by M Rizal Fadillah *
semarak.co-Gencarnya kampanye Ganjar Pranowo dan juga Erick Thohir baik sebagaimana terberitakan di medsos maupun melalui baliho yang terpasang dimana-mana menunjukkan keduanya akan tampil atau ditampilkan. Paket pasangan masih cair dan berkonfigurasi.
Dalam politik selalu ada “blessing in disguise” baik terkuak informasi maupun konspirasi. Ada kejutan untuk publik sesuatu yang tidak disangka-sangka. Kasus Ferdy Sambo adalah contoh. Sikap ceroboh, bodoh, panik bahkan nekad telah menciptakan bom dahsyat yang mengguncangkan. Membuka fakta dan jaringan yang awalnya tersembunyi.
Begitu juga dengan kasus yang menimpa Ketua KPU Hasyim Asy’ari. Sebagaimana Sambo yang bermula dari esek-esek bergeser ke institusi maka masalah KPU juga hampir serupa. Janji bohong kepada “teman dekat” berujung bongkar-bongkaran. Pelolosan partai politik oleh KPU dan informasi tentang Capres-Cawapres.
Adalah Ketua KPU Hasyim Asy’ari yang menyampaikan kepada Hasnaeni Moein Ketum Partai Republik Satu bahwa dipastikan pasangan Ganjar Pranowo-Erick Thohir akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Pasangan ini didisain oleh penguasa dan dititipkan atau dibantu penyuksesannya oleh KPU.
Bila disain itu sukses meski prematur atau bocor akibat skandal, maka terbayang negara ini akan semakin hancur. Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin saja mampu menghancurkan negara, apalagi kepanjangan tangannya. Rakyat sudah dapat membaca siapa Ganjar Pranowo dan siapa pula Erick Thohir.
Penghancuran Demokrasi oleh Oligarkhi akan berlanjut dan diprediksi semakin brutal. Ganjar Pranowo memimpin Jateng tidak sesukses Anies Baswedan di DKI Jakarta. Angka kemiskinan Jateng 11, 25 % lebih tinggi dibanding rata-rata nasional 9,7 %.
Memiliki sejumlah kasus yang membebani seperti dugaan 500 ribu dollar korupsi E-KTP, pembangkangan Putusan MA perkara Semen Rembang serta masalah Bendungan Bener dan penambangan andesit di Desa Wadas.
Ganjar pun pernah mendapat kritikan soal moralitas saat ia menjadi tamu Channel YouTube Deddy Corbuzier. Saat itu Ganjar secara terang-terangan menyatakan suka menonton film porno “Saya juga suka, salah saya dimana?”.
Erick Thohir termasuk Menteri gagal dalam memajukan BUMN. Tidak terdengar ada BUMN yang berhasil atau sukses. Bahkan Erick menjadi “tertuduh” pelanggaran PP No 68 tahun 2013 Statuta UI mengenai rangkap jabatan Rektor UI Ari Kuncoro dengan Komisaris Bank BUMN.
Ia juga disorot berkaitan pengangkatan Emir Moeis politisi PDIP, mantan terpidana korupsi, sebagai Komisaris PT Pupuk Iskandar Muda, pengangkatan Ahok mantan terpidana Penistaan Agama sebagai Komut PT. Pertamina dan pengangkatan Timses Jokowi, Abdee Slank sebagai Komisaris PT Telkom.
Ganjar Pranowo dipandang sebagai “boneka baru” Oligarki. Pengganti yang dapat dimainkan setelah Jokowi lengser. Sementara Erick Thohir adalah pengusaha dan Menteri BUMN ya tentu banyak beririsan dengan para pelaku bisnis kelompok Oligarki.
Penghancuran negara Demokrasi oleh penjajah Oligarki akan semakin kuat dan brutal jika Ganjar Pranowo dan Erick Thohir menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Agenda atau disain untuk menjadikannya terkuak berkat “Skandal KPU” dari pasangan Hasyim Asy’ari-Hasnaeni Moein.
Anies Baswedan yang tidak rentan bagi rakyat dan bangsa ternyata dijegal habis-habisan, sementara Ganjar dan Erick yang rentan menjadi boneka Oligarki dan potensial menzalimi rakyat justru dibiarkan, didukung, bahkan diperjuangkan dengan segala cara untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Rakyat harus meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kepedulian. Penyesalan selalu datang kemudian.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, Minggu, 25 Desember 2022 07:34 WIB
sumber: WAGroup ANIES MAJU UNTUK NKRI (postMinggu25/12/2022/)