PT Adhi Karya (ADHI) mengantongi kontrak baru senilai Rp 5,3 triliun hingga Mei 2017. Angka ini mencapai 23% dari target tahun ini sebesar Rp 21 triliun. Kontrak baru tersebut terdiri atas penataan kawasan komplek Gelora Bung Karno (GBK) senilai Rp 230,8 miliar, dan melalui anak usaha, PT Adhi Persada Gedung, yaitu pembangunan Apartment Loftvilles City, Tangerang Selatan Rp 200 miliar, dan Hotel Platinum Surabaya Rp 153,4 miliar.
Direktur Keuangan PT Adhi Karya Harris Gunawan mengatakan, kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru tersebut didominasi konstruksi dan energi 92,3%. Sisanya merupakan lini bisnis lainnya. Sedangkan berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru terdiri dari APBN/APBD 28,2%, BUMN 32,8%. Sementara swasta atau yang lainnya 39%.
“Sampai Mei perolehan kontrak Rp 5,3 triliun. Atau 23 persen dari target Rp 21 triliun. Nilai kontrak ini belum termasuk LRT. Dilihat dari sumber dana, proyek-proyek swasta masih menjadi kontributor utama, yakni sebesar 39 persen. Sisanya, berasal dari proyek-proyek BUMN sebesar 32,8 persen dan APBN serta APBD menyumbang sekitar 28 persen dari perolehan kontrak ADHI,” ujar Harris dalam acara buka puasa bersama ADHI di Jakarta, Kamis (15/6).
Jika dilihat berdasarkan tipe pekerjaan, Harris merinci, perolehan kontrak baru kontraktor pelat merah ini terdiri dari proyek gedung 70%, jalan dan jembatan 19,5%, serta proyek infrastruktur lainnya 10,5%. Menurutnya, raihan kontrak baru yang masih jauh dari target disebabkan karena proyek di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) masih dalam proses penawaran (bidding).
“Memang ada beberapa hal mengapa kontrak belum tinggi, proses proyek PU masih proses bidding. Kita juga ada proyek swasta dan kita sedang mengembangkan bisnis di bidang property,” rincinya.
Di bagian lain Harris mengungkapkan, anak usaha Adhi Karya, yakni PT Adhi Persada Gedung (APG) kemungkinan akan dilepaskan di tahun 2018 yang akan datang. APG merupakan perusahaan yang menyediakan jasa konstruksi terutama untuk bangunan-bangunan highrise. “Kemungkinan IPO di kuartal-1 2018. Karena tahun ini banyak bisnis yang sama dari perusahaan yang sama melakukan hal yang sama,” katanya.
Harris merujuk beberapa BUMN Karya lain yang juga melepaskan anak usahanya di bursa seperti PTPP dan juga WIKA. Menurutnya, penundaan ini merupakan salah satu strategi ADHI supaya dana IPO dari ADHI Persada Gedung ini dapat terserap dengan maksimal. “APG akan menawarkan sekitar 30-40 persen sahamnya ke publik. Dana yang coba dihimpun dari Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana APG sebesar Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun,” pungkasnya. (lin)