Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengungkapkan bahwa pihaknya mungkin akan menunda rencana anak usahanya, Bank BNI Syariah untuk melantai di bursa atau melakukan penawaran umum perdana atau initial public obligation (IPO) pada 2019.
“Memang ada rencana BNI Syariah untuk IPO, tapi kami pertimbangkan sendiri belum IPO pun sudah jadi BUKU III tahun ini,” kata Herry usai acara paparan kinerja perusahaan di kantor BNI, kawasan Soedirman, Jakarta Selatan, Rabu (24/4).
Seperti diketahui, Bank BNI Syariah memang menargetkan tahun ini dapat masuk menjadi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III atau IPO. Ini disebut-sebut menjadi salah satu upaya yang dinilai paling potensial untuk menambah modal inti bank syariah pelat merah.
Bank BUKU III adalah bank yang memiliki modal inti minimal Rp5 triliun hingga Rp30 triliun. Modal inti BNI saat ini baru mencapai Rp4,2 triliun, alias butuh tambahan sekitar Rp800 miliar lagi untuk masuk ke BUKU III.
“Jadi untuk sementara, IPO BNI Syariah kami tinggalkan. Itu jadi alternatif kedua. Kami akan melakukan sedikit relaksasi perubahan,” ujarnya.
Saat ini, BNI merupakan pemilik 99,94 persen saham BNI Syariah, sisanya 0,06 persen dimiliki oleh PT BNI Life Insurance yang juga merupakan anak usaha BNI. Selain IPO, BNI Syariah sebenarnya juga memiliki opsi rencana untuk menggandeng mitra strategis agar bisa masuk jadi bank BUKU III.
Denga menjadi perusahaan terbuka, sebenarnya BNI Syariah dapat meningkatkan valuasi di pasar serta perseroan akan lebih terkendali karena memiliki kewajiban untuk melaporkan kinerja kepada para pemegang saham. (lin)