Turnemen internasional Acer Predator League 2018 memasuki babak grand final selama tiga hari yang menampilkan delapan peserta kompetisi game online atau dikenal e-Sport (video game) DOTA 2, di Mal Taman Anggrek Jakarta Barat, Jumat hingga Minggu (19-21/1). Predator League adalah kompetisi eSport pertama yang diselenggarakan Accer dan merupakan salah satu turnamen kelas dunia terbesar di Asia Pasifik. Dengan total hadiah, US$ 150.000 atau setara Rp 1,9 miliar, sebagai hadiah utama dan Predator Shield, piala utama untuk kompetisi ini.
Tak melulu tentang pertandingan eSports, gelaran ini menghadirkan juga berbagai permainan interaktif bagi pengunjung. Nanti, pengunjung bisa menikmati berbagai teknologi terbaru di Accer, seperti Virtual Reality (VR) hingga pengalaman seru mengendarai Predator War Truck. Menariknya, kompetisi DotA 2 ini juga berhasil memecahkan rekor MURI sebagai “Tayangan Langsung Permainan Online di Layar LED Terbesar di Asia Tenggara”.
Delapan peserta turnamen di bagi dua tim sebanyak empat peserta. Tim pertama terdiri Quid Pro Quo (Filipina), Geek Fam (Malaysia), Alpha Red (Thailand), dan Ten Twenty (Singapur). Ditambah Azure eSports (Hong Kong), Signify (India), We Say No! (Sri Lanka), dan BOOM.ID (Indonesia).
Kementerian Pemuda dan Olahraga yang diwakili Hamka Hendra Noer menyambut baik turnamen Predator League 2018 ini. “Saya bersyukur untuk pertama kalinya bisa bertemu dengan gamer dari berbagai negara, dan bangga Jakarta terpilih menjadi negara pertama kompetisi bergensi ini digelar,” ucap Hamka.
“Melihat perkembangan eSports Indonesia, kami dari pemerintah Indonesia memberikan dukungan secara penuh kepada pihak vendor atau penyelenggara untuk ke depannya bisa menggelar turnamen sejenis yang disebut kejuaraan nasional secara resmi,” ujar Hamka yang bertindak membuka turnamen.
President Acer APAC Andrew Hou menuturkan responsnya sangat bagus. “Kami mengakui bahwa kami sedikit terlambat dalam terjun ke industri gaming, tapi momennya masih sangat pas. Kehadiran kami juga sangat penting untuk memeprkuat ekosistem esportdi kawasan Asia Pasifik,” ungkap Andrew.
Tidak menyebutkan angka secara detil, Andrew mengatakan bisnis Acer bertumbuh 20 persen tahun lalu lewat kontribusi industri perangkat gaming. Pemilihan Indonesia sebagai tuan rumah ajang pertama Acer ini disebut Andrew berasal dari niat keras dari Presiden Direktrur Acer Indonesia Herbert Ang.
Alasan mengusung game DOTA 2 dalam ajang pertama ini, Andrew mengatakan, ini didasari pertimbangan game yang paling populer di region Asia Pasifik. “Tahun depan kemungkinan besar kami akan mengusung 2 judul game yang dijadikan turnamen, kita lihat nanti game apa. Di 2019 Acer berenca melanjutkan turnamen Predator League tapi dengan jumlah negara peserta lebih banyak, dan Thailand akan menjadi tuan rumah Acer Predator League 2019,” beber Andrew.
Babak penyisihan APAC Predator League 2018 telah dimulai sejak Oktober 2017 lalu di delapan negara dengan jumlah peserta mencapai sekitar 1.197 tim e-sport. Untuk pengunjung yang datang, acara ini juga menghadirkan berbagai permainan interaktif dengan teknologi terbaru dari Acer seperti VR dan pengalaman seru mengendarai Predator War Truck. Pelaksanaan Grand Final APAC Predator League 2018 ini juga mendapat penghargaan rekor MURI sebagai “Tayangan Langsung Permainan Online di Layar LED Terbesar di Asia Tenggara. (lin)