Induk Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia (Inkowapi) telah melakukan persiapan hampir dua tahun untuk menjalan aplikasi atau software jaringan usaha online dari pembinaan warung tradisional menjadi warung digital alias Warung Zaman Now. Tujuan dari program digitalisasi koperasi ini, tentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang pemberdayaan ekonomi perempuan.
Ketua umum Inkowapi Sharmila Yahya mengatakan, berkaitan dengan pemikiran Presiden Jokowi agar koperasi mampu memanfaatkan media social dan teknologi digital untuk melebarkan sayap usahanya, Inkowapi sangat mengapresiasi dan mendukung sepenuhnya karena tanpa disadari ada kesamaan pembangunan ide.
“Saat ini kita berada di era digitalisasi. Internet membawa perubahan dunia yang sangat revolusioner. Internet menjadikan dunia sebagai Negara global tanpa batas, semua terhubung dan terkoneksi menjadi satu. Jika koperasi tidak masuk ke dalam dunia digital, maka akan ditinggal oleh perkembangan pesat bisnis online yang sudah menggusur peran model bisnis konvensional,” tukas Sharmila pada wartawan dalam media gathering dengan Inkowapi di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (20/7).
Saat ini, kata Sharmila, Inkowapi telah masuk dan hijrah ke management berbasis digital. Mulai dari mengelola anggota, kelembagaan, program, unit-unit bisnis, dan keuangan, semuanya menggunakan system digitalisasi. Tujuannya agar lebih transparan, serta program berjalan lebih cepat dan dapat diakses oleh anggota, organisasi, maupun pihak-pihak terkait lainnya.
Seperti diketahui, Jokowi berpendapat koperasi Indonesia masih ketinggalan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi digital yang perkembangannya demikian cepat dan dinamis. Ia mencontohkan penggunaan media social sebagai platform untuk meningkatkan kinerja koperasi.
Kolektor Sampah
Tujuan jangka panjang dari program digitalisasi koperasi Inkowapi, lanjut Sharmila, pihaknya sudah melatih lebih dari 3000 anggota untuk pengelolaan warung secara digital bekerja sama dengan Sahara (Sahabat usaha Rakyat) dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan si warung.
“Saat ini, program yang sedang berjalan adalah pendataan dan pembinaan warung tradisional yang dikelola oleh para perempuan di beberapa provinsi, seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Jawa Timur. Saat ini jumlah warung digital yang tersebar mencapai tiga juta,” ujar Sharmila, penggagas SAHARA.
Warung ini, rinci Sharmila menjual sembako dan non sembako. “Jadi sistemnya, si warung akan mendapat suplay barang, lalu dia menjual ke masyarakat sekitarnya. Bisa juga warung menjadi kolektor yang menagih tunggakan iuran BPJS Kesehatan. Caranya, penunggak akan membayar tagihan BPJS di warung tersebut dan akan mendapat cash back untuk dibelanjakan kembali di warung tersebut khusus untuk aneka produk-produk sembako,” imbuhnya.
Juga bisa berfungsi sebagai kolektor sampah. Menurut Sharmila, warung akan membeli sampah apa pun dari warga, tapi uangnya tidak langsung diberikan. “Uang si penjual akan dikumpulkan selama sebulan. Setelah sebulan, uang yang terkumpul bisa dibelanjakan di warung itu khusus untuk produk sembako. Jadi antara pemilik sampah dan pemilik warung sama-sama untung. Inilah konsep dari koperasi juga,” tutupnya. (lin)