Kemendes Dorong Pengembangan Ekonomi Hijau Lewat Pewarna Alam Wastra Nusantara

Kemendes PDT bekerja sama dengan Perkumpulan Warna Alam Indonesia (WARLAMI) menggelar kegiatan  “Pelestarian Wastra dan Pameran Indonesia Hijau” di Kantor Ditjen PPDT Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) bekerja sama dengan Perkumpulan Warna Alam Indonesia (WARLAMI) menggelar kegiatan  “Pelestarian Wastra dan Pameran Indonesia Hijau” di Kantor Ditjen PPDT Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Semarak.co – Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kemendes Ratu Rachmatuzakiyah mengapresiasi inisiatif Pelestarian Wastra berbasis lingkungan. Menurutnya, Keindahan tidak harus mengorbankan kelestarian alam. Warisan budaya dapat terus hidup melalui cara-cara yang ramah lingkungan.

Bacaan Lainnya

“Pemanfaatan tanaman pewarna alami dapat menjadi sumber penghidupan yang bernilai ekonomi sekaligus ramah lingkungan. Inilah semangat Green Economy Desa yang berkelanjutan,” kata Ratu Zakiyah, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Media Kemendesa 2025, Senin (27/10/2025).

Ratu Zakiyah mengatakan jika industri Fast Fashion miliki tantangan yang menyebabkan menurunnya minat generasi muda terhadap Kain Tradisional, sekaligus menimbulkan limbah berbahaya dari pewarna sintetis.

Olehnya, kegiatan Mini Eco Fashion Show ini, tidak hanya menjaga Warisan Budaya, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru melalui pemberdayaan Masyarakat Desa, BUMDesa, dan Koperasi Desa Merah Putih.

Ratu Zakiyah juga memberikan apresiasi kepada para desainer dan pelaku Eco Fashion yang berpartisipasi dalam acara ini. “Karya-karya dalam Mini Eco Fashion Show bukan sekadar indah, tetapi juga membawa pesan bahwa menjadi modis tidak berarti harus merusak bumi,” kata Bupati Serang tersebut.

Direktur Jenderal PPDT Kemendesa PDT Samsul Widodo menegaskan pentingnya penerapan konsep keberlanjutan dalam industri kreatif, terutama sektor fashion. Wastra bukan sekadar kain, tetapi jejak identitas bangsa, hasil karya tangan-tangan terampil Masyarakat Desa yang diwariskan lintas generasi.

Samsul menjelaskan bahwa pewarna alami menjadi salah satu solusi konkret dalam mewujudkan industri mode ramah lingkungan. Selain memperkuat filosofi budaya Nusantara, pewarna alami juga memiliki nilai ekonomi tinggi bagi Masyarakat Desa.

“Dari pewarna alami, kita belajar harmoni, kesabaran, dan keberlanjutan. Ini bukan hanya tentang estetika kain, tapi tentang ekonomi hijau yang berpihak pada Desa,” jelasnya.

Samsul menekankan, pengembangan pewarna alami menjadi bagian dari 12 Rencana Aksi “Bangun Desa, Bangun Indonesia”, yang merupakan implementasi Asta Cita ke-6 Kemendesa PDT. Program ini mencakup hilirisasi produk unggulan Desa, penguatan Desa Wisata dan Ekspor, serta kemitraan investasi berorientasi lingkungan.

Mini Eco Fashion Show yang menampilkan karya busana ready to wear berbahan tenun dan batik berpewarna alami hasil kolaborasi WARLAMI dengan pengrajin dan pelaku usaha lokal. Selain peragaan busana, kegiatan ini juga menghadirkan Pameran Indonesia Hijau, menampilkan berbagai produk ramah lingkungan dari mitra dan sponsor kegiatan.

Di antaranya Kementerian Pertanian pameran buah lokal, WARLAMI, Penenun Kampung Baduy, Dekranasda Kabupaten Belu, Koperasi Pemasaran Berkah Jaya Lestari (Lampung), Lolini, Da’poza, serta pelaku bisnis hijau seperti Kopi Tirto, Surplus Indonesia, Tokyo8, Sadar Lemari, Bersibersi Lemari, dan Armada Kemasan.

Kegiatan juga mendapat dukungan akademik dari Universitas Indonesia dan World Wide Fund for Nature (WWF) melalui sesi edukasi lingkungan bertema “Pahlawan Cilik Menjaga Bumi”, diikuti siswa sekolah dasar yang diajak bermain dan belajar secara interaktif tentang pentingnya menjaga alam sejak dini.

Sebagai penutup, digelar talkshow bertema “Batik dan Tenun: Mewujudkan Warisan Budaya dalam Fashion Ready to Wear” dengan menghadirkan Myra Widiono (Ketua WARLAMI) dan Suroso (Sekretaris Jenderal WARLAMI) sebagai narasumber. (hms/smr)

Pos terkait