Penyelenggara Jaminan Sosial Dunia Dituntut Lebih Kreatif Untuk Gaet Milenialis

Di seluruh dunia, perkembangan dunia kerja saat ini mulai didominasi pekerja muda atau yang biasa disebut generasi milenial. Para milenialis ini merupakan kelahiran sekitar 1980 – 1995, yang memiliki cara pandang sendiri dalam dunia kerja, termasuk dalam hal perlindungan jaminan kecelakaan kerja. European Forum menggelar forum internasional “Sustainable Working Life” di Stockholm, Swedia (16/06), yang menghadirkan perwakilan dari seluruh negara-negara penyelenggara jaminan kecelakaan kerja untuk membahas tantangan terkini termasuk perlindungan pekerja generasi milenial.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto yang diundang sebagai pembicara dalam forum ini sebagai Chairman dari Asian Workers Compensation Forum (AWCF), organisasi penyelenggara jaminan kecelakaan kerja kawasan Asia mengatakan, pekerja milenialis Asia ini berpotensi menjadi motor penggerak perekonomian dan sekaligus bonus demografi yang krusial untuk perkembangan Asia ke depan. Keikutsertaan mereka pada jaminan sosial akan mempengaruhi kesejahteraan dan masa depan perekonomian Asia.

Namun Agus menyayangkan, walau populasi pekerja milenialis di Asia berkembang pesat, perkembangan perlindungan jaminan sosial kepada mereka masih rendah, tertinggal dari kawasan Barat. Karena itu para penyelenggara jaminan sosial harus berusaha menarik mereka ke dalam sistem jaminan sosial, tentunya dengan pendekatan yang sesuai dengan cara hidup dan kebutuhan mereka. Semua ini dilakukan agar Milenialis menyadari urgensi dari perlindungan jaminan sosial dalam kehidupan mereka.

“Untuk mendekati para milenialis ini, kita harus lebih kreatif dan menyesuaikan dengan dunia mereka. Media digital dan sosial media menjadi prioritas dalam edukasi kepada generasi ini. Sajikan informasi yang tepat untuk membuka mata dan menyajikan transparansi pada mereka. Bahkan kami sudah mengembangkan aplikasi yang dapat diakses para Milenialis melalui smartphone mereka kapan saja,” jelas Agus dalam rilisnya, Minggu (18/6).

Selain itu Agus juga menjelaskan pendekatan yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan antara lain berupa penyediaan manfaat-manfaat yang sesuai dengan kebutuhan pekerja Milenialis yang masih produktif bekerja, diluar manfaat jaminan sosial itu sendiri. Manfaat tersebut terutama bertujuan mengurangi beban hidup mereka untuk kebutuhan pokok seperti pangan dan perumahan.

Kepada peserta forum, Agus memperkenalkan manfaat keseharian dalam bentuk pemberian diskon bagi para Milenialis yang berbelanja di mitra kerjasama. Saat ini lebih dari 500 mitra telah bekerjasama dalam program ini, dan akan terus bertambah. Juga manfaat pembiayaan kepemilikan rumah pertama yang murah dengan dukungan dari mitra perbankan. Semua ini dikembangkan BPJS Ketenagakerjaan, sebagai salah satu bentuk daya tarik bagi pekerja Milenialis, agar mereka mau bergabung dalam sistem jaminan sosial.

Agus juga mengingatkan peserta forum, untuk tidak melupakan para pekerja Milenialis yang berpenghasilan rendah. BPJS Ketenagakerjaan juga memperkenalkan sistem crowdfunding untuk donasi pembayaran iuran para pekerja tidak mampu sebagai bentuk intervensi sosial sampai mereka mandiri, melalui Gerakan Nasional Peduli Perlindungan Pekerja Rentan (GN Lingkaran).

“Semoga program-program yang kita aplikasikan di Indonesia untuk pekerja Milenialis, dapat menjadi inspirasi bagi negara lain. Kami juga banyak belajar dari inovasi negara lain untuk meningkatkan kepesertaan dan pelayanan kepada seluruh pekerja, termasuk Milenialis” pungkas Agus. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *