Elemen masyarakat Islam GNPF (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa) Ulama, Front Pembela Islam (FPI), dan Persaudraan Alumni (PA) 212 memberikan pernyataan sikap pasca Reuni Akbar 212 di Monas, Minggu (2/12) lalu.
Bendahara Panitia 212 Ustad Supriadi mengatakan, dalam pernyataan sikap pasca reuni akbar alumni 212, disebutkan bahwa umat yang menghadiri acara tersebut adalah murni hasil dari biaya sendiri. Tidak ada panitia menyumbang bahkan konsumsi pun hasil dari kepanitiaan hasil sumbangan kaum muslimin.
“Kita menyatakan bahwa mereka atas biaya sendiri dan 90 persen yang di monas itu aksi damai. Paling besar Panggung, speaker, sound dan 50 persen tidak berfungsi Allahuallam siapa yang jahil dan menjadi catatan buat kita,” ungkap Supriadi dalam pernyataan sikapnya.
Sebagian konsumsi itu, lanjut Supriadi, dana kepanitiaan hasil sumbangan dari kaum muslimin. Momentum ini sangat baik ada infak fisabilillah yang menggunakan ada dewan Syuro kita semacam amal.
Ustad Bernard Abdul Jabar mengatakan tentang kejadian sebelum reuni 212 malamnya, ditemukan ada HP meledak dan ia pun menjelaskan menjelaskan ada handphone yang meledak atau genset, menurutnya genset itu kecil tidak besar.
“Berdasarkan laporan saya berada di tempat itu karena saya berada di panggung. Hp yang meledak karena sudah dilakban, terus gegana menyisir lagi ada HP yang belum sempat meledak. Mungkin kalau HP meledak, ada upaya untuk membuat kekacauan.
“Malam itu juga kami sudah lapor ke kepolisian dan barang-barang bukti itu ada di kepolisian. Aksi ini murni dari swadaya masyarakat, panitia mengeluarkan dana awal dan mhn maaf saja sampai hari ini kita masih ngutang ada biaya sound yang blm kita lunasi,” imbuhnya.
Menurut ust. Bernard Prabowo yang menyikapi ini tapi tidak memviralkan, tentang kenapa media-media mainstream tidak mau meliput? Kata mereka, ia mendapat ancaman untuk tidak meliput reuni Akbar 212.
“Lucunya media di Luar Negeri menyiarkan berita 212, bahkan reuni 212 ini menjadikan sebagai hari persaudaraan internasional. In Sha Allah kita dari tim akan memberikan keberatan kita kepada KPI untuk menegur media-media mainstream yang tidak meliput. (mil)