by Zeng Wei Jian
semarak.co -Pandemik Covid-19 attacks the earth. Satu dunia ngga tau what to do. Presiden Trump mengatakan Coronavirus is just a “Regular flu”. Iranian Ayatollah Ali Khamenei menyatakan itu Hoax Barat.
Bill Gates sudah warning soal Covid-like disease di tahun 2015. Tiga tahun kemudian, Pemerintah dan DPR-RI merumuskan UU Kekarantinaan Kesehatan.
Ada Klausul soal “Karatina Wilayah”. Pemerintah Pusat tanggung makan rakyat & hewan peliharaan di zona karantina. Setiap orang diperlakukan sama. Mau kaya, miskin, jelek, rupawan. Sama rata sama rasa.
Sentral Government siapin dananya. Pemda berperan sebagai operatornya.
Para drafter UU Kekaratinaan Kesehatan ngga prediksi ada outbreaks se-dahsyat Covid-19. “Karatina Wilayah” bisa diterapkan di satu desa, kecamatan, maximal provinsi. Tapi ngga terbayangkan pemerintah harus kasi makan 270 juta orang berikut hewan-hewan ternaknya di 34 provinsi. Provokator tau ini.
Para Pejuang Lockdown ngincer anggaran sekaligus lihat celah menumbangkan Rezim Jokowi.
Kepala Daerah todong Pemerintah Pusat. Kerjasama dengan Pejuang Lockdown. “Terapkan Lockdown Sekarang Juga…!!”
Pemerintah Pusat cerdas. Mereka tau agenda tersembunyi. Klausul “Pembatasan Sosial Berskala Besar” dipilih sebagai “Game Changer”. Turunan Peraturan Pemerintah soal PSBB dirilis. Kegiatan warga dibatasi. Minimal tiga spektrum; Sekolah, Ibadah & Fasilitas Umum.
Kepala Daerah Nakal plus Pejuang Lockdown gigit jari. Semakin ngeri saat ada warning soal “Darurat Sipil”. Mereka pun tiarap.
Pemerintah Daerah Jakarta minta status PSBB. Di-approved Menteri Kesehatan.
Tidak ada perubahan. Masyarakat sudah self-quarantine dua minggu. Ada beberapa rumah ibadah tidak patuh. Pemda diam saja.
Pemerintah Pusat buka kran dana “Bantuan Sosial Khusus”. Jakarta dapet 2.2 triliun rupiah untuk 1.2 juta KK. Operator lapangannya ya Pemda.
Jadi Klausul “Setiap orang diperlakukan sama” sesuai Pasal 7 UU Kekarantinaan Kesehatan ngga bisa diimplementasi.
Ciri unik & khas Orang Indonesia adalah saling-bantu. Middle Class tau negara sedang susah. Mereka turun-tangan sumbang makan kepada Kelompok The Have-Nots.
DPR-RI bentuk Satgas Lawan-Covid. Motorhead-nya Sufmi Dasco Ahmad. Satgas bertanggung-jawab kepada Ketua DPR-RI Puan Maharani.
Konglomerat Tommy Winata bangun Rumkitlap. Surya Paloh fungsikan hotelnya. Pemerintah Pusat ubah Wisma Atlet dan dua pulau sebagai tempat karatina pasien. Taipan Dato Tahir setiap hari kasi makan gratis 1000 driver online. Yayasan Buddha Tzu Chi suplai APD.
Ex-Presiden SBY sumbang lagu. Sebuah tembang untuk para pasien Covid-19. Berbarengan dengan kemunculan Ex-Presiden SBY di media, Polisi menangkap dua anak yang menghasut “Kill the Rich”. BIN menditeksi adanya Gerakan Rusuh Kelompok Anarcho Syndicalist.
THE END