Promissory Coups

Zeng Wei Jian. foto: pp WA

by Zeng Wei Jian

semarak.co-Partai oposisi Future Forward Party dibubarkan. Kursinya nomor 3 terbesar di Parlement Thailand. Ngaku Pro Demokrasi. Thus anti-monarkhi in essense.

Bacaan Lainnya

Aktifis Pro Demokrasi in-exile Wanchalearm Satsaksit lenyap di Kamboja. You can run, but you can’t hide. Polisi Thailand dituduh. Aksi demonstrasi dimulai.

Sineenat Wongvajirapakdi kembali jadi selir. Iring-iringan mobil Raja Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida diteriakin yel-yel para demonstran tiga jari niru film Hunger Game.

Demonstran ingin memakzulkan PM Prayuth Chan-ocha dan menuntut pembatasan kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn yang dituding womanizer.

Massa Pro Monarkhi Yellow Shirts turun. Face-to-face dengan Massa Aksi Pro Demokrasi. Rezim gerah. Thailand resmi merilis Dekrit Darurat.

Pengumpulan orang +4 dilarang. Media dibatasi. Sencorship berlaku.

Ngga ada satu pun negara ASEAN yang protes. Thai’s Internal security problem. Demi stabilitas & keamanan rakyat, SOB sah diberlakukan.

Martial Law artinya suspension of civil law, civil rights, dan habeas corpus. Yang melawan bisa diadili di military tribunal.

Pandemic Covid-19 nyerang Indonesia. Kelompok provokator hasut orang gelar aksi massa. Rapet-rapet. Cuma dikasi nasi bungkus dikaretin. Kerja keras pemerintah diobrak-abrik.

Omnibus Law diketok DPR. Pembahasannya sudah 6 bulan. Rapat 64 x. International Labor Organization ikut hadir dan setuju.

Tiba-tiba hoax diturunkan seperti badai. Seruan Mogok Nasional. Gatot Nurmantyo mendukung penuh.

Aksi massa dimobilisasi. Bocil-bocil digunakan. Halte, Ruko & Gereja dibakar. Polisi dipukul & dilempar pake batu.

Oposisi Swasta surfing di atas riak gelombang Omnibus Law rekayasa. Target sebenarnya pemakzulan. Bakar-bakaran seperti Mei 98. Terilusi People Power & Amien Rais bisa menjatuhkan Pa Harto.

Padahal skenario global dan Amerika yang menjatuhkan Pa Harto. Prosesnya ditata selama 3 tahun. Gerakan Mahasiswa hanya alat legitimasi.

Anti-Jokowi menuding pemerintah diktator. Padahal mereka bebas nge-bully presiden, wapres, semua menteri dan institusi. Bicara seenaknya. Giliran ditangkep nuding polisi represif.

Modus Oposisi Amatiran ini disebut “Promissory coups”. Pemerintahan yang sah ingin ditumbangkan di tengah jalan dengan rusuh. Lalu Sang Pemimpin coup d’etat mengklaim sedang berjuang mempertahankan demokrasi & konsitusi.

Ada desas-desus keinginan Oposisi Swasta rilis aksi massa berkesinambungan. Puncaknya 28 Oktober 2020. Ga peduli Covid-19. Rasanya mereka belum puas kalo belum bakar Glodok, Roxy dan ganyang-ganyangan minoritas.

Hati-hati. Indonesia punya regulasi darurat sipil. Jika masi ngeyel, Presiden bisa memberlakukan Martial Law. Jangan ngimpi bisa menghancurkan negara dengan Modus Promissory coups.

Kaum avonturir ingin membuat democratic backsliding. Jangan membuat pemerintah tak punya opsi lain selain gebuk…!! Rakyat sudah minta pemerintah tegas. Aksi Gerombolan ini sejatinya merupakan gradual decline in the quality of democracy.

Jika mereka bisa niru manuver Antifa, liberal & The Dems di Amerika, jangan dikira Pemerintah ngga bisa adopsi apa yang sedang pecah di Thailand.

The prospect, while still remote, is not purely hypothetical in the current crisis, and the risk is great.

THE END

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *