Guru Besar Sosiolog Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh Prof Ahmad Humam Hamid menyampaikan bahwa Ketua umum Partai NasDem Surya Paloh memainkan sebuah drama atas belum dilakukannya deklarasi Koalisi Perubahan bersama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat.
semarak.co-Prof Humam menilai, Surya Paloh sedang menciptakan drama untuk menunjang kepopuleran Anies itu sendiri. Ia menduga, Surya Paloh bersama Dewan Syura PKS dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mantan Presiden RI ke-6 sudah bekerja sama membangun semua ini.
Diketahui, Partai NasDem belum juga berkoalisi dengan PKS dan Demokrat untuk mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) 2024. Banyak menduga, partai-partai ini merapat ke koalisi lain dan meninggalkan NasDem yang mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
“Saya gak sependapat pada rumor bakal cerai koalisi NasDem, PKS dan Demokrat, saya melihat justru ini bagian daripada sandiwara besar Ketua umum Surya Paloh,” kata Prof Humam dalam program 30 Menit Bersama Tokoh di Studio Serambinews, Senin (19/12/2022) dilansir msn.com, Selasa (20/12/2022) dari serambinews.com.
Dilanjutkan Prof Humam, “Biar heboh gitu, orang buat macam-macam penafsiran dan itu membuat suasana bertambah gaduh. Dan itu adalah gorengan yang paling luar biasa untuk menjelang bulan-bulan pendaftaran,” tambahnya.
Guru Besar USK menilai, berita liar yang hari-hari terus membahas Anies di semua platform media merupakan bagian dari strategi menaikkan kepopuleran mantan Gubernur Jakarta itu jelang Pilpres. “Jadi, ini permainan Surya Paloh ini. Dia orang media, ketemu dengan Anies yang orang sekolahan juga,” tambahnya.
Kemudian mengenai isu PKS bakal bergabung dengan koalisi Gerindra, menurut Prof Humam hal itu sulit terjadi. “Bukan orang jenius pun mengerti, keputusan itu ada pada dewan syura, PKS gak bodoh. Jadi menurut saya itu adalah skenario Surya Paloh yang luar biasa,” ungkapnya.
Semakin Jokowi tidak hadir di (HUT) Partai NasDem, terang Prof Humam, itu berita besar lagi. Jadi setiap hari tidak pernah ada waktu yang kosong membuat publik itu semakin tahu tentang profil capres Anies Baswedan.
Bila Anies Disebut Gagal, Pak Jokowi Lebih Gagal Lagi
Guru Besar Sosiolog USK Prof Ahmad Humam Hamid menyampaikan, ada sejumlah pihak yang terus menyuarakan kalau Anies Baswedan gagal memimpin DKI Jakarta. Meski demikian, menurutnya jika Anies saja disebut gagal, berarti Jokowi lebih gagal lagi.
Sebab menurut dia, data menunjukkan 80,9% warga Jakarta puas terhadap kinerja Anies memimpin Jakarta sebagaimana hasil survei survei Lembaga Survei Indonesia (LSI). Sementara Jokowi yang dianggap antitesa Anies menunjukkan, kepuasaan kinerjanya di angka 69% sebagaimana hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO). “Adil dong kalau seperti itu. Jadi kalau mereka mengatakan Anies gagal, pak Jokowi lebih gagal lagi,” kata Prof Humam.
Sebagai sosiolog, menurutnya ada semacam kondisi yang melampaui dalam perjalanan politik Anies di mata lawan politiknya. Hal itu dimulai sejak memenangkan pertarungan politik di Jakarta hingga dijadikan Capres 2024 pilihan Partai NasDem.
Rentetan kondisi yang tidak diharapkan oleh lawan politik Anies itu mulai dari mengalahkan Ahok saat naik menjadi Gubernur Jakarta. Kala itu Ahok yang notabenenya disiapkan kekuasaan dan merupakan mantan pasangan Jokowi sebelum naik menjadi presiden. “Itu kontroversial untuk ukuran Indonesia. Dan itu dikalahkan di depan presiden,” katanya.
Kemudian Anies dianggap segera menjadi tolak ukur ke mana tempat melihat pemimpin yang tidak berasosiasi dengan kekuasaan. “Dia tampil kemudian dimulai dengan sebuah perkara besar, membatalkan reklamasi,” jelas Prof Humam.
Lalu ketika tampil menjadi gubernur, Anies diduga bakal gagal memimpin ibu kota negara, namun menurut Guru Besar USK itu justru yang terjadi sebaliknya. “Kemudian dia dianggap setelah selesai gubernur akan hilang dari ingatan publik, justru yang terjadi pelipatgandaan,” ungkap Prof Humam.
Penolakan Anies Wajar dan Demokrasi
Guru Besar Sosiolog USK, Prof Ahmad Humam Hamid menyampaikan, penolakan suatu sosok dalam dunia perpolitikan dianggap sebagai sesuatu yang wajar. “Penolakan itu wajar, itu demokrasi. Hal itu adalah hak semua orang untuk menolak atau menerima, dan itu fair saja. Hanya saja pola yang dilakukan patut diwaspadai dan dicermati,” ulasnya.
Ia mencontohkan saat Anies ke Aceh beberapa waktu, adanya pelarangan izin tempat, pelemparan telur di Kantor NasDem Aceh hingga aksi demo penolakan mantan Gubernur DKI Jakarta itu. “Ya gak salah juga suruh orangnya kemari untuk impor itu, tapi kita bisa melihat itu bukan genuine Aceh,” ucap Prof Humam.
Termasuk dalam hal ini ada pamflet di Aceh bertulis Anies politik identitas, menurutnya itu bukan pekerjaan orang Aceh. “Bukan barang Aceh itu, kalau orang Aceh bilang bukan asam keueng itu, barang luar itu. Kalau di Aceh gak laku yang seperti itu,” imbuhnya.
Meski demikian, ia menilai pelarangan hingga pencabutan izin untuk Anies berkunjung ke sejumlah tempat membuatnya malah semakin popular. “Ini gak sadar bahwa ini akan semakin kuat membuat Anies lebih naik, membuat dia lebih populer. Kalau saya mengatakan itu adalah hak orang untuk tidak suka, biar. Itu alamia,” tambahnya. (net/sbc/smr)