Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) semakin seru. Calon petahana dalam ajang pemilu presiden AS Donald Trump merasa berpeluang untuk menang. Seiring ditutupnya pemungutan suara di Amerika Serikat Selasa (3/11/2020).
semarak.co-Survei exit poll Edison Research memberikan sejumlah pemahaman terkait isu-isu utama yang mendorong pemilihan presiden serta perkiraan awal atas dukungan pemilih. Seperti diketahui Pilpres AS berlangsung, Selasa (3/11/2020) mulai pukul 06.00 waktu setempat.
Warga AS bakal menentukan apakah petahana Donald Trump atau penantang Joe Biden yang bakal memimpin di negara adidaya tersebut. Pemenang pilpres AS bakal ditentukan melalui sebuah sistem yang bernama Electoral College yang tersebar di 50 negara bagian.
Dengan sistem suara elektoral, calon presiden (capres) yang berhasil memenangkan suara mayoritas secara nasional (voting populer) tidak langsung menjadi pemenang. Hal itu disebabkan kemenangan kandidat calon presiden ditentukan suara elektoral.
Hasil perhitungan sementara, Trump unggul di 7 negara bagian. Sedangkan Biden unggul di 4 negara bagian. Pilpres Ke-59 AS, berjibaku dua kandidat kuat, Joe Biden di sisi biru dari Partai Demokrat melawan petahana, Donald Trump di sisi merah dari Partai Republik.
Hingga saat ini, seperti dilansir The Guardian secara live Rabu (4/11/2020), perhitungan pilihan sementara, posisi Joe Biden masih 131 electoral college votes dengan 40.900.859 pemilih. Sedangkan Trump mendapatkan 108 electoral college votes dengan 43.338.547 pemilih.
Seperti dikutip dari RRI, Trump unggul di negara bagian:
- Wyoming 75 persen/5.091 pemilih
- South Dakota 64.3 persen/75.169 pemilih
- North Dakota 59.9 persen/102.675 pemilih
- Louisiana 62.5 persen/658.751 pemilih
- Nebraska 51.1 persen/192.383 pemilih
- Kansas 52.6 persen/491.891 pemilih
- Missouri 58.1 persen/820.179 pemilih
Joe Biden unggul di negara bagian:
- New York 67.2 perrsen/1.823.006 pemilih
- New Mexico 55 persen/282.991 pemilih
- District of Columbia 92.6 persen/174.108 pemilih
- Colorado 57.1 persen/1.486.729 pemilih.
Berikut sejumlah sorotan dari jajak pendapat, yang didasarkan pada wawancara langsung dengan pemilih pada hari Selasa, wawancara langsung di pusat pemungutan suara awal sebelum Hari Pemilu dan wawancara telepon dengan orang-orang yang memberikan suara melalui surat.
Kekuatan Baru Pemilih Latin
Dalam laporan yang muncul pada malam pemilihan, Presiden petahana dari Partai Republik Donald Trump menunjukkan kekuatan yang mengejutkan dengan pemilih keturunan Latin di negara-negara bagian kunci seperti Florida dan Texas.
Di Florida, menurut exit poll, dukungan para pemilih keturunan Latin terbagi untuk Trump dan saingannya dari Partai Demokrat Joe Biden. Pada 2016, Trump hanya memenangkan empat dari 10 pemilih Latin dalam pertarungan melawan calon Demokrat Hillary Clinton.
Secara keseluruhan, dia memenangkan tiga dari 10 pemilih nonkulit putih dibandingkan hanya menang dua dari 10 empat tahun lalu. Trump mempertahankan keunggulannya di antara pemilih kulit putih. Menurut jajak pendapat Edison Research, enam dari 10 pemilih kulit putih mengatakan mereka memberikan suara untuk Trump, angka yang tidak berubah dari 2016.
Salah satu prioritas kampanye Trump yakni memenangkan para pemilih keturunan Kuba-Amerika di Florida Selatan yang padat, dengan menekankan kebijakan garis keras pemerintah terhadap Kuba dan Venezuela.
Di Texas, empat dari 10 pemilih Hispanik memberikan suara untuk Trump, menunjukkan peningkatan tiga angka dibandingkan 2016, menurut exit polls di negara bagian itu.
Jajak pendapat nasional Edison menunjukkan meski Biden mengungguli Trump di antara pemilih non-kulit putih, Trump telah menerima proporsi yang sedikit lebih tinggi dari suara non-kulit putih dibandingkan 2016.
Jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa sekitar 11 persen pemilih Afrika-Amerika, 31 persen Hispanik dan 30 persen Asia-Amerika memilih Trump, naik 3 poin persentase dari 2016 di antara ketiga kelompok tersebut. Trump mungkin membutuhkan performanya yang membaik dengan pemilih non-kulit putih untuk mengimbangi kekalahan di basis politik tradisionalnya.
Dia tampak kehilangan dukungan dari para pemilih pria berkulit putih dan populasi lebih tua di negara bagian Georgia dan Virginia, yang merupakan bagian-bagian kunci dari basis pemilih Partai Republik, menurut jajak pendapat Edison.
Meski Trump masih memenangkan mayoritas suara dari para pemilih tersebut, beberapa beralih mendukung Biden, sebagaimana dilaporkan dalam exit polls. Jajak pendapat Edison menunjukkan Trump memenangkan suara tujuh dari 10 pemilih pria berkulit putih di Georgia, angka yang menurun dari tahun 2016 saat Trump unggul delapan dari 10 atas Clinton.
Meski Trump memenangkan enam dari 10 pemilih berusia 65 tahun ke atas di Georgia, angka tersebut turun dari tujuh dari 10 pada 2016. Di Virginia, Trump memenangkan enam dari 10 pemilih berkulit putih tanpa gelar sarjana, turun dari tujuh dari 10 pada tahun 2016.
Dia juga memenangkan suara dari enam dari 10 pemilih pria berkulit putih di Virginia, turun dari 2016 di mana dia memenangkan suara tujuh dari 10 pemilih. Dalam kabar yang lebih membesarkan hati sang presiden, enam dari 10 pemilih dengan pendapatan 100.000 dolar AS di Virginia mendukung Trump.
Jajak pendapat menemukan bahwa sembilan dari 10 pemilih telah memutuskan siapa yang akan dipilih sebelum Oktober dan sembilan dari 10 pemilih mengatakan mereka yakin bahwa negara bagian mereka akan menghitung suara secara akurat.
Masalah lain yang menjadi perhatian para pemilih termasuk ekonomi, kesenjangan rasial, kejahatan dan keselamatan, dan kebijakan kesehatan. Edison mengumpulkan jajak pendapat exit polls dan hasil pemilihan langsung untuk konsorsium media National Election Pool. (net/smr)