Munculnya pusat tekanan rendah di sebelah selatan Pulau Jawa bagian barat, merupakan faktor dominan kejadian hujan yang terjadi di wilayah Jabodetabek sekitarnya pada Minggu kemarin (6/12/2020).
semarak.co-Pusat tekanan rendah ini menyebabkan adanya konvergensi sehingga terjadi penumpukan massa udara di sekitar Pulau Jawa bagian barat yang mengakibatkan terjadinya hujan lebat. Kondisi tersebut diprediksikan akan terjadi hingga 4 hari mendatang.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT) Jon Arifian mengatakan, jika low pressure area bergerak terus ke arah timur, dampaknya bisa terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Kecuali terjadi pergerakan ke arah tenggara menjauhi Pulau Jawa, maka dampaknya bisa akan berkurang,” papar Jon Arifian di Jakarta, Senin (7/12/2020) seperti dirilis yang diterbitkan BBTMC-BPPT melalui Informasi TMC, Senin (7/12/2020).
Selain itu, perbedaan suhu muka laut antara wilayah Samudra pasifik bagian timur dan barat, mengindikasikan adanya fenomena La Nina sehingga hujan akan lebih intensif terjadi dibandingkan dengan kondisi normal.
“Faktor-faktor lain seperti Maden Julian Oscilation (MJO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) juga memperbesar potensi hujan di Indonesia walaupun tidak begitu signifikan,” ungkap Jon Arifian.
Seperti diketahui, pada akhir pekan pertama Desember 2020, wilayah Jabodetabek dan sekitarnya diguyur hujan hampir sepanjang hari dan merata. Hal ini terpantau oleh observasi Mobile Radar BBTMC-BPPT yang dioperasikan di Kawasan Puspiptek Serpong sejak 2 bulan yang lalu.
“Mobile radar BBTMC-BPPT sengaja dioperasikan sejak bulan Oktober 2020 untuk mengamati kejadian hujan di wilayah Jabodetabek,” papar Jon Arifian.
Mobile Radar BPPT memiliki radius jangkauan ~50km. Selain itu, data dan informasi radar ini terbuka untuk publik. Informasi terkait kejadian hujan disekitar Jabodetabek dapat dilihat di http://wxmod.bppt.go.id/ews_2016/ atau dengan bergabung di kanal BOT telegram BBTMC R-Rainbows BBTMC
Terkait, peluang kejadian hujan kedepan di Jabodetabek, sebagaimana dijelaskan berdasarkan prediksi WRF yang diproses oleh BBTMC-BPPT. “Kejadian hujan di wilayah Jabodetabek masih akan berlangsung hingga sekitar 4 hari kedepan” ujar Jon Arifian.
“Prediksi WRF dan sistem pemantauan cuaca menggunakan radar cuaca merupakan tools yang dikembangkan oleh BBTMC untuk kepentingan operasional layanan teknologi modifikasi cuaca untuk memitigasi bencana hidrometeorologi, khususnya di wilayah Jabodetabek,” lanjutnya.
Kepala BBTMC-BPPT mengatakan Indonesia merupakan benua maritim yang terletak di garis katulistiwa dan di apit oleh dua lautan yang luas yaitu Samudera Hindia dan Paisifik.
Iklim dan cuaca di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai fenomena atmosfer seperti Monsun, MJO (Madden Julian Oscillation), IOD (Indian Ocean Dipole), ENSO (El Nino Southern Oscillation) dan faktor lokal. “Banyaknya fenomena atmosfer di Indonesia menyebabkan cuaca di benua maritim relatif sukar diprediksi secara detil,” pungkasnya. (tmc/smr)