Direktur dan Sekretaris Perusahaan PPRO Indaryanto menyatakan, dana segar ini akan membuat PPRO mampumelakukan ekspansi dan mempertahankan tingkat pertumbuhannya ke depan. “Kami membutuhkan Rp1,5 triliun, sementara jumlah lembar saham akan mengikuti saja. Bisa jadi, akhirnya nanti hanya Rp 5 miliar lembar saja yang dikeluarkan karena permintaan investor tinggi,” kata dia di Jakarta, Senin (27/2).
Perusahaan telah mencatat pertumbuhan pendapatan sampai dengan 42.8% menjadi Rp2.1 triliunpada 2016. Laba bersih meningat 22% menjadi Pp365.4 miliar pada tahun 2016 di tengah lemahnya industri properti Indonesia. PPRO berhasil mencatat marketing sales sebesar Rp2.5 triliun, naik 25% lebih tinggi daripada rata-rata industri. Tahun ini PPRO telah mentargetkan marketing sales akan naik 45% menjadi Rp3.5 triliun.
Jika kebutuhan dana Rp1,5 triliun dibagi dengan 5 miliar lembar saham yang kemungkinan dikeluarkan mengacu pada tingginya permintaan investor. Dengan demikian, Rp1,5 triliun dibagi 5 miliar, seharusnya berada pada kisaran Rp 300.“Pada saat ini PPRO sudah diminati oleh banyak investor, termasuk investor asing. Ini saya dapat ketika kami melakukan roadshow-roadshow,” tambah Indaryanto.
Menurut prospektus ringkas yang dirilis perusahaan, sebesar 70% dana rights issue adalah untuk investasi pengembangan usaha atau sekitar Rp1,05 triliun; 20% untuk modal kerja atau sekitar Rp300 miliar; dan 10% untuk pembayaran sebagian besar utang atau sekitar Rp150 miliar. (wiy)