Kementerian Agama berduka atas ambruknya atap satu ruang asrama putri di Pesantren Syekh Abdul Qodir Jailani, Situbondo. Kemenag prihatin dan akan segera salurkan bantuan Rp200 juta untuk renovasi asrama.
Semarak.co – Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Amien Suyitno menyatakan, berdasarkan laporan Kankemenag Situbondo, atap asrama putri Pesantren Syekh Abdul Qodir Jailani ambruk pada Rabu dini hari. Saat itu, kondisi cuaca hujan deras disertai angin kencang.
“Insya Allah Kemenag akan beri bantuan Rp200 juta dan itu akan diantar langsung oleh Direktur Pesantren pada Kamis besok,” sambungnya, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Jurnalis Kemenag, Rabu malam (29/10/2025).
Dia menyatakan, saat kejadian, dalam ruang asrama yang ambruk itu ada 19 santri putri. Mereka langsung dievakuasi ke rumah sakit terdekat oleh KH Muhammad Hasan Nailul Ilmi beserta pengurus pondok pesantren.
Setelah dilakukan pemeriksaan, ada 11 santri putri yang luka. Sebanyak enam santri mendapat penanganan di Puskemas Besuki. Sementara empat orang diperiksa di RSUD Besuki (2 orang rawat jalan, sedangkan 2 orang opname ). Ada 1 orang yang dirawat di RSIA Jatimed.
“Ada satu santri putri yang meninggal dunia atas nama Putri Helmikia Okta Viantika. Almarhumah meninggal sekitar pukul 05.37 WIB di RSIA Jatimed dan dikebumikan pada pukul 08.00 WIB,” sebut Suyitno
“Kita doakan semoga santri yang wafat mendapat tempat terbaik di sisi Allah Swt. Santri yang luka semoga lekas sehat dan pulih. Aamiin,” sambungnya.
Asrama Ambruk, Waketum PBNU Minta Pemerintah Bantu
Wakil Ketua Umum PBNU Zulfa Mustofa menyatakan, atas nama PBNU menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya salah seorang santriwati di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Syekh Abdul Qodir Jailani, akibat atap asrama ambruk.
Zulfa meminta pemerintah agar dapat turun tangan membantu mencarikan jalan keluar dari situasi yang memprihatinkan yang dialami sejumlah pondok pesantren. Sebagaimana diketahui, musibah Al Khoziny telah mendorong pemerintah dan para pihak lain, agar dapat memberi atensi terhadap kondisi bangunan di pondok pesantren.
“Kami berharap, ya memintalah, agar pemerintah bisa membantu pesantren tua yang bangunan-bangunannya berpotensi membahayakan. Agar membantu dengan cara memperbaiki bangunan-bangunan tersebut, agar santri-santrinya kembali bisa belajar dengan aman,” katanya.
Selanjut, kata Kiai Zulfa, secara internal, PBNU sendiri terus melakukan monitoring, melakukan pendataan dan menginventarisasi atas sejumlah aset pondok pesantren, terutama mengenai bangunan fisik. “Saya juga memerintahkan RMI bekerja sama dengan para pihak membantu pondok tua yang ada di lingkungan NU,” kata Kiai Zulfa.
RMI atau Rabithah Ma’ahid Al Islamiyah adalah sebuah lembaga berbentuk perikatakan pondok pesantren-pondok pesantren yang berada di bawah naungan PBNU. Sebagaimana diketahui, hingga saat ini, tidak kurang 26.000 an pondok pesantren yang ada di Nusantara, secara ubudiyah dan muamalah, berafilisi dengan NU.
Diberitakan sebelumnya, bangunan Asrama Putri Pondok Pesantren Salafiah Syafi’iyah Syekh Abdul Qodir Jailani di Jalan Pesanggrahan, Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, ambruk pada Rabu (29/10/2025) dini hari sekitar pukul 00.30 WIB.
Kapolres Situbondo AKBP Rezi Darmawan menyatakan, secara total ada 12 santriwati yang menjadi korban dari peristiwa bangunan asrama putri ambruk. Satu meninggal dunia. “Satu satriwati meninggal dunia dan sudah dikebumikan tadi jam 8 pagi,” kata Rezi pada Rabu.
Korban meninggal atas nama Putri (12), warga Dusun Rawan, Desa Besuki, Kecamatan Besuki. Sedangkan yang lain yakni enam orang dirawat di Puskesmas Besuki, empat orang dirawat di RSUD Besuki, dan satu orang dirawat di RSIA Jatimned.
“Korban yang selamat sekarang dirawat intensif di beberapa tempat, empat di RSUD Besuki, dan satu di RSIA Jatimned,” katanya. Pihak kepolisian telah melakukan olah TKP, tetapi masih belum bisa memastikan penyebab ambruknya bangunan tersebut.
Kesaksian
Aura Adelia (14), warga Desa Bungatan, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo, menjadi salah satu korban ambruknya bangunan asrama itu. “Saya saat itu tidur terlelap, tiba-tiba (bangunan) ambruk dan lalu saya keluar kamar,” ucap Aura di RSUD Besuki Rabu (29/10/2025).
Aura mengatakan, dalam satu kamar berisi 19 orang santriwati. Saat itu, semua teman-temannya sedang tertidur lelap dan tidak mengetahui adanya tanda-tanda bangunan akan roboh. “Saya tidak tahu apa-apa, cuma saat saya keluar kondisi memang gerimis,” katanya.
Aura baru tahu bahwa kaki kanannya terluka parah saat dirinya sudah berlari keluar dan sedang duduk bersama teman-temannya. Kaki kanannya tiba-tiba terasa perih dan keluar darah. “Saat tahu ada luka saya minta tolong, setelah itu digendong dibawa ke rumah sakit,” katanya.
RS (35), warga Desa Besuki, Kecamatan Besuki, salah satu keluarga korban menyatakan, pihaknya dikabari dan diminta ke asrama putri untuk menemui saudaranya. Namun, tidak dikabari bahwa korban mengalami luka.
“Kami itu awalnya disuruh ke pondok, tidak tahu kalau anaknya (korban) ini sedang menjadi korban ambruk, kami sangat kaget apalagi kondisi luka cukup parah dan harus operasi,” ucapnya. (hms/smr)





