KCBI Ajak Perempuan Indonesia Berkain dalam Keseharian

Ketua Umum KCBI, Sita H Agustanzil, di kawasan Jakarta Pusat, Minggu malam (3/3/2019). foto: Faqih

Di era milenial saat ini banyak wanita Indonesia yang meninggalkan budaya asli bangsa. Misalnya dalam berpakaian, banyak yang lebih memilih mengenakan jeans atau rok. Namun lain halnya dengan Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI).

Komunitas ini mengajak masyarakat Indonesia khususnya perempuan, untuk dapat membiasakan diri menggunakan kain untuk keseharian. Jelang hari jadi KCBI yang ke-lima pada tanggal 11 Maret nanti. Sita berharap jika anak-anak milenial Indonesia dapat ikut berkain dalam keseharian.

Ketua Umum KCBI Sita H Agustanzil mengatakan visi ‎dari KCBI, yakni terwujudnya Perempuan Indonesia yang memiliki jati diri bangsa Indonesia, melalui cerminan gaya berbusana berkain tradisional kedaerahan.

“Komunitas ini mengajak masyarakat untuk perduli kepada warisan budaya leluhur. Khususnya budaya berkain, karena busana berkain sarat dengan filosofi bangsa ini,” ujar Sita, di kawasan Jakarta Pusat, Minggu malam (3/3).

“Pakai kain itu tidak harus 24 jam, pakailah waktu kita bisa pakai. Kalo kamu jalan-jalan ke mall kamu bisa pakai ya pakai. Untuk keeharian potongannya bisa tetap seperti ini tapi mungkin material dan motifnya yang berbeda,” paparnya.

Cucu dari mendiang Haji Agus Salim, salah Pahlawan Nasional Indonesia ini juga menjelaskan KCBI tersebar di beberapa wilayah Indonesia, bahkan sampai luar negeri. Salah satunya San Fransisco (Amerika Serikat) dan Perth (Australia)‎.

“Yang mendaftar untuk membuka cabang pertama kali justru dari San Fransisco (Amerika Serikat), kemudian Bandung, lalu Surabaya, Bogor, Malang Raya, Perth (Australia)‎, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Jember. Saat ini juga ada yang akan menyusul lagi ada tiga dari Belanda, Singapura, dan Kuala Lumpur,” jelas Sita.

Sita juga berpesan, sebagai negara yang sedang berkembang boleh saja menerima teknologi namun jangan sampai meninggalkan identitas bangsa.

“Kita tidak boleh menghindari teknologi. Kita harus menjadi bangsa yang cerdas, bangsa yang cerdas adalah yang mengikuti kemajuan teknologi dunia, tanpa meninggalkan identitas kita,” tandasnya. (kih)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *