Tahun ini, Bank BTN menargetkan penyaluran pinjaman akan naik sebesar 21-23%. Di mana pertumbuhan terbesar di segmen ini berasal dari KPR subsidi yang naik 30,57% yoy dari Rp43,52 triliun, akhir Desember 2015 menjadi Rp56,83 triliun di Desember 2016. Pertumbuhan penyaluran kredit yang positif juga mengerek nilai aset emiten dengan kode saham BBTN. Per akhir tahun lalu, aset BTN tumbuh 24,66% secara tahunan dari Rp171,8 triliun menjadi Rp214,16 triliun.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, untuk memperkuat struktur pendanaan, BTN akan meningkatkan porsi dana murah, mencari pinjaman luar negeri, dan menerbitkan surat utang serta sekuritisasi. Penguatan dana murah dilakukan dengan menggelar berbagai rangkaian promosi hingga undian berhadiah. Pada era digital saat ini, lanjut Maryono, BTN pun terus memoles layanan digital perseroan untuk memacu pengucuran KPR dan merebut dana murah.
“Salah satunya dengan menambah gerai dan outlet digital sesuai dengan tahapan transformasi digital BTN yang dilakukan sejak 2015. Transformasi ini dilakukan untuk mendukung bisnis perseroan sekaligus menggarap generasi milenial yang kini kian fasih dengan teknologi,” ujar Maryono dalam paparan kinerja bank pelat merah di gedungnya, Menara BTN, Harmoni, Jakarta Pusat, Senin (13/2).
Adapun kinerja BTN, rinci Maryono, bank yang core bisnisnya kredit kepemilikan rumah ini mencatatkan perolehan laba bersih Rp2,61 triliun pada Desember 2016. Atau meningkat sekitar 41,49% secara tahunan dari perolehan laba bersih 2015 sebesar Rp1,85 triliun. Pencapaian positif tersebut ditopang kinerja penyaluran kredit dan penghimpunan simpanan yang mencatatkan pertumbuhan di atas rata- rata industry.
“Rraihan positif laba bersih BTN, lanjut Maryono, diikuti kualitas aset yang terus membaik. Kami optimistis BTN mampu melanjutkan kinerja positif tersebut pada tahun ini mengingat kondisi ekonomi yang mulai menunjukkan geliat positif serta berbagai kebijakan pemerintah dan regulator yang mendukung perkembangan sektor property,” kata Maryono didampingi semua direksi.
Perolehan laba bersih BTN, lanjut dia, didukung margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) yang naik dari 4,87% Desember 2015 menjadi 4,98%. “Peningkatan laba bersih BTN juga didorong kenaikan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) dan pendapatan operasional. Pendapatan bunga bersih BTN tercatat Rp8,25 triliun pada akhir 2016. Atau naik sebesar 20,17% yoy dari Rp6,86 triliun di akhir 2015,” paparnya.
Kemudian, pendapatan operasional tumbuh 32,31% secara tahunan dari Rp2,53 triliun (Desember 2015) menjadi Rp3,35 triliun (Desember 2016). Di sisi lain, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BTN membaik dari 16,97 persen pada Desember 2015 menjadi 20,34 persen di Desember 2016. Peningkatan CAR tersebut disumbang revaluasi aset yang dilakukan BTN pada April 2016. “Pencapaian kinerja tahun 2016 ini didukung komitmen dan kerja keras seluruh manajemen mencapai target serta menerapkan berbagai transformasi yang dicanangkan perseroan,” rincinya.
Sementara rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross BTN per Desember 2016 berhasil ditekan dari 3,42 persen menjadi 2,84%. NPL net juga membaik dari 2,11 persen pada Desember 2015 menjadi 1,85 persen di Desember 2016. Sejalan dengan capaian penyaluran kredit, BTN juga mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga.
Lebih jauh Maryono menyebut dana pihak ketiga (DPK) di atas rata-rata industri yang tercatat sebesar 9,5% secara tahunan. Per Desember 2016, BTN berhasil menghimpun DPK senilai Rp160,19 triliun. Atau naik 25,4% secara tahunan dari Rp127,74 triliun di Desember 2015.
Struktur DPK BTN juga menguat dengan peningkatan porsi dana murah current account and saving account (CASA) perseroan yang naik ke level 50,36% pada kuartal akhir 2016 dari 48,63% di periode yang sama tahun sebelumnya. Per Desember 2016, CASA BTN tercatat senilai Rp80,68 triliun atau naik 29,85 persen dari Rp62,13 triliun di bulan yang sama tahun sebelumnya. “Kami membidik DPK dapat tumbuh 22-24% pada 2017,” tutupnya.(lin)