Ketegangan Antara Amerika dan China Terkait Covid-19 Meluas di Pertemuan DK PBB

Presiden AS Donald Trump (kiri paling depan) menghadiri pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping (kanan paling depan) selama KTT para pemimpin G20 di Osaka, Jepang, 29 Juni 2019. foto: indopos.co.id

Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China mengenai pandemi wabah virus corona jenis baru penyebab Covid-19 meluas selama pertemuan di Dewan Keamanan (DK) PBB pada hari Selasa (19/5/2020) yang membahas operasi bantuan kemanusiaan di Suriah. Utusan kedua negara itu bersilat lidah soal kepemimpinan global.

semarak.co – Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Kelly Craft meminta China untuk membuktikan klaim kepemimpinan globalnya dalam memerangi Covid-19 dengan mendukung resolusi yang memungkinkan PBB untuk memerangi pandemi ini dengan mengirimkan bantuan lintas negara ke dalam Suriah untuk menyelamatkan warga.

Bacaan Lainnya

Duta Besar China untuk PBB Zhang Jung mengatakan Beijing mendesak Amerika untuk fokus pada upaya global untuk memerangi virus, berhenti bermain politik dan benar-benar fokus pada menyelamatkan nyawa dan berhenti mengalihkan tanggung jawabnya sendiri kepada negara lain.

Amerika mempertanyakan keterbukaan China mengenai pandemi Covid-19. Bulan lalu, Washington menangguhkan dana untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dengan menuduh badan PBB itu mempromosikan disinformasi China.  WHO membantah tuduhan itu dan China mengatakan bahwa yang apa yang disampaikannya sudah transparan.

Pertikaian antara kedua negara yang memiliki hak veto Dewan Keamanan PBB itu juga telah menghalangi upaya selama berbulan-bulan oleh badan tersebut untuk menyetujui resolusi yang mendukung seruan Sekjen PBB Antonio Guterres.

Sekjen PBB menyerukan kepada dunia untuk melakukan gencatan senjata global agar dapat fokus melawan pandemi Covid-19. Virus itu telah menginfeksi lebih dari 4,8 juta orang dan menjatuhkan 319.000 korban jiwa.

Dalam pertemuan itu, kepala bantuan PBB Mark Lowcock mengimbau dewan untuk memperbarui otorisasi bagi pengiriman bantuan melalui dua perbatasan negara dari Turki. Ia menggambarkan akses itu sebagai jalur kehidupan bagi jutaan warga sipil. (net/lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *