Perang Informasi Corona

Zeng Wei Jian. foto: internet

by Zeng Wei Jian

semarak.co -European External Action Service menyatakan, “Coronavirus is not a biological weapon. It’s an information one. Kremlin has deployed a massive disinformation campaign related to COVID-19.”

Bacaan Lainnya

Covid-19 proyektil perang informasi. Di Indonesia, proyektil ini diarahkan kepada the power that be.

Bangunan narasi Covid-19 dimulai dengan komentar-komentar menteri kabinet dan orang istana. Provokator-lockdown mengais keuntungan politis dari sini.

Menkopolkam nyatakan Indonesia zero corona. Menkes merilis banyak statement. Menhub sambut Kapal Corona Diamond Princess. Menhan datang ke Natuna tanpa masker. Wapres bilang susu kuda liar.

Ada praduga soal nasi kucing, suhu tropis, immune system, ayat-ayat, sampai bumbu masak. All in all, Kominfo rilis ratusan hoax seputar Covid-19.

WHO, Arab Saudi, Australia mendeskreditkan Indonesia. Travel ban dirilis. Mereka tuduh Indonesia sembunyikan data.

Covid-19 semakin meluas. Banyak pihak cemas. Wakil Ketua DPR-RI Ir Sufmi Dasco Ahmad rilis himbauan agar Pemerintahan bentuk Task Force Corona.

Dua hari kemudian meletus pertikaian media-sosial. Fahira Indris rilis data suspect. Netizen bergolak. Gubernur Anies Baswedan ikut keluarin statement dan angka suspect. Jakarta dinyatakan Genting.

Esoknya Presiden & Menkes resmi announce dua kasus positif Covid-19. Public shock. Supermarket diserbu.

Momentum diolah Haters Jokowi. Mereka tuding pemerintah pusat tidak tanggap, lelet, meremehkan & sembunyikan data. Pernyataan para menteri dan orang istana dimasalahin-digoreng sampe angus.

Actually the world did not know what to do. Sampai sekarang ngga ada protocol tunggal. Covid-19 mutasi SARS setelah 17 tahun.

Multipolar world. UN malfunction. Nation fights alone. No unity. Italia menangis. Tak ada yang bantu. WHO entitas abal-abalan.

Semua orang tau, Covid-19 akan masuk Indonesia. Sooner or later. It’s all about the time. Pemerintah tau. Semua statement menteri bermaksud menenangkan masyarakat. Sebelum dikonfirmasi adanya kasus positif, tentu saja, pemerintah tidak bisa announce Covid-19 is here. Semua ada waktunya.

“There is a time for everything, and a season for every activity under heaven: a time for war and a time for peace,” kata Holy Bible.

So far pemerintah berhasil mencegah social disruption. Certain body in government worked in silence. Ngga mungkin pemerintah tidak pantau potensi Covid-19 outbreaks. They just didn’t tell you. Supaya rakyat tidak panik.

Pemerintah Daerah ngga punya kompetensi handle national outbreaks. Terlalu banyak limitations. Central government resmi ambil-alih. BNPB Kerja. Sudah benar.

Jawa Tengah ngenjot produksi APD. Jakarta siapkan stadion-stadion sebagai emergency ospital sementara. Surabaya bikin bilik-bilik disinfektan seperti Vietnam.

Semua orang turun. DPR-RI patungan beli test kits. Erik Tohir mau suplai jutaan masker. Menhan Prabowo ambil alkes dari Shanghai. Surya Paloh alih-fungsikan hotelnya. Polisi aktive bubarkan kerumunan.

Dokter RSPAD di-deploy ke Wisma Atlet. Konglomerat nyumbang. Warga swadaya semprot lingkungan, bikin sanitizer dan portable wastafel. Calon Wagub DKI Ariza Patria mobilisasi Resimen Mahasiswa menjadi Relawan-Corona.

Sementara satu klik antagonis hanya bisa nyinyirin pemerintah. Teriak minta lockdown. Ngotot & nyolot. Tanpa memperhatikan variable lain. Tebar hoax. Terrorizing the mind dengan video seram & pelintir informasi. Coz Covid-19 is disinformation weapon.

THE END

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *