuh 100 tahun bagaimana dengan Indonesia? Aktivis gerakan Ciliwung bersih ini optimis jika Indonesia mampu lebih cepat dari kedua negara tersebut.
Dalam video presentasinya, Bebassari menyebut lima kriteria untuk mengelola sampah. Pertama aspek hukum, kedua aspek kelembagaan, ketiga aspek pembiayaan, keempat aspek teknologi dan terakhir aspek sosial budaya. Banyak hal yang menarik tentang sampah jadi baiknya jangan di buang terlebih dahulu tapi di pilih yg di rasa masih bisa di gunakan,” timpal Bebassari.
Seperti diketahui, Super Indo telah menjalin kerjasama dengan Yayasan Perisai dan InSWA sejak 2013 dalam peningkatan inisiatif pengelolaan sampah secara mandiri di gerai. Selain itu, super indo juga banyak menjalankan berbagai aktivitas kelola sampah seperti pemanfaat sampah buah dan sayur menjadi pupuk cair organik, pemanfaat minyak jelantah menjadi bio-diesel, dan kampanye penggunaan reusable bag atau kardus bekas bagi para pelanggan. Tujuannya untuk mengurangi sampah ke TPA. (zim)