Sejak diumumkan awal Maret 2020, Indonesia resmi memasuki bulan ke-9 masa pandemi COVID-19. Selama 9 bulan, masyarakat Indonesia telah menyaksikan perubahan besar yang terjadi dalam berbagai aspek ekonomi, terutama UMKM.
semarak.co-Sebagai penggerak ekonomi negara serta penyerap tenaga kerja, UMKM mengalami kerugian besar akibat usahanya tersendat dan mengalami penurunan pemasukan drastis.
Paper.id berkolaborasi dengan Smesco dan OK OCE untuk mengadakan survei bertajuk Dampak Pandemi COVID-19 terhadap UMKM. Survei ini dilakukan secara daring (dalam jaringan) atau online dan dikirimkan kepada lebih dari 3000 UMKM yang ada di 22 provinsi Indonesia.
Survei bertujuan memberikan informasi mengenai gambaran terkini akan dampak pandemi COVID19 yang dialami UMKM. Dengan begitu, para pelaku UMKM dapat merencanakan langkah mitigasi untuk meminimalisir dampak yang terjadi.
Berdasarkan survei kolaborasi lembaga ini, ditemukan sebanyak 78% responden mengaku mengalami penurunan omzet dengan kategori terbesar terdapat pada angka penurunan lebih dari 20% (67,50%).
Penurunan yang ada terjadi hampir menimpa seluruh bidang usaha. Terdapat 3 jenis usaha yang mengalami dampak paling besar itu, yaitu kuliner (43,09%), jasa (26,02%), dan fashion (13,01%).
Meski mayoritas responden melakukan pemasaran secara online dan offline (63,40%), hal ini tetap tidak dapat memperbaiki kegiatan usaha yang ada karena efek pandemi yang menyeluruh dan mengakibatkan menurunnya daya beli konsumen. Dampak penurunan omzet diikuti oleh terhambatnya kegiatan operasional dan finansial usaha.
Sebanyak 65% responden mengalami masalah pada kegiatan usaha, seperti usaha harus tutup sementara, kesulitan adaptasi WFH, serta 24% masalah operasional bersumber dari pelanggan seperti menurunnya daya beli konsumen.
Survei juga menunjukkan responden mengalami masalah finansial. Sebanyak 68% responden mengalami masalah keuangan internal, seperti kenaikan biaya operasional untuk protokol kesehatan (masker dan hand sanitizer), dan harus menggunakan modal kerja pribadi.
Sementara itu, ada 26% responden mengaku kesulitan dalam mengajukan pinjaman ke bank. Masalah pandemi COVID-19 tidak menghalangi kreativitas para pelaku usaha untuk mencari solusi agar usaha tetap dapat berjalan.
Berdasarkan hasil data yang ada, mayoritas responden memilih untuk mencari pasar baru (23,93%). Sementara itu, sebanyak 13,44% responden memilih untuk melakukan pivot bisnis atau menjual produk baru.
CEO dan Co-Founder Paper.id Jeremy Limman berpendapat, pandemi ini memberikan dampak kepada ekosistem bisnis di dunia, tapi Jeremy percaya pandemi akan mendorong kreativitas para pelaku usaha untuk membuat inovasi yang baru.
“Contohnya, krisis finansial di 2008 akhirnya memunculkan fintech. Karena itu, saya optimis sekali, pandemi ini akan melahirkan banyak tren bisnis baru asalkan para pelaku usaha mau beradaptasi dengan keadaan dunia yang baru,” ujar Jeremy dalam rilis yang diterima semarak.co, Jumat (13/11/2020).
Dari beberapa wawancara yang telah dilakukan, lanjut dia, responden mengaku menjual barang-barang yang sedang laku di pasaran seperti masker atau produk kesehatan. Sebanyak 8,52% responden juga mengatakan bahwa, mereka memutuskan untuk melakukan ekspansi bisnis.
Kepala Seksi (KASI) Humas Smesco Indonesia Mirah Ayu menambahkan, bidang usaha terkait kebutuhan dasar dan kesehatan serta segala usaha berbasis digital baik produk jasa maupun cara penjualannya akan makin banyak diminati.
“Seperti Frozen food, minuman herbal, hand sanitizer, masker, serta travel kit untuk menunjang gaya hidup masyarakat yang mobile sepertinya akan paling banyak dicari baik saat dan setelah pandemic,” imbuh Ayu dalam rilis yang sama.
Terkait tingkat optimisme pelaku usaha dalam menghadapi pandemi, Ayu menjadikan data terbagi dua. Bagian pertama, dengan tingkat optimisme di bawah satu tahun sebanyak 67,32% dan diatas satu tahun dengan 32,68%.
“Hal lain yang perlu diperhatikan adalah langkah pemulihan yang perlu dilakukan pelaku UMKM agar usaha kembali normal,” ujar Ayu Humas Smesco yang merupakan badan layanan umum (BLU) Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM.
Senada disampaikan Prof. Indra Cahya Uno. Pendiri OK OCE mengatakan, selama pandemi, kita sudah terbiasa dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada, contohnya protokol kesehatan.
“Kebiasaan ini tidak akan luntur pasca pandemi dan dia akan terus melekat. Tantangan-tantangan tersebut akan dapat kita hadapi jika kita saling membantu untuk mengubah tantangan menjadi peluang usaha yang baru,” tutup Indra Uno di rilis ini. (smr)