Oleh Shamsi Ali Al-Kajangi *)
semarak.co-Dalam sebuah platform media sosial ada yang DM saya.
Dengan sedikit sinis menyampaikan pertanyaan ini :
“ emang-nya pasangan anda akan menang …? ”
Udah-lah anda kan Ustadz, baiknya fokus saja ke tugas-nya sbg ustadz
Saya awal-nya malas untuk merespon.
Karena saya tahu yang mengirimkan pesan ini adalah seseorang yg juga sekedar mengantarkan pesan dari orang lain.
Orang lain itu agak ragu untuk langsung ber-diskusi dengan saya.
Entah kenapa …?
Tapi demi KEMANFAATAN luas, saya pikir perlu untuk saya merespon.
Saya yakin ada saja & mungkin masih banyak yg memiliki pandangan yang sama dengan orang ini.
Sehingga untuk mengoreksi pandangan itu saya sampaikan respon secara publik demi kemanfaatan yang lebih luas.
Hal pertama yg saya respon adalah anjuran-nya ” agar seorang ustadz harusnya fokus pada tugas keustadzan-nya. ”
Dalam hal ini sejujur-nya saya bingung.
Saya mencoba merenung-renung kembali tetang apa tugas seorang Ustadz itu.
Yang pertama memang terbentik di pikiran saya adalah : ” ceramah, khutbah, mengimami Sholat & seterus-nya “.
Lalu saya mencoba merenungkan :
makna & tujuan dari kegiatan ceramah, khutbah, tausiah & nasehat-2 yg seorang Ustadz lakukan.
” Sesungguh-nya untuk apa …? ”
Saya temukan jawaban-nya ternyata satu kesimpulan :
menegak-kan AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR demi terwujud-nya kehidupan yg lebih baik, benar & ber-keadilan
Kesimpulan tentang tujuan aktifitas seorang Ustadz itu membawa saya kepada sebuah kesimpulan lain.
Bahwa ” aktifitas politik ” yang sesungguhnya bertujuan untuk menghadirkan PERUBAHAN ke arah kehidupan yg lebih baik, benar & berkeadilan ternyata menjadi bagian penting dari tugas seorang Ustadz.
” Tugas politik pada esensi-nya bukan secara ekslusif menjadi tugas para POLITISI “.
Dengan demikian anjuran sebagian agar para Ustadz membatasi ruang geraknya dalam melakukan kegiatan dakwah menjadi batal dengan sendiri-nya.
Krn memang politik adalah proses-2 untuk mengelola kehidupan publik demi terwujud-nya kehidupan yg di ingin-kan sesuai kehendak : ” Pemilik langit & bumi ” ( Allah SWT Yang Maha Kuasa ).
Kecurigaan saya kemudian tumbuh lebih jauh.
Ternyata upaya pembatasan tugas-2 para Ustadz, Kyai, Syeikh, Maulana, Imam, & gelar keagama-an lain-nya itu boleh jadi bagian dari upaya pemisahan agama dari politik & kehidupan publik secara umum.
Itu-lah ” ruh sekularisme ” yang sedang di promosi-kan oleh mereka yang memang ” anti agama & anti Islam. ”
Dengan cara ini pula, ketika para Ustadz & Ulama menjauh menghindari politik, maka yang akan menguasai panggung politik adalah “ political gangsters ” ( bandit-2 politik ) yang cenderung menghalalkan segala cara.
Tujuan politik untuk menghadirkan kemaslahatan umum berbalik menjadi jalan berbagai kezholiman kpd masyarakat luas.
Lalu saya merespon ke pertanyaan :
” apakah yakin jagoan anda menang … ? ”
Untuk menjawab pertanyaan ini saya tdk berpikir panjang, & dgn segala keyakinan menjawab :
“ Iya In syaa Allah paslon yg saya dukung pasti menang ”.
Dia kemudian dgn agak sinis, seolah meyakin-kan bahwa paslon yang saya dukung pasti kalah :
“ kok anda terlalu yakin …? ”.
Di sinilah kemudian saya agak panjang dalam merespon.
Inti-nya saya sampaikan seperti berikut ini.
Bahwa ketika saya melakukan sesuatu, termasuk dalam dukungan politik, saya tidak melakukan-nya dgn setengah hati.
Tapi dengan hati nurani & keyakinan yang tinggi.
Melakukan sesuatu untuk kepentingan pribadi saja saya sepenuh hati.
” Apa lagi hal ini berkaitan dengan urusan umat, bangsa & negara bahkan dunia. ”
Selanjut-nya saya sampaikan bahwa memang ada perbedaan mendasar antara cara pandang anda & saya dalam melihat makna sebuah KEMENANGAN.
” Ukuran anda dengan kemenangan ini sempit, hanya dgn KEKUASAAN. ”
Bagi saya : ” KEMENANGAN tidak sekedar KEKUASAAN. ”
Selain karena ” KUASA ” Allah-lah yang akan menentukan kekuasaan ( Maalikal mulk ), juga bagi saya itu hanya-lah bonus.
” Fir’aun, Tsamud, Aad, & banyak ” yang lain juga pernah diberi kekuasaan. Tapi saya yakin merek adalah “ the losers ” ( orang-2 kalah ).
Dia kembali melanjutkan pertanyaan-nya :
“ lalu kemenangan dlm pandangan anda apa …? ”
Jawaban saya :
” KEMENANGAN ” itu selama dalam batasan-2 dunia, tidak pada hasil akhir.
Semua yang masih termaknai dengan pemaknaan dunia itu bagian dari Proses.
Hasil akhir untuk semua kemenangan bagi saya adalah ” AKHERAT “.
Karena-nya kemenangan pada tataran dunia-nya bukan sekedar di akhir-nya.
” Karena sekali lagi itu bukan akhir. ”
Tapi masih bagian dari “ proses-2 ” yg terjadi.
dan yang menentukan kemenangan di sini adlh proses-2 itu benar, baik secara ” legal ” ( hukum ) maupun secara ” etika ” ( moral).
Dan tentu-nya di lalui dgn sepenuh hati ( yakin ) & kesungguhan.
” Selebih-nya itu ada pada ketentuan Allah SWT yang Maha KUASA ”
Lalu saya menguat-kan bahwa :
Proses yg benar & dijalani secara sungguh-2 itu merupakan ” KEMENANGAN .”
Sebalik-nya kami yakin bahwa mereka yang melakukan proses-2 salah, termasuk melanggar etika berat, serta melakukan berbagai manipulasi maka kalaupun akhirnya diberikan kekuasaan, itu bukan sebuah kemenangan.
akan tetapi Justeru itu adalah : ” KEKALAHAN & JALAN KEHANCURAN “.
Saya akhir-nya ingat-kan bahwa :
” Mereka yg secara sadar ikut terlibat dlm proses-2 yang salah & manipulatif itu menjadi bagian & pasti nya kelak akan ada pertanggung jawab-an yang akan di sampaikan di hadapan rakyat & Allah SWT ”
Semoga Allah menjaga kita & memudah-kan jalan bagi proses-2 yang benar & bertujuan untuk kemaslahatan bagi semua.
” AMIN-kan aja dulu …! ”
New York, 23 Januari 2024
sumber: WAGroup ISLAM DAN NKRI HARGA MATI (postRabu24/1/2024/aryanto)