Dewan Pers mengingatkan kalangan pers dengan adanya pergeseran dari physical space (ruang fisik) ke cyber space (ruang siber atau dunia maya) dalam kompetisi media, jangan sampai pers tergelincir di persaingan ruang siber ini.
semarak.co -Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh mengatakan, tugas Dewan Pers sekarang bagaimana menghubungkan antara physical space dan cyber space. Jika itu bisa dilakukan, maka pers tetap ada dan bisnisnya bisa tumbuh.
“Jadi kawan-kawan jurnalis harus memahami fenomena ke depan,” kata Nuh usai peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020 yang dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi) di halaman kantor Sekretariat Daerah (Sekda) Kalsel, Kota Banjarbaru Kalsel, Sabtu (8/2/2020).
“Kita harus kawal migrasi dari physical space ke cyber space ini. Jangan sampai media-media resmi berguguran dan pada akhirnya terus bermunculan media tak jelas legalitasnya sebagai perusahaan pers,” katanya.
Karena dikhawatirkan M Nuh, berita di dunia siber cenderung tak bisa terkontrol dan begitu dahsyat membanjiri masyarakat dengan informasi mulai yang benar hingga tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Deklarasi Kemerdekaan Pers Indonesia di arena peringatan HPN bersama Presiden Jokowi, mantan Menteri Pendidikan Nasional itu mengapresiasi kehadiran Presiden di tengah segudang kesibukannya.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) Widodo Muktiyo mengatakan pada awalnya media adalah institusi sosial, idealisme, dan perjuangan, namun seiring dengan perkembangan waktu, institusi pers tergesar oleh arus transformasi menjadi institusi korporasi bisnis.
“Tentunya membutuhkan penanganan yang profesional, membutuhkan sumber daya manusia yang unggul dan biaya yang tinggi. Pada saat itulah terjadi dilema,” kata Widodo di sela-sela kegiatan HPN 2020 di Banjarmasin, Jumat (7/2/2020).
Dikatakan bahwa akan ada 270 Pilkada yang digelar di sembilan provinsi, 244 kabupaten, dan 17 kota. Hari pers tahun ini sangat penting, bagaimana mendudukan diri sebagai insan pers.
Saat inilah terjadi dilema, dilema itu akan kita songsong bersama sama, saya yakin, temen-temen pers atau media sudah mulai didekati oleh para calon-calon kepala daerah. Entah sebagai tim komunikasi, tim sukses, atau bahkan tim yang membuatkan visi misi calon,” terangnya.
Di sinilah tantangan kualitas media, kata dia, inilah tantangan seakan-akan memecah tubuh kita, satu sisi independen, obyektif. Tapi pada sisi lain berada di dalam lingkungan yang harus menyukseskan salah satu calon, ini sesuatu fragmatis, yang akan ketemu dengan idealis.
“Satu pers perjuangan, satu pers korporasi, dan inilah yang akan kita bicarakan dengan tokoh tokoh pers, ujar Widodo dalam seminar HPN bertajuk Media berkualitas untuk Pilkada Damai.
Ketua Dewan Pembina PWI Kalsel Faturrahman, mengungkapkan, pers di tempatnya, khususnya di Banjarmasin pernah mengalami trauma terjadi insiden Jumat kelabu, yaitu terjadi kerusuhan menelan korban jiwa dan pembakaran mal menjelang pemilihan umum. “Kejadian 1997 itu membuat kami trauma,” terangnya. (net/lin)