Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi hari ini, Senin (9/5/2022), terpantau melemah ke kisaran Rp14.515. Menurut data Reuters, pada pukul 10.00 WIB, dikutip Beritasatu.com/Senin, 9 Mei 2022 | 10:23 WIB – di pasar spot exchange, nilai tukar rupiah berada di level Rp14.515 per dolar AS atau melemah 20 poin (0,14%) dibanding perdagangan sebelumnya Rp14.495.
semarak.co-Transaksi hari ini diperdagangkan dalam kisaran Rp 14.515-Rp 14.521 per dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap euro menguat 0,23% ke Rp 15.258, terhadap pound sterling menguat 0,17% ke Rp 17.851, terhadap yen menguat 0,07% ke Rp 110,91, terhadap dolar Australia menguat 0,61% ke Rp 10.195,24, terhadap dolar Singapura menguat 0,18% ke Rp 10.440.
Sementara CNBC Indonesia.com/09 May 2022 07:50 WIB melansir, sebelum libur Hari Raya Idul Fitri, rupiah tepuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS). Dalam 4 hari perdagangan dua pekan lalu, rupiah jeblok nyaris 1% ke Rp14.495 per US$. Tekanan bagi rupiah semakin besar di pekan ini, sebab saat pasar keuangan Indonesia libur, dolar AS mengamuk.
Sepanjang pekan lalu, indeks dolar AS tercatat menguat 0,68%, bahkan pada perdagangan Jumat (6/5/2022) sempat menyentuh 104,061, tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Terus menanjaknya indeks yang digunakan untuk mengukur kekuatan dolar AS tersebut tidak lepas dari langkah The Fed (bank sentral AS) yang agresif menaikkan suku bunga.
Pada Kamis (5/5/2022) dini hari waktu Indonesia, The Fed memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin menjadi 0,75-1%. Ini bukan yang terakhir, karena pada akhir tahun pasar memperkirakan suku bunga acuan berada di rentang 3-3,25%.
Artinya, suku bunga kemungkinan akan dinaikkan 250 basis poin lagi. The Fed masih akan melakukan rapat kebijakan moneter 5 kali lagi, jika ekspektasi pasar tersebut terealisasi maka The Fed kemungkinan menaikkan suku bunga masing-masing 50 basis poin di setiap pertemuan.
Sementara itu dari dalam negeri, data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2022 dan inflasi bulan April bisa menjadi penggerak rupiah. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,05% (year-on-year/yoy).
Namun jika dilihat dari kuartal IV-2021, PDB diperkirakan terkontraksi 0,92%. Sementara itu pada April 2022, inflasi secara tahunan diperkirakan menembus 3,4%. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak April 2018 atau dalam empat tahun terakhir di mana pada saat itu tercatat 3,41%.
Sementara hasil polling Reuters menunjukkan inflasi inti akan tumbuh 2,61% (yoy) dari bulan Maret 2,37% (yoy). Kenaikan inflasi inti tersebut bisa menjadi pertimbangan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga. Dalam rapat kebijakan moneter April lalu, BI masih menyatakan bersabar untuk menaikkan suku bunga.
Gubernur BI Perry Warjiyo sekali lagi menegaskan kebijakan moneter tidak merespon administered prices atau harga yang ditentukan pemerintah. Hal ini terkait dengan kenaikan beberapa harga, seperti Pertamax yang ditentukan pemerintah.
Kebijakan tersebut tentunya membuat selisih (spread) suku bunga di Indonesia dengan Amerika Serikat AS menyempit yang bisa memberikan tekanan ke rupiah. Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR tertahan di atas pola Rectangle yang sudah dibentuk sejak awal tahun.
Batas bawah pola Rectangle berada di kisaran Rp 14.240/US$ dan batas atas di kisaran Rp 14.400/US$, ada jarak 160 poin. Ketika rupiah menembus Rp 14.400 dan tertahan di atasnya, maka target pelemahanya sebesar 160 poin yakni di Rp 14.560/US$.
Rupiah juga berada jauh di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) 100 dan 200, yang tentunya memberikan tekanan bagi rupiah. Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak naik dan sudah masuk wilayah overbought.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Indikator stochastic yang berada di wilayah overbought tentunya membuka peluang penguatan rupiah.
Area Rp 14.500/US$ menjadi resisten terdekat selama tertahan di bawahnya rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.450/US$, sebelum menuju Rp 14.400/US$ di pekan ini. Sementara jika resisten ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.560/US$ yang merupakan target pola Rectangle. Penembusan ke atas level tersebut akan membuat rupiah terpuruk di pekan ini. (net/cbc/bsc/smr)