PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) memproyeksikan pendapatan hingga akhir tahun tumbuh dua digit. Untuk tahun ini, industri secara keseluruhan bisa tumbuh 8-9% year on year (yoy). Perusahaan telekomunikasi pelat merah ini ingin tumbuh di atas rerata industri telekomunikasi. Adapun nilai kas dan setara kas pada periode akhir Maret 2017 mencapai Rp33,69 triliun. Atau mengalami penurunan dari posisi Rp35,73 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan Telkom Harry M. Zen mengungkapkan, dinamika dalam industri telekomunikasi sangat tinggi sekali. Dia berharap, Telkom tetap menjadi pemimpin pasar. Pertumbuhan pendapatan di industri hanya sekitar 6,8%, di kuartal I/2017. “Telkom tentulah, tetap ingin jadi leader di industry telekomunikasi ini,” ungkap Harry, saat menemani wartawan pada acara buka puasa bersama yang semarak di kawasan SCBD Senayan, Jakarta Selatna, Selasa (20/6).
Adapun kaitan menjelang Lebaran, Harry mengatakan, Telkom telah memiliki tim satuan tugas (satgas) yang mengawal aktivitas telekomunikasi akan berjalan dengan lancar. Pembentukan tim satgas dilakukan untuk memastikan semua jaringan dan fasilitas tidak mengalami gangguan.
Menanggapi soal perbankan yang tergabung dalam Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara) berkeinginan mengakuisisi anak usaha Telkom, PT Jalin Pembayaran Nasional (JPN), Harry mengakui, memang sudah ada pembicaraan Himbara akuisisi JPN, tapi belum ada pembicaraan soal angka dan berapa persen pengambilalihan saham JPN.
Menurutnya, pengambilalihan saham JPN oleh Himbara dapat dilakukan mengingat hal ini merupakan arahan Kementerian BUMN selalu pemilik saham mayoritas Telkom. “Ini arahan dari Kementerian BUMN dan diskusi akuisisi intens sudah dilakukan,” paparnya.
JPN merupakan perusahaan switching yang 100% sahamnya masih dimiliki PT Telkom. Pembelian mayoritas saham ini bertujuan agar bank pelat merah mempunyai perusahaan switching sendiri dan efisien. JPN akan digunakan Himbara untuk menjalankan operasional ATM bank BUMN, dimana JPN sudah mengantongi izin switching dari Bank Indonesia (BI).
Untuk usaha itu sendiri bank BUMN kabarnya juga akan menggunakan opsi mengandeng Danareksa sebagai perusahaan perantara dalam pembelian switching ini. Seperti diketahui, empat bank milik negara yang tergabung dalam Himbara, BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri rutin melakukan pembicaraan dengan PT Telkom terkait pembelian saham JPN.
Dengan demikian, sistem operasional ATM Link Himbara secara penuh akan dikelola perusahaan pengalih transaksi milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT Jalin Pembayaran Nasional (JPN). Dengan terintegrasinya ATM, juga dapat meningkatkan efisiensi bank BUMN.
Lewat kerja sama itu, satu perbankan bisa menggunakan empat mesin ATM milik BUMN sehingga setiap bank tidak perlu berinvestasi ATM baru. “JPN 100% dimiliki Telkom tapi sudah ada diskusi dan memang rencananya Himbara masuk ke sana time frame-nya secepat mungkin,” ujarnya.
Harry menambahkan, pengambilalihan saham JPN oleh Himbara sangat mungkin dilakukan, karena merupakan arahan Kementerian BUMN selaku pemilik saham mayoritas Telkom.
Di bagian lain Harry menanggapi soal perusahaan telekomunikasi AT&T yang mencaplok raksasa hiburan Time Warner sebesar Rp 1.100 triliun. Atau Verizon mengakuisisi Yahoo senilai US$ 4,83 miliar atau setara Rp 64,4 triliun.
Aksi korporasi di atas menjadi jawaban atas perubahan yang sedang terjadi di industri telekomunikasi. Layanan digital semakin banyak bermunculan, dan operator kini tak lagi hanya mengandalkan layanan telekomunikasi sebagai core business mereka.
“Telkom berkomitmen penuh untuk menjadi perusahaan telco-digital di Indonesia. Infrastruktur jaringan dimiliki Telkom akan menguntungkan anak usaha lainnya yang menjalankan bisnis digital. Kami strongly committed untuk menjadi telco-digital company. Kalau sudah ada infrastruktur, boleh dong kita pakai untuk keperluan bisnis supaya nantinya bisa support layanan digital juga,” ungkapnya.
Namun, pihaknya belum berminat untuk mengikuti jejak AT&T ataupun Verizon yang ingin menjadi perusahaan digital sepenuhnya. Menurutnya, industri digital dinilai belum stabil. “Kami tetap maintain bisnis expertise kami sebagai perusahaan telekomunikasi yang membangun infrastruktur jaringan hingga satelit. Tapi, belum ada rencana seperti AT&T atau Verizon karena industri digital itu masih volatile,” tambahnya.
Menurut Harry, Telkom diperkuat dengan jaringan telekomunikasi yang dimilikinya , mulai dari fiber optic, fixed line, hingga jaringan seluler untuk mendukung layanan digital seperti T-Cash dan Langit Musik. (wiy/llin)