Hadiri Philanthropy Asia Summit di Singapura, Menko PMK Pratikno Bawa Misi Pembangunan Manusia Inklusif

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno saat menghadiri Philanthropy Asia Summit (PAS) 2025 di Singapura, pada Senin, (5/5/2025).

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno membawa misi diplomasi pembangunan manusia inklusif dan berkelanjutan saat menghadiri Philanthropy Asia Summit (PAS) 2025 di Singapura, pada Senin, (5/5/2025).

Semarak.co – Pratikno hadir sebagai pembicara pada sesi pleno “Foundations for the Future” dan membawakan presentasi berjudul “Perspectives: Human Development & Nutrition”. Dia menyebut perbaikan gizi bukan hanya isu kesehatan, tetapi fondasi utama pengembangan kualitas sumber daya manusia.

Bacaan Lainnya

“Melalui partisipasi ini, Indonesia menyuarakan pentingnya kerja sama global dalam membangun sistem gizi yang adil dan tangguh untuk generasi mendatang,” ujar Pratikno, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Media PMK, Selasa (6/5/2025).

Pratikno duduk sejajar dengan para tokoh dunia, seperti Bill Gates (Pendiri The Gates Foundation), Tony Blair (Ketua Eksekutif Tony Blair Institute), Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam, Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong, serta sejumlah tokoh terkemuka lainnya.

Dalam sambutannya, Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam menekankan pentingnya beralih dari “chequebook philanthropy” menuju aksi kolektif yang berdampak nyata.

“Kita harus berpindah dari cara tradisional ke bentuk kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, filantropi, dan sektor swasta. Hanya dengan kemitraan semacam ini, kita bisa menjawab tantangan besar zaman ini,” ujarnya.

Bill Gates turut menyampaikan apresiasinya terhadap ekosistem filantropi di Asia. Ia mengungkapkan, Gates Foundation akan membuka kantor di Singapura sebagai bentuk komitmen jangka panjang.

Bill Gates menyoroti perlunya pendekatan inovatif dalam menjawab tantangan global seperti penyakit menular dan gizi buruk. “Kami melihat bahwa pasar tidak selalu bekerja efektif untuk menyelamatkan nyawa anak-anak. Di sinilah peran filantropi dibutuhkan,” katanya. (hms/smr)

Pos terkait