Ada Kisah Bakar Majalah di Depan UGM, Teater Gardanalla kembali ke Teater Salihara Pentaskan Bertiga tapi Berempat

Salah satu agedan dari pentas Teater Gardanalla di Teater Salihara berjudul Bertiga tapi Berempat. Foto: @2024 Witjak Widhi Cahya/salihara

Salah satu kelompok teater yang pernah mempresentasikan karyanya dalam Work In Progress di SIPFest 2024, yaitu Teater Gardanalla kembali hadir di Teater Salihara, 10-11 Mei 2025. Pentaskan naskah Bertiga tapi Berempat, Teater Gardanalla membawakan secara penuh lakon hasil dari pengembangan karya dengan judul Bertiga yang pertama dipentaskan 2009.

Semarak.co-Penulis naskah sekaligus Sutradara Joned Suryatmoko mengatakan, lakon Bertiga tapi Berempat bertumpu pada dua komponen, yakni akting berlagak dan metateater (teater dalam teater).

Bacaan Lainnya

Jakarta, 10-11 Mei 2025

Sabtu, 20:00 WIB | Minggu, 16:00 WIB

Teater Salihara

Joned melanjutkan, dalam produksi Berempat tahun 2025, naskah Bertiga yang hanya terdiri dari tiga karakter dibawakan empat orang secara bergantian. Dengan begitu meta-teater (teater berbingkai) dalam karya ini langsung bisa dilihat ketika empat orang tersebut mengisahkan lakon Bertiga.

Singkatnya, Berempat adalah peragaan Bertiga. Naskah Bertiga tidak dimainkan sebagaimana dulu tahun 2009. Bertiga tapi Berempat berkisah tentang 13 tahun setelah sekelompok mahasiswa membakar majalah Gatra di depan Grha Sabha Pramana Kampus UGM Yogyakarta.

“Tiga orang yang secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam aksi itu bertemu kembali untuk bercinta bertiga,” imbuh Joned dirilis humas Komunitas Salihara usai acara melalui pesan elektronik redaksi semarak.co, Sabtu (10/5/2025).

Sejumlah kisah terbuka di balik pembakaran itu dan masing-masing punya sisi sendiri di tiap kisahnyaLakon ini juga memberi penonton pengalaman melihat dan mengalami politik lewat teater. Joned memilih lakon ini untuk dipentaskan sebab bentuk pemanggungan yang ditampilkan di Salihara nanti akan memberikan pengalaman keaktoran serta pengalaman menonton yang ‘lain’.

Dalam pentas ini, aktor tidak dituntut menjadi karakter melainkan dituntut untuk menjadi kritis lewat peristiwa yang terjadi di panggung. “Alasan lain, baik Bertiga tapi Berempat mengajak kita melihat politik sebagai masa lalu, yang seringkali dibicarakan secara nostalgik dan dimanipulasi untuk kepentingan yang berbeda-beda,” ujarnya.

Dilanjutkan Joned, “Dalam lakon ini nostalgia dan manipulasi ini bahkan dilipatgandakan. Setelah kita melewati tahun politik yang panas beberapa tahun terakhir, semoga pementasan ini memberikan ruang reflektif bagi kita melihat dinamika kita berpolitik belakangan ini.”

Pertunjukkan berdurasi 85 menit ini menarik dinikmati tentunya karena mendapatkan pengalaman menonton teater yang sesuai harapan sutradara yang mengajak untuk menjadi kritis bersama dengan aktor-aktor yang berlaga di atas panggung.

Tentang Teater Gardanalla

Berhimpun sejak 1997, Teater Gardanalla mulai memfokuskan diri pada pengembangan berbasis realisme dengan dasar kajian kehidupan sehari-hari di awal 2000-an. Lewat pendekatan ini produksi Gardanalla mulai mengeksplorasi model pemanggungan baik di panggung konvensional maupun di ruang publik, teknik akting, juga konflik dan tema lakon.

Kekaryaan teater ini dan Joned Suryatmoko banyak difasilitasi Hibah Seni Yayasan Kelola yang memungkinkan Gardanalla bisa meneruskan eksplorasinya secara berkesinambungan. Hibah Seni yang diterima antara lain kategori Hibah Keliling lewat Tiga Dara (2002), dan beberapa Hibah Karya Inovasi seperti Jalur 17 (2005), Jam Sembilan Kita Bertemu (2007), Bertiga (2009), dan Margi Wuta (2013).

Gardanalla juga hadir di Helateater Salihara 2014 dengan Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer dan Art Summit 8.0 2016 dengan Margi Wuta #3, Bandung. Teater Gardanalla juga ikut menggagas dan mendukung berdirinya Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF) sejak 2009.

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta. (smr)

Pos terkait