Menteri BUMN Bangga Dirut Pegadaian Riswinandi Jadi Komisioner OJK

Riswinandi Idris, Dirut Pegadaian yang terpaksa mundur karena jadi Komisioer OJK

Kementerian BUMN mempercepat proses uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test calon-calon Direktur Utama PT Pegadaian. Perusahaan pelat merah di bidang pembiayaan ini mengalami kekosongan posisi Dirut, setelah ditinggal Riswinandi Idris terpilih menjadi Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengungkapkan, beberapa nama yang tengah diseleksi Kementerian BUMN berasal dari usulan Dewan Komisaris Pegadaian.
Kementerian BUMN menargetkan proses seleksi dan pemilihan bisa selesai awal bulan depan. “Kami sedang percepat, masih berjalan, semua hasil usulan Dewan Komisaris. Paling lambat nanti awal Agustus,” ujar Gatot pada wartawan, di Jakarkta, Senin (31/7).

Seperti diketahui, Riswinandi sebelumnya telah dilantik sebagai Anggota Dewan Komisioner OJK periode 2017-2022. Dengan telah diambil sumpah jabatan yang baru, maka secara otomatis dirinya mengundurkan diri dari Direktur Utama Pegadaian. Di OJK sendiri, Riswinandi dipercaya sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank.

Terpilihnya Riswinandi sebagai salah satu Dewan Komisioner OJK membuat Menteri BUMN Rini Soemarno bangga. Walaupun terbilang belum satu periode atau lima tahun Riswinandi memimpin Pegadaian. Baru sekitar dua tahun belakangan. “Pak Riswinandi ini kan sudah di Pegadaian, sudah pernah juga di perbankan, dan industri keuangan lainnya, jadi saya support,” kata Rini, terpisah.

Rini menilai sejauh ini yang sudah dilakukan Riswinandi di Pegadaian sudah cukup bagus. Sebab itu sudah sepantasnya dia menduduki posisi Wakil Ketua OJK. “Kita bangga, saya rasa keluarga BUMN kalau beliau terpilih juga bangga. Karena OJK itu kan benar-benar institusi yang independen,” puji Rini.

Riswinandi didapuk menjadi Dewan Komisioner OJK menemani Wimboh Santoso. Pembentukan biro kredit untuk perusahaan layanan keuangan berbasis teknologi (fintech) menjadi salah satu program yang ia canangkan.

Di hadapan Komisi XI DPR saat fit and proper test, medio Juni lalu, pria yang sempat menduduki jabatan sebagai Senior Vice President Loan Work Out & Collection Division Head di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) ini menyampaikan paparan program dan usulannya terkait pentingnya dibentuk perusahaan biro kredit untuk perusahaan layanan keuangan berbasis teknologi atau fintech (financial technology).

Menurutnya Biro kredit ini bertujuan agar penyaluran kredit yang dilakukan perusahaan fintech tetap terjaga kualitasnya dan terhindar dari tingginya rasio kredit bermasalah. Kendati memandang positif dengan kehadiran fintech, ia tetap menekankan pentingnya kehati-hatian OJK dalam mengawasinya.

“Fintech memberi pertumbuhan yang baik bagi industri jasa keuangan, tapi kita perlu hati-hati mengadposinya.Karena dengan fintech, mereka bisa saling berhubungan dengan nasabahnya yang diharapkan bagaimana nanti kita bisa tegas katakanlah bagaimana penyaluran kreditnya,” kata Riswinandi di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Juni lalu.

Baginya biro kredit dapat membantu fintech memberikan penilaian dan informasi terkait kualitas kredit nasabah. Dan kelak Biro kredit ini akan berada di bawah pengawasan OJK. Untuk mendapatkan data nasabah, kata Riswinandi, saat ini baru bisa diperoleh dari Bank Indonesia.

Namun sesuai dengan kesepakatan, informasi tersebut bakal diperoleh melalui OJK. “Seharusnya memang tahun ini pindah dari BI ke OJK, karena data yang dibangun ini platformnya sudah selesai diuji coba untuk akses industri,” paparnya.

Sejauh ini sosok Riswinandi memang telah dikenal luas di dunia ekonomi. Pria kelahiran tahun 1957 ini telah melewati berbagai tahapan untuk posisinya saat ini di OJK. Ia harus memperebutkan jabatan Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota bersama dengan mantan Kepala PPATK Agus Santoso dan Etty Retno Wulandari.

Kariernya sendiri dimulai dari posisi Senior Assistant di SGV Utomo pada 1984. Lalu, pada 1986 Riswinandi memulai berkarier di PT Bank Niaga selama kurun waktu 13 tahun, khusus pengelolaan kredit korporasi (Corporate Banking). Kariernya makin menanjak ketika dia menduduki posisi Kepala Cabang (General Manager) Bank Niaga di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), serta menjabat sebagai Vice President Human Resources (Group Head).

Di tahun 1999, Riswinandi bekerja di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) menduduki posisi Senior Vice President Loan Work Out & Collection Division Head hingga 2001. Pada tahun yang sama, kariernya berlanjut di PT Bank Danamon Tbk sebagai Executive Vice President Corporate Lending Division.

Hingga Juni 2003, Riswinandi menjabat sebagai Direktur PT Danamon Tbk hingga Juni 2003. Kemudian pada September, Riswinandi ditunjuk sebagai Komisaris Independen PT Bank Mandiri sampai Mei 2005. Selanjutnya terhitung sejak Oktober 2005, ia bertugas sebagai Executive Vice President-Credit Recovery II di Bank Mandiri. Pada Mei 2010 Riswinandi ditunjuk sebagai Wakil Direktur Utama Bank Mandiri dan pada April 2015 beliau ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Pegadaian. (l6c/ind/lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *