Evaluasi secara berkala terus dilakukan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) untuk dapat mengakomodir masyarakat menggunakan jasa Kereta Cepat Jakarta Bandung atau kini disebut Whoosh sebagai moda transportasi pilihan, salah satunya terus menambah jumlah kereta yang beroperasi.
semarak.co-Adapun penambahan dilakukan pada perjalanan Kereta Cepat Whoosh reguler yang berjumlah 14 perjalanan per hari pada masa awal dioperasikan dengan berbayar, hingga saat ini mulai 1 November 2023 perjalanan Kereta Cepat Whoosh menjadi 28 perjalanan per hari.
Sebelumnya peningkatan penumpang Kereta Whoosh terus terjadi, berdasarkan data per 1 November 2023, terdapat sekitar 165 ribu tiket kereta cepat Whoosh yang terjual untuk perjalanan 17 Oktober – 4 November 2023.
Dari jumlah tersebut ada sekitar 134 ribu penumpang yang telah berangkat pada 17 s.d 31 Oktober 2023. Rata-rata okupansi penumpang pada setiap rangkaian yang beroperasi mencapai 85 – 99% untuk setiap perjalanan, dengan angka penumpang tertinggi mencapai sekitar 14.200 per hari.
Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, Ekspansi transformatif ini menandai tonggak penting dalam misi KCIC untuk menyediakan layanan transportasi yang cepat, andal, dan berkelanjutan.
Melalui jumlah sarana yang ada, kata Dwiyana, KCIC akan mengoperasikan 4 rangkaian Kereta Cepat Whoosh setiap harinya yang sudah dipastikan telah melalui pengecekan harian dengan teliti. KCIC juga akan memastikan keandalan prasarana yang dimiliki demi keselamatan penumpang.
“Dipastikan seluruh sarana dan prasaranayang beroperasi laik operasi. Seluruh prasarana mulai dari jalur, persinyalan, kelistrikan, akan dijaga dengan standar tertinggi untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang,” imbuh Dwiyana
Kami telah melakukan pengetesan dan pemeliharaan yang ketat untuk menjamin keandalan operasi kami. Pengoperasian kereta cepat Whoosh juga akan diatur sebaik mungkin untuk menjaga ketepatan waktu keberangkatan Kereta Cepat Whoosh yang rata-rata mencapai 99,5% di bulan Oktober,” ujar Dwiyana.
Seluruh petugas di bidang operasional dan pelayanan yang berdedikasi telah mempersiapkan diri dengan cermat untuk berdinas pada jadwal baru ini. Terdapat lebih dari 78 personil yang akan bertugas dengan ramah dalam melayani penumpang selama dalam seluruh perjalanan.
Kemudian lebih dari 200 orang passenger service on station mulai dari station master, supervisor, petugas peron, loket, hingga kebersihan yang akan memastikan seluruh penumpang menerima layanan terbaij.
KCIC bersama KAI juga akan mempersiapkan semua stasiun dan kereta cepat whoosh mulai dari Stasiun Halim, Padalarang, Tegalluar, Cimahi, dan Bandung telah dalam kondisi yang baik untuk mengakomodasi peningkatan jumlah penumpang. Area yang bersih, teratur, dan nyaman akan memberikan pengalaman yang sempurna bagi para penumpang saat menggunakan Kereta Cepat Whoosh.
Untuk melengkapi penambahan perjalanan kereta cepat whoosh, KCIC juga telah berkordinasi dengan KAI untuk menambah jadwal perjalanan KA Feeder Kereta Cepat dari 14 perjalanan perhari menjadi 28 perjalanan yang selaras dengan jadwal kereta cepat whoosh yang baru.
“Bagi penumpang yang berkebutuhan khusus seperti lansia, orang dewasa dengan anak, orang sakit dan lainnya yang membutuhkan waktu utk berpindah stasiun, dapat menggunakan KA Feeder lebih awal untuk menuju Stasiun Kereta Cepat Whoosh Padalarang,” ujar Dwiyana.
Kehadiran KA Feeder juga menjadi penting, karena sebagian besar penumpang keberangkatan dari Stasiun Halim akan turun di Stasiun Padalarang. Berdasarkan data, sebanyak 75-80% penumpang keberangkatan Halim akan turun di Padalarang dan sisanya meneruskan perjalanan ke Tegalluar.
Dari keseluruhan penumpang yang turun tersebut, 70-75% nya melanjutkan perjalanan menggunakan KA Feeder Kereta Cepat menuju Stasiun Cimahi dan Bandung. Peningkatan jumlah perjalanan kereta cepat whoosh dan KA Feeder yang berlipat ganda, tentunya akan membuat perjalanan antara Jakarta dan Bandung menjadi pengalaman yang lebih lancar dan mudah diakses.
Penumpang kini dapat menikmati waktu tunggu yang lebih singkat, fleksibilitas yang lebih besar, dan koneksi yang lancar, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap ekosistem transportasi yang lebih berkelanjutan dan efisien”, tutup Dwiyana. (smr)