Salihara Hadirkan Kembali Helateater 2017

Bentuk teater yang menanggalkan kata-kata dan lebih mengandalkan tubuh dalam membangun pertunjukan adalah hal yang menarik dalam khazanah teater Indonesia. Pada awal perjalanannya, ada pertunjukan Bip Bop (1967) oleh Bengkel Teater Rendra, Lho (1977) oleh Teater Mandiri, Meta Ekologi(1979) oleh Sardono W. Kusumo dan sebagainya. Hingga hari ini, teater dengan bentuk-bentuk tersebut terus lahir, serta berkembang dengan beragam konsep dan karakternya.

Untuk melihat perkembangan terbaru, tahun ini Komunitas Salihara menyelenggarakan kembali Helateater dengan tema “Teater Non-Verbal”. Kurang lebih, teater yang lebih mengandalkan eksplorasi tubuh, ketimbang seni peran. Karena itu, kata kunci yang kami gunakan dalam festival kali ini adalah “Teater dan Tubuh”. Untuk memeriahkan festival kecil ini, kami menghadirkan Sena Didi Mime (Jakarta), kelompok mime yang digagas oleh Sena A. Utoyo dan Didi Petet pada 1987.  Lalu ada Studio Taksu (Surakarta) membawakan repertoar berjudul Burung-Burung Prenjak yang terinspirasi dari puisi “Terbangnya Burung” karya Sapardi Djoko Damono.  Dan Komunitas Seni Hitam Putih (Padangpanjang) yang akan menutup festival ini dengan pentas berjudul Monopolis. (lin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *