Kementerian BUMN berencana untuk mengocok ulang posisi pemegang saham di PT Bank Syariah Indonesia (BRIS). Saat free float BRIS sudah mencapai 9,91% di pasar saham. Jadi porsi kepemilikan saham masyarakat akan terus ditambah ke depannya.
semarak.co-Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, Kementerian BUMN akan tetap mempertahankan Bank Mandiri sebagai pemegang saham pengendali dan pemerintah akan tetap memegang saham dwiwarna.
“Memang BNI dan BRI keluar secara perlahan dari BSI. Ini akan kita lihat peluangnya pasarnya, bila BNI dan BRI mulai exit kira-kira siapa yang bisa menggantikan dan berapa besar sizenya,” ujar Tiko, sapaan akrab Kartika Wirjoatmodjo did sela-sela acara BSI Global Islamic Finance Summit 2023 di Jakarta, Rabu (15/2/2023) dilansir kontan.co.id.
Ia menyatakan telah melakukan pembicaraan dengan beberapa potensial investor. Kendati demikian, Tiko ingin investor baru nantinya adalah global banking agar Bank BSI bisa terus naik kelas menjadi bank kelas dunia. Memang pada aksi rights issue BRIS terakhir kali di Desember 2022 lalu, BNI hanya menggunakan separuh haknya.
Sedangkan, BRI tidak menggunakan haknya sama sekali pada aksi penguatan modal bank syariah terbesar di Indonesia ini. Oleh sebab itu, kepemilikan saham BBRI di BSI turun dari 17,25% menjadi 15,38% pasca rights issue. Sedangkan, kepemilikan BBNI menyusut dari 24,85% menjadi 23,24%.
Sedangkan BMRI selaku pemilik saham pengendali telah melaksanakan seluruh haknya. Sehingga kepemilikan Bank Mandiri di BSI naik dari 50,83% menjadi 51,47%. Asal tahu saja, PT Bank Syariah Indonesia Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 4,26 triliun pada akhir 2022. Nilai itu tumbuh 40,68% secara tahunan dari Rp 3,02 triliun pada tahun 2021.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyampaikan kinerja itu ditopang oleh pertumbuhan bisnis yang sehat dari segmen ritel dan wholesale. Juga didukung oleh peningkatan dana murah, kualitas pembiayaan yang baik, efisiensi dan efektivitas biaya dan fee based income (FBI).
Bank BSI berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) Rp 261,49 triliun pada tahun 2022, tumbuh tumbuh 12,11% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan pembiayaan BSI tumbuh 21,26% menjadi Rp 207,70 triliun. Sementara itu, aset BSI mencapai Rp 305,73 triliun pada 2022.
Nilai itu tumbuh 15,24% dari posisi 2021 sebesar Rp 265,28 triliun. Seiring dengan itu, kualitas pembiayaan juga meningkat dengan non performing financing (NPF) dari 2,93% di 2021 menjadi 2,42% di 2022. Di sisi lain, BSI peningkatan fee based income BSI Mobile mencapai Rp 251 miliar, tumbuh 67% secara tahunan. (net/kon/smr)
sumber: kontan.co.id di msn.com