Opini by Zeng Wei Jian: TREND GO-BLOCK CHEBONG

Zeng Wei Jian. foto: internet

Opini by Zeng Wei Jian

Bukannya diberi pekerjaan, pengangguran dikasi “Kartu Prakerja”. Duitnya ada. Tinggal ngutang. MRT Jakarta dimulai Gubernur Foke. Selesai di Era Anies Baswedan. Aneh, Jokowi-Ahok jadi pahlawannya.

Tyrants literally work to keep people from reaching mental adulthood. Menjaga agar rakyat tetap bodoh. Sehingga mudah dibohongi. Jinak. Docile. Patuh.

“Kartu Sembako Murah” adalah “Solusi Jokowi” atasi sembako mahal. Artinya penguasa sekarang ngga mampu naikan daya beli. Penguasa itu ya Jokowi.

Janji bikin economic growth 7%. Nyatanya 5%. Masih mau dua-periode. Rekrut Kyai. Kuasai media. Ciptakan hoax. Koruptor Bowo dari Golkar siapin 400 ribu amplop.  “We Are All Getting Dumber, New Science Proves, and No One Is Sure Why,” kata Jessica Stillman.

Fenomena Chebonk meruntuhkan teori “The Flynn Effect”. James R. Flynn memperkirakan naiknya 3 point IQ per dekade.

Ragnar Frisch Centre for Economic Research memeriksa IQ 730 ribu orang Norwegia. Hasilnya mencemaskan. Ada penurunan IQ. The trend of “Flynn Effect” appears to be reversing.

Di setiap Kampanye Prabowo-Sandi pasti lebih membludak massanya. Tapi pabrik polling tetap memenangkan Jokowi-Maruf. Range-nya ngga malu-malu, sampe 57%. Kan Go-block.  “Dumb people have more babies hypothesis” tadinya menjadi alasan Trend Go-block global ini.

Marginal Revolution blogger economist Tyler Cowen menyangkal. Dia berpendapat, “In other words, we have started building a more stupidity-inducing environment.” Artinya, Ke-Go-block-an global ini bersifat “nurture” daripada “nature”.

Plus unhealthy modern diets macam nasi bungkus dari duit haram, munculnya “trashy media” seperti Sewot dan Katakita, atau gedung-gedung sekolah yang ambruk dan nasib guru honorer yang pedih di bawah rezim Jokowi.

Semua itu merusak daya “crystallized intelligence” dan “fluid intelligence” sebagian rakyat yang disebut Chebong.

Sehingga ngga heran bila Chebong mengira seorang Tukang Kayu lebih pandai mengolah negara daripada seorang Letnan Jenderal yang pernah berperang di medan laga membela kedaulatan republik.

 

THE END

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *